Kiper adalah pemain paling kesepian dalam sebuah kesebelasan sepak bola. Bayangkan saja, dia harus berdiri sendirian di bawah mistar gawang dengan tugas berat untuk menjaga keperawanan gawang timnya.
Saat timnya kalah dan kebobolan banyak gol, sering kali kiper jadi orang pertama yang mendapat sorotan dan kritikan tajam, termasuk dari fannya sendiri. Di era modern ini, saat kiper tampil buruk, dia sangat rentan menerima kritikan atau cacian dari fannya lewat media sosialnya. Â
Terbaru, kiper andalan Liverpool, Alisson Becker yang sedang berada di posisi tersebut. Penyebabnya seperti yang sudah kita sama-sama tahu. Alisson bikin 2 kesalahan fatal dan kebobolan 4 gol dalam kekalahan Liverpool 1-4 dari tamunya, Manchester City pada Minggu (7/2) kemarin.
Alisson, kiper utama timnas Brasil, peraih penghargaan kiper terbaik FIFA tahun 2019 seketika jadi buah bibir. Blunder yang ia buat semalam bagaikan aib yang menghancurkan 1000 kebaikannya. Dasar yang dipakai para haters untuk merundung Alisson bisa dibilang tidak adil.
Blunder yang dilakukan Alisson bersama Liverpool kemarin seketika membuat dirinya dibandingkan dengan kiper cadangan The Reds, Adrian yang sebelumnya juga pernah melakukan kesalahan fatal saat laga babak 16 besar Liga Champions 2020.
Tak cuma dengan Adrian, Alisson yang pernah berstatus kiper termahal dunia juga dibandingkan dengan kiper Liverpool lainnya, Loris Karius yang pernah melakukan blunder fatal di final Liga Champions 2018.
Terlepas dari hobi kiper Liverpool yang bergantian melakukan blunder, perundungan terhadap kiper saat Ia melakukan kesalahan dalam sebuah laga merupakan sebuah tindakan tidak terpuji. Mau dipandang dari sisi manapun, perundungan selalu merugikan korban.
"Tidak ada penjelasan yang nyata. Mungkin dia memiliki kaki yang dingin? Kedengarannya lucu tapi bisa jadi. Mungkin dia bisa menendangnya di tribun. Tapi Ali menyelamatkan hidup kami berkali-kali.", kata Jurgen Klopp soal penyebab blunder Alisson kepada Sky Sports dikutip dari Talksport (7/2).  Â
Sebuah tanggapan yang bijak bukan dari Jurgen Klopp? Pelatih berkebangsaan Jerman itu sepertinya sadar akan dampak buruk perundungan. Sikap bijak juga ditunjukkan sebagian fan Liverpool yang memenuhi kolom komentar media sosial Alisson dengan dukungan positif.
Penulis sendiri sebenarnya heran. Saat Karius dan Adrian yang bikin blunder, sangat sedikit fan yang memberi dukungan psikis kepada keduanya. Sebagian fan malah meminta Liverpool menjual kedua kiper cadangan mereka tersebut.
Kasus serupa juga dialami kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga. Dimulai dari kesalah pahamannya dengan Maurizio Sarri hingga beberapa kesalahan fatal yang dibuatnya di era Frank Lampard. Kepa yang hingga detik ini masih menyandang gelar sebagai kiper termahal dunia itu harus rela menjadi penghangat bangku cadangan Chelsea.
Di era Fank Lampard, Kepa masih beberapa kali dibela pelatihnya itu saat tampil buruk. Namun, dengan dipecatnya Lampard, kondisi Kepa jadi tidak pasti. Bisa jadi dia langsung dibuang Tuchel saat kembali melakukan blunder dan yang pasti sudah tak ada orang yang rela membela Kepa lagi.
Situasi di Arsenal juga sebenarnya mirip. Kiper utama mereka, Bernd Leno juga kerap melakukan kesalahan yang berujung gol. Kadang Leno tampil brilian, tapi suksesor Jens Lehmann itu juga tak jarang menerima kritikan dari fan atas penampilannya.
Untungnya Leno masih diberi kepercayaan tampil oleh Arteta. Sejauh ini, kiper baru yang didatangkan Arsenal masih dalam kategori kiper cadangan, bukan pengganti Leno. Saat Leno tampil kurang baik pun, pihak Arsenal cukup tertutup agar kipernya tersebut tidak menerima lebih banyak cacian.
Kembali ke sikap Jurgen Klopp. Apa yang diperlihatkan Klopp untuk menghadapi momen blunder yang dibuat pemainnya bisa dicontoh klub lain beserta seluruh pemain, pelatih, dan fannya. Klopp begitu melindungi si pemain.
Baik saat Karius, Adrian, dan Alisson membuat blunder, Klopp tidak membantah kejadian tersebut. Klopp justru mengakui kesalahan pemainnya, bahkan dia juga menambahkan dugaan penyebab kipernya tampil buruk.
Terkadang alasan Liverpool dan Klopp saat membela kiper yang melakukan blunder bisa dibilang tidak masuk akal. Mulai dari gegar otak yang jadi alasan Karius melakukan blunder, hingga kaki dingin Alisson saat melawan Manchester City kemarin.
Akan tetapi poinnya bukan itu, melainkan bagaimana Klopp menjaga agar moral dan psikis pemainnya tersebut tetap positif. Bisa dibilang kalau Klopp tengah mencoba menjaga mental si pemain, dalam hal ini Alisson Becker agar tidak tumbang.
Kita ambil contoh kasus Robert Enke. Ada yang mengingatnya? Enke muda adalah seorang kiper berbakat pada masanya. Musim 2002/2003, Enke memilih berlabuh ke Barcelona dari Benfica setelah dirinya mendapat beberapa tawaran dari klub-klub besar Eropa.
Sayangnya, di Barcelona itulah dia menerima perlakuan negatif. Dalam laga debutnya di ajang Copa del Rey, Enke kebobolan 3 gol dari klub divisa 3, Novelda. Barca kalah dan Enke langsung disalahkan. Parahnya, kapten Barca saat itu, Frank de Boer terang-terangan mengkritik Enke di hadapan publik.
Singkat cerita, Enke makin tak masuk skema Loius van Gaal. Pendukung Barca juga membencinya. Enke akhirnya dipinjamkan ke Fenerbahce. Namun, di klub Turki itu nasibnya malah tambah malang.
Permasalahannya sama. Enke lagi-lagi kebobolan 3 gol di laga debutnya bersama Fenerbahce. Laga itu akhirnya jadi satu-satunya laga resmi Enke bersama Fenerbahce setelah ia menerima perlakuan buruk suporter fanatik Fenerbahce yang melemparinya dengan botol.
Diketahui, Robert Enke sudah meninggal sejak 2009 lalu usai memilih mengakhiri hidupnya di perlintasan kereta api Neustadt am Rubenberge. Depresi akut jadi alasan kuat Enke memilih bunuh diri dan ternyata dia sudah mengalami hal tersebut sejak perlakuan buruk yang ia terima semasa di Barcelona.
Mengkritik boleh saja dan sah-sah saja. Fan jugalah yang menghidupi klub, jadi fan juga berhak memberikan suara dan kritikannya. Namun, fan harus tahu batasan dalam mengkritik seorang pemain, terutama kiper.
Jurgen Klopp adalah contoh paling ideal saat ini. Dia memberi teladan baik dengan masih membela dan memuji Alisson saat kiper Brasil tersebut melakukan blunder yang membuat timnya kalah. Apa yang jadi dasar Klopp untuk membela Alisson juga wajar kok.
"Bahasa Inggris Alisson sangat bagus dan dia memiliki kepribadian yang baik. Dia memiliki banyak pengalaman dalam beberapa tahun terakhir, di Eropa dan di Roma, dia bermain di sana pada level yang sangat tinggi dan dia melakukan hal yang sama di Piala Dunia.", kata Klopp dikutik dari laman liverpoolfc.com.
Selain berstatus sebagai kiper terbaik FIFA tahun 2019, Alisson juga mendapat penghargaan yang sama di tahun tersebut yang diberikan oleh IFFHS. Mau bagaimanapun, faktanya Alisson adalah pilihan utama timnas Brasil di bawah mistar gawang, menyingkirkan rekannya yang juga kiper Man. City, Ederson.
Alisson masih berusia 28 tahun, usia yang tergolong masuk periode keemasan seorang pesepakbola. Dunia bola internasional akan sangat merugi bila Alisson meredup akibat perundungan yang ia terima.
Kita tak tahu apakah mental Alisson sekuat De Gea, Buffon, atau Casillas yang bisa terus bangkit saat menerima bertubi-tubi kritikan dan cacian. Semoga saja mental Alisson segarang penampilannya ya.
Ayo bangkit lagi Alisson!
Sekian.
@IrfanPras  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H