Regulasi pemerintah tersebut diakali oleh panitia dengan mengadakan pertandingan kualifikasi di luar negeri untuk mengakali aturan pembatasan karantina Covid-19 di Australia. Pertandingan kualifikasi akhirnya digelar di Doha, Qatar dan Dubai, UEA dari 10-13 Januari. Di samping itu, aturan karantina 14 hari juga tetap dipatuhi dan seperti yang kita ketahui, turnamen Australian Open terlaksana dengan aman dan lancar tanpa drama dipaksa mundur.
Beberapa contoh kasus di atas layak dijadikan pembelajaran untuk BWF kedepannya. Yang disayangkan, BWF dan Badminton England seperti kurang langkah preventif, padahal tahu kalau Inggris menerapkan aturan ketat terkait protokol kesehatan selama pandemi Covid-19.
Yang pasti, sekarang timnas bulutangkis Indonesia jadi pihak yang paling merugi dan dikecewakan. Bayangakan betapa hancurnya atlet kita yang sudah dan siap berlaga di turnamen All England 2021. Semua jerih payah latihan dan persiapan kandas. Mereka gugur bahkan sebelum bertanding.
BWF benar-benar harus belajar dari kasus ini, termasuk belajar dari federasi lain yang sepertinya lebih profesional dan mawas diri. Bila menilik kronologi dipaksa mundurnya timnas Indonesia di All England 2021, maka anggapan BWF tidak adil memang ada benarnya.
Selain atlet tungal putri Turki yang masih boleh berlaga, beberapa waktu lalu, sebelum All England dimulai, terdapat 7 orang yang positif Covid-19. Mereka berasal dari India, Thailand dan satu lagi adalah asisten pelatih Denmark. Lucunya, setelah dites ulang selang sehari, mereka dinyatakan negatif dan boleh lanjut. Masa iya, dalam 24 jam langsung hasilnya negatif?
Menyakitkan pula saat perwakilan Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, mengelurakan pernyataan bahwa keputusan NHS sudah tepat. Lewat Gatot, Kemenpora mengaku memahami keputusan tersebut dan menilai keputusan tersebut tidaklah diskriminatif.
"Kemenpora bisa memahami kondisi ini dan tetap berharap agar Timnas tetap semangat. NHS (National Healt Service) tidak diskriminatif dalam menerapkan aturan ini. Meskipun sebelum berangkat sudah divaksin dua kali di Jakarta dan saat datang juga negatif saat di swab, tetapi karena hasil tracing mengindikasikan pernah satu pesawat dengan orang yang diduga terpapar COVID-19, maka sesuai aturan, terpaksa harus terkena karantina tambahan.", kata Sekretaris Menpora, Gatot S Dewa Broto dikutip dari kumparan.com (18/3).
Pernyataan Kemenpora menurut saya pribadi jelas kontradiktif. Realitasnya, selain atlet Turki yang satu pesawat dengan timnas Indonesia yang masih boleh tanding, ada 3 anggota tim bulutangkis Indonesia yang tidak menerima surel instruksi untuk isolasi mandiri. Lalu, timnas sudah 4 hari di sana, dan ada 3 sektor yang sudah tanding.
Kemudian, tiba-tiba diminta isolasi dan dipaksa mundur. Siapa yang tidak sakit dan kecewa? Lucunya lagi, BWF menyatakan bahwa undian tidak diubah dan All England akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal. Kalau kita jeli, bukankah kontingen Indonesia sudah kontak dengan banyak pihak selama 4 hari di Birmingham, Inggris?
Semoga saja ada keadilan bagi atlet bulutangkis kita yang berlaga di All England 2021. Sebab, sulit membayangkan perasaan para atlet yang dipaksa mundur dengan realitas bahwa turnamen yang mereka ikuti tetap berjalan.
Semoga saja semua kontingen tim bulutangkis Indonesia diberi kesehatan dan keselamatan selama menjalani karantina di Inggris. Salam.