Benar saja, panitia itu tak lagi menghubungi saya. Saya menduga, pasti saya bukan satu-satunya yang ditawari jadi kontributor, jadi si panitia menghubungi semua finalis, lalu hanya memilih beberapa saja. Namun, bukan itu kuncinya. Saya ingin mengajak pembaca untuk hati-hati bila dijanjikan calon pemberi kerja dengan kalimat berikut.
"Nanti saya hubungi lagi ya"
Kalau terjebak situasi tersebut, ada baiknya anda jangan sekali-kali menggantung harapan kepadanya. Sama seperti ucapan "Saya pikir-pikir dulu ya". Nah, itu maksudnya. Memang tidak semuanya berakhir ninggal tatu, tapi kemungkinan besarnya iya.
Sakit? Tidak juga, malah saya kaget. Soalnya pembicaraan di WA itu sifanya masih opening, belum nyerempet pembicaraan soal fee alias upah. Cebong kampret memang. Tetapi, tak lama setelah itu, saya bahagia. Penyebabnya website tersebut tiba-tiba hilang. Usut punya usut ternyata kolaps dan dibeli perusahaan lain. Kapok!
Itu pengalaman pertama. Belum lama ini, saya juga diingatkan seorang narablog senior. Beliau berpesan agar sebisa mungkin negosiasi dilakukan melalui email atau surel dan jangan lewat WA. Karena biasanya yang lewat WA itu ujungnya tidak profesional. Tiba-tiba kita bisa kena block dan bila lewat surel semua percakapan terekam lengkap.
Pengelaman kesekian terjadi belum lama ini. Ada sebuah rumah produksi (PH) yang menghubungi saya via surel. Si empu-nya langsung yang mengubungi. Mereka sedang mencari content writer profesional dan menawari saya posisi tersebut di PH-nya.
Terlihat profesional. Bahasanya lugas, singkat, padat, dan jelas. Mereka juga mendeskripsikan jobdesk yang harus saya penuhi bila mau bergabung. Sopan juga, sebab dia menawarkan saya untuk mengajukan ratecard kepadanya. Apa, anda tak tahu ratecard? Narablog, content creator, atau penulis macam apa anda ini!!!
Saya mencoba belajar dari pengalaman dengan tidak grusa-grusu mengajukan ratecard kepadanya. Karena takut batal, saya menurunkan ego dan sedikit harga diri saya dengan secara terbuka mempersilahkan mereka saja yang mengajukan penawaran kepada saya. Istilah jawanya, nrimo ing pandum.
Akhirnya, mereka mengajukan bayaran yang ternyata tidak sedikit. Bisa dibilang lebih dari ekspektasi saya. Sudah jelas, saya terima dong. Nah, kejadian berikutnya yang bakal mengubah nasib saya. Mereka meminta saya untuk menghubungi via WA untuk pembicaraan lebih lanjut.
Karena sejak awal sudah memperlihatkan iktikad baik, maka saya jabanin saja. Ternyata OK juga pas chattingan via WA. Saya sendiri husnuzan kepadanya, karena sudah deal sebelumnya kan. Tetapi eh tetapi, di akhir pembicaraan, dia meminta waktu kepada saya. Intinya, dia akan membuatkan kontrak kerja dan mengirim SOP kepada saya terlebih dulu, tapi hal itu tak bisa dilakukannya dalam waktu dekat.
"Nanti saya buatkan kontrak kerja dan SOP nya ya mas. Tapi mungkin baru beberapa hari jadi"