Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jalan Terjal AC Milan Meraih Scudetto Musim Ini

16 Februari 2021   19:31 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:22 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Pemain baru AC Milan. Meite, Mandzukic, dan Tomori. | foto: Instagram/zonarossonera.it via tribunnews.com

Setelah menguasai puncak sejak pekan ke-4 hingga pekan ke-21, AC Milan akhirnya lengser juga dari pucuk klasemen Serie A. Di pekan ke-22, secara tak terduga Milan kalah dari tim promosi, Spezia.

Bagi netizen bola yang bukan fan Milan atau sama sekali tidak menonton dan mengikuti Serie A musim ini, rasanya pasti mengejutkan melihat tim sekelas Spezia mengalahkan Milan. Namun, bagi saya dan tifosi Serie A lainnya, Spezia justru pantas dan sangat layak menang atas Milan.  

Spezia benar-benar mendominasi laga di malam itu. Empat tembakan berhasil diarahkan tepat ke gawang Donnarumma, sementara Milan dibuat tak mampu menghasilkan satupun shots on target ke gawang Provedel.

Mengutip dari statistik pertandingan yang disajikan understat, Spezia sukses mencatat nilai PPDA sebesar 8,91 dan mencatat nilai xG sebesar 1,33. Sementara Milan hanya mampu menghasilkan nilai PPDA 9,88 dan nilai xG 0,52.

Apa itu PPDA? Apa itu xG? Bagi yang belum paham sila berkunjung terlebih dulu ke artikel saya sebelumnya di: Salah Kaprah Penggunaan Statistik Sepak Bola (Bagian 1)

Ada 3 hal yang diterapkan Spezia untuk membongkar pertahanan Milan. Ketiga hal berikut ini mampu membuat Spezia unggul 2-0 di akhir laga.

Pertama, menerapkan high pressing. Sejak menit pertama, para pemain Spezia sudah menekan garis pertahanan Milan dengan pressing tinggi. Ini membuat Milan sulit memulai serangan.

Pressing tinggi dari pemain Spezia ini membuat Milan hanya punya dua opsi, yaitu umpan sangat pendek atau bermain long ball. Bagaimana tidak, pemain Spezia memaksa pemain Milan melakukan build-up serangan dari garis paling belakang dan mengurung pemain Milan di areanya sendiri.

Kedua, menerapkan zonal marking. Alih-alih menjaga pemain Milan satu-persatu, pemain Spezia kompak mengurung pemain Milan dengan zonal marking.

Skema zonal marking yang dibuat Spezia di laga tersebut terbilang kompak dan dinamis. Intensitas tekanannya tidak segarang Atalanta, tapi Spezia mampu menjaga areanya dengan baik dan sebaliknya membuat pemain Milan kesulitan menembus area Spezia.

Zonal marking yang dibuat Spezia fokus untuk menutup ruang progresi serangan Milan. Spezia tidak mengejar pemain Milan yang memegang bola saja, tapi menjaga area di mana pemain Milan tersebut punya opsi untuk mengirim umpan.

Ketiga, Spezia bermain dengan defensive line cukup tinggi. Tak cuma pressingnya yang berani, Spezia juga berani menaikkan garis pertahanan mereka. Dengan cara tersebut Spezia sukses meredam progresi Milan segera setelah mereka melancarkan serangan.

Defensive line yang tinggi juga membuat Spezia bisa segera kembali mengurung Milan di areanya sendiri. Dengan cara itu pula Milan kesusahan membangun serangan, sementara Spezia bisa menekan dan merebut bola dari pemain Milan.  

Hasil akhir Spezia vs Milan. | foto: Twitter @Squawka
Hasil akhir Spezia vs Milan. | foto: Twitter @Squawka
Ketiga skema di atas itu pula yang dipakai Juventus dan Atalanta untuk mengalahkan Milan di Serie A musim ini. Bedanya, baik Juventus, Atalanta, dan Spezia menerapkan intensitas tekanan yang berbeda-beda.

Hingga giornata 22 ini, untuk sementara Milan sudah menelan 3 kekalahan. Dalam kekalahan tersebut, dua kelemahan Milan berhasil dieksploitasi lawan. Pertama, lemahnya sisi sayap dan kedua, transisi positif dan negatif yang masih belum sempurna.

Seperti yang kita ketahui bersama, sebagai bek kiri, Theo Hernandez sangat berbahaya ketika ikut naik membantu serangan. Namun, keberaniannya overlap sering dimanfaatkan tim lain untuk mengeksploitasi posisi yang dia tinggalkan.

Transisi positif dan negatif Milan juga belum sempurna. Transisi positif adalah peralihan permainan tim dari posisi bertahan ke menyerang. Sementara transisi negatif adalah peralihan dari menyerang ke bertahan.

Milan memang beberapa kali mencetak gol dari situasi serangan balik. Dalam hal ini Milan punya keuntungan berkat winger-wingernya yang cepat. Tetapi, seperti yang sudah disinggung, pemain tadi kurang baik dalam situasi bertahan.

Nah, sepertinya skema dan gaya main Milan juga sudah mulai dihafalkan para lawannya. Walaupun kerap mengandalkan serangan balik, transisi positif yang dilakukan pemain Milan sering amburadul. Bisa dibilang inkonsisten, kadang menguntungkan, kadang jadi senjata makan tuan.

Satu kekurangan lain dari Milan dibanding para pemburu scudetto lainnya adalah soal kedalaman skuad. Menurut saya pribadi, kedalaman skuad AC Milan masih kalah dibanding Inter, Juventus, Napoli, Roma, bahkan Atalanta.

Saat Bennacer cedera misalnya, Pioli kesulitan memilih penggantinya. Tonali beberapa kali tampil, tapi beberapa kali kalah saing dengan Rade Krunic dan belakangan dengan Meite. Belum ada gelandang cadangan yang bisa memberi kenyamanan untuk mendampingi Frank Kessie.  

Pun sama dengan striker. Milan masih sangat bergantung dengan Ibrahimovic. Belum ada yang bisa menggantikan perannya sebagai ujung tombak Milan. Sangat berbahaya bila Milan kembali ditinggal Ibra di sisa kompetisi.

Kondisi kedalaman skuad yang masih kurang juga belum bisa diatasi di bursa transfer musim dingin kemarin. Di winter transfer Milan mendatangkan 3 pemain anyar, yaitu Tomori (CB, loan), Meite (CM, loan), dan Mandzukic (FW, free).

Menilik kualitas ketiganya, bisa dibilang Milan sekadar menambal skuad dengan modal seadanya. Tanpa merendahkan ketiganya, rasanya kedatangan ketiga pemain tersebut belum meyakinkan. Ya, semoga saja di sisa musim ini ketiganya bisa perform.

3 Pemain baru AC Milan. Meite, Mandzukic, dan Tomori. | foto: Instagram/zonarossonera.it via tribunnews.com
3 Pemain baru AC Milan. Meite, Mandzukic, dan Tomori. | foto: Instagram/zonarossonera.it via tribunnews.com
Kekalahan Milan bagi saya pribadi adalah sesuatu yang wajar. Pasalnya, skuad asuhan Stefano Pioli itu sudah tancap gas sejak awal pandemi tahun lalu. Sejak saat itu, the winning team jarang diganti dan formasi Pioli juga selalu sama, 4-2-3-1.

Kondisi Pioli kontras dengan Conte dan Pirlo. Juventus dan Inter sempat inkonsisten di awal musim. Kritikan sempat membanjiri mereka hingga membuat Conte dan Pirlo sama-sama pernah mengubah formasi dan gaya main demi menemukan racikan taktik jitu.

Bila Pioli ingin mengikuti jejak Conte dan Pirlo, rasanya sudah terlambat. Serie A sudah masuk paruh kedua, sangat riskan bereksperimen jelang akhir musim saat tim tengah berjuang di papan atas klasemen dengan jarak antarpoin yang berdekatan.

Akhirnya, hanya mentalitas dan daya juang yang bisa diharapkan milanisti saat ini. Kedalaman skuad sudah tidak bisa diotak-atik, sementara mengubah taktik di tengah kompetisi dengan jarak antarlaga yang mepet sangat berisiko. Bisa si mengubah formasi dan gaya main, tapi pemain kudu berlatih ekstra keras!

Apalagi menjelang akhir kompetisi setiap laga bagaikan hidup dan mati. Semua laga saangat penting, tak peduli home maupun away. Untuk Milan, kekalahan atas Spezia sendiri datang di momen yang tidak tepat.

Usai bertandang ke markas Red Star Belgrade pada Jumat (19/2) besok di ajang Liga Europa, Milan akan kembali ke San Siro dan menyambut suadara mudanya, Inter Milan dalam lanjutan giornata 23 Serie A (21/2). Kemenangan berarti kudeta dan kembali mengambil alih pucuk pimpinan Serie A, sementara kekalahan akan memperlebar jarak poin Milan dengan Inter.

Persetan dengan target scudetto! Situasinya sekarang, untuk mengamankan 4 besar saja sulit. Siapa suruh jumawa dengan menargetkan scudetto hanya gegara memimpin klasemen hingga paruh musim.

Padahal, sejak awal manajemen Milan sudah mengatakan bahwa targetnya adalah 4 besar dan kembali tampil ke Liga Champions. Jadi, wahai AC Milan, lebih baik Anda fokus saja di tiap laga. Jangan sampai kalah lagi di laga yang seharusnya bisa kau menangkan!

Sekian. Forza Milan!

@IrfanPras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun