Zonal marking yang dibuat Spezia fokus untuk menutup ruang progresi serangan Milan. Spezia tidak mengejar pemain Milan yang memegang bola saja, tapi menjaga area di mana pemain Milan tersebut punya opsi untuk mengirim umpan.
Ketiga, Spezia bermain dengan defensive line cukup tinggi. Tak cuma pressingnya yang berani, Spezia juga berani menaikkan garis pertahanan mereka. Dengan cara tersebut Spezia sukses meredam progresi Milan segera setelah mereka melancarkan serangan.
Defensive line yang tinggi juga membuat Spezia bisa segera kembali mengurung Milan di areanya sendiri. Dengan cara itu pula Milan kesusahan membangun serangan, sementara Spezia bisa menekan dan merebut bola dari pemain Milan. Â
Hingga giornata 22 ini, untuk sementara Milan sudah menelan 3 kekalahan. Dalam kekalahan tersebut, dua kelemahan Milan berhasil dieksploitasi lawan. Pertama, lemahnya sisi sayap dan kedua, transisi positif dan negatif yang masih belum sempurna.
Seperti yang kita ketahui bersama, sebagai bek kiri, Theo Hernandez sangat berbahaya ketika ikut naik membantu serangan. Namun, keberaniannya overlap sering dimanfaatkan tim lain untuk mengeksploitasi posisi yang dia tinggalkan.
Transisi positif dan negatif Milan juga belum sempurna. Transisi positif adalah peralihan permainan tim dari posisi bertahan ke menyerang. Sementara transisi negatif adalah peralihan dari menyerang ke bertahan.
Milan memang beberapa kali mencetak gol dari situasi serangan balik. Dalam hal ini Milan punya keuntungan berkat winger-wingernya yang cepat. Tetapi, seperti yang sudah disinggung, pemain tadi kurang baik dalam situasi bertahan.
Nah, sepertinya skema dan gaya main Milan juga sudah mulai dihafalkan para lawannya. Walaupun kerap mengandalkan serangan balik, transisi positif yang dilakukan pemain Milan sering amburadul. Bisa dibilang inkonsisten, kadang menguntungkan, kadang jadi senjata makan tuan.
Satu kekurangan lain dari Milan dibanding para pemburu scudetto lainnya adalah soal kedalaman skuad. Menurut saya pribadi, kedalaman skuad AC Milan masih kalah dibanding Inter, Juventus, Napoli, Roma, bahkan Atalanta.
Saat Bennacer cedera misalnya, Pioli kesulitan memilih penggantinya. Tonali beberapa kali tampil, tapi beberapa kali kalah saing dengan Rade Krunic dan belakangan dengan Meite. Belum ada gelandang cadangan yang bisa memberi kenyamanan untuk mendampingi Frank Kessie. Â