Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menyoal Pengaruh Mesut Ozil terhadap Pamor dan Prestasi Liga Turki

4 Februari 2021   10:08 Diperbarui: 4 Februari 2021   23:39 1801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelandang timnas Jerman, Mesut Oezil. menjalani latihan ringan di Rungghof, 7 Juni 2018. (AFP/CHRISTOF STACHE via KOMPAS.com)

Liga Turki atau Super Lig Turki pernah jadi salah satu liga terpandang di Eropa. Dulu, banyak pesepakbola bertalenta yang mekar dari sana. Namun, selama hampir sekedake terakhir, Super Lig seperti hanya jadi tempat pesepakbola uzur mencari nafkah.

Secara prestasi, pamor Super Lig Turki memang kalah bila dibandingkan dengan liga-liga negara top Eropa seperti Italia, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, bahkan Belanda. Namun, secara passion, suporter sepak bola di Turki adalah salah satu suporter paling fanatik di dunia.

Turk Telecom Arena, markas Galatasaray tercatat di Guinnes World Records sejak 2011 lalu sebagai stadion paling berisik di dunia. Kala itu, sorak-sorai suporter Galatasaray menimbulkan gemuruh hingga 131,76 desibel atau setara dengan dentuman meriam.

Akan tetapi, kembali lagi soal pamor. Walaupun punya suporter yang sangat gila bola, liga Turki bukanlah salah satu liga terbaik di dunia. Di peringkat koefisien UEFA, Super Lig hanya menempati peringkat ke-13. Sementara di peringkat liga terbaik dunia versi IFFHS, Turki bertengger di posisi ke-26, lebih rendah dari liga Korea (20) dan Israel (13).

Kondisi dan pamor Super Lig Turki memang berbanding terbalik bila dibandingkan dengan gairah suporternya. Namun, kondisi itu bisa saja berubah mulai awal tahun ini. Di bursa transfer musim dingin ini, pecinta bola di Turki dibuat heboh dengan bergabungnya Mesut Ozil ke salah satu kontestan Super Lig, Fenerbahce.

Melansir dari transfermarkt, Mesut Ozil resmi pindah dari Arsenal ke Fenerbahce per 25 Januari lalu. Gelandang 32 tahun berpaspor Jerman dan berdarah Turki itu pindah secara gratis ke Fenerbance setelah hampir 8 tahun membela Arsenal.

Mesut Ozil resmi bergabung dengan Fenerbahce hingga Juni 2024. | foto: fenerbahce.org via besoccer.com
Mesut Ozil resmi bergabung dengan Fenerbahce hingga Juni 2024. | foto: fenerbahce.org via besoccer.com
Kepindahan Ozil ke Turki sontak membuat jagad media massa dan media sosial ramai. Hampir semua koran, majalah, dan situs berita nasional maupun internasional memberitakan transfer Ozil ke Fenerbahce. Bagaimana tidak, hengkahnya Ozil dari Arsenal seperti sebuah kabar yang dinanti-nanti.

Sejak foto Ozil dan Erdogan mencuat beberapa pekan sebelum Piala Dunia 2018 bergulir, nama Mesut Ozil bak seorang buronan interpol. Setiap gerak-geriknya, kicauannya di twitter, dan postingannya di instagram terus diawasi dan hampir pasti jadi bahan berita.

Ironisnya, Ozil akhirnya mundur dari timnas Jerman usai mendapat berbagai kecaman akibat foto bersama Erdogan itu. Kondisinya di Arsenal malah lebih parah. Performa Ozil inkonsisten dan tiap kali dirinya main underperform, Ozil langsung dicibir fansnya sendiri.

Gundogan, Ozil, dan Cenk Tosun berfoto bersama Erdogan di London pada 2018 lalu. | foto: Anadolu Agency/Getty Images via The Guardian
Gundogan, Ozil, dan Cenk Tosun berfoto bersama Erdogan di London pada 2018 lalu. | foto: Anadolu Agency/Getty Images via The Guardian
Mesut Ozil merupakan pesepakbola yang cukup aktif di media sosial. Ozil juga rajin menyuarakan pandangan dan sikapnya terhadap berbagai isu sosial, kemanusiaan hingga agama. Yang paling diingat tentu cuitan Ozil soal dukungannya kepada Muslim Uighur yang tertindas di China.  

Sayangnya, akibat hal tersebut, nama Mesut Ozil dicekal di China. Buntut lainnya, China juga menghapus nama Ozil dari game Pro Evolution Soccer (PES) dan FIFA. Namun, walau mendapat berbagai kecaman dan pencekalan, masih banyak penggemar yang mendukung Ozil dan salah satu dukungan terbesar tentu saja datang dari Turki.

"I have two hearts. One German and one Turkish."

Oleh karena itulah, saat kabar kepindahan Ozil ke Fenerbahce mencuat, sudah banyak pecinta bola di Turki yang kegirangan. Utamanya para pendukung Fenerbance yang paling bereuforia. Melansir dari Tribal Football, ada 312 ribu pendukung Fenerbahce yang melacak penerbangan Ozil ke Turki via situs Flightradar24. Fantastis bukan?

Perkenalan Mesut Ozil di Fenerbahce. | foto: Twitter @Fenerbahce
Perkenalan Mesut Ozil di Fenerbahce. | foto: Twitter @Fenerbahce
Di Instagram, unggahan pengumuman transfer Ozil oleh akun resmi Fenerbahce mendapat lebih dari 1 juta likes. Di akun twitter Fenerbahce, salah satu unggahan pernyataan Ozil saat perkenalannya mendapat lebih dari 173 ribu likes, 14 ribu retweet, dan dikomentari lebih dari 1200 orang. Antusiasme publik Turki terhadap Ozil sudah terjadi bahkan sebelum di pemain mencatat debut.

Lalu, apakah kedatangan Mesut Ozil ke Super Lig Turki dapat memberi dampak positif?

Kalau hanya membicarakan Fenerbahce saja, maka jawabannya iya. Walau terakhir kali berlaga secara kompetitif pada 7 Maret 2020 dan sedang diragukan kualitasnya, Mesut Ozil masihlah komoditi berharga di industri sepak bola.

Buktinya? Saat ini penyuplai jersey Fenerbahce masih Adidas, tapi per Juni nanti atau awal musim depan Puma diyakini bakal jadi sponsor baru Fenerbahce. Dilansir dari Footy Headlines, Puma juga dikabarkan berniat mensponsori Mesut Ozil sekaligus.

Ketertarikan Puma jadi sponsor Ozil menjadi bukti bahwa gelandang 32 tahun itu masih laku di pasaran. Dampak instan yang bisa dipetik Fenerbahce tentu saja profit dari penjualan jersey Mesut Ozil. Seperti yang sudah disinggung, nama Ozil di Turki mendapat apresiasi khusus.

Saya belum mendengar angka pasti dari penjualan jersey Mesut Ozil. Namun, melansir dari Middle East Eye, Fenerbahce melaporkan bahwa harga sahamnya naik 7% dalam satu hari usai bergabungnya Mesut Ozil. Ini adalah kabar baik bagi The Yellow Canaries --julukan Fenerbance--.

Tahukah Anda bahwa Fenerbahce sedang dililit utang? Angkanya tidak tanggung-tanggung. Givemesport dan Marca melaporkan bahwa Fenerbahce memiliki beban utang sebesar 460 juta paun atau setara 515 juta euro. Sebelum Ozil resmi bergabung dan bersedia menurunkan gajinya, Presiden Fenerbahce, Ali Koc sempat membuat kampanye penggalangan dana untuk membantu klub membayar gaji Ozil.

Sekarang Ozil sudah resmi bergabung dan memilih nomor punggung 67 di Fenerbahce. Seperti yang sudah disebutkan di atas, kedatangan Ozil dapat memberi dampak finansial positif bagi Fenerbahce. The Yellow Canaries bisa memanfaatkan nama besar Ozil untuk meraup keuntungan secara komersial.

Selama Mesut Ozil masih jadi bahan pemberitaan berbagai media internasional, pamor Fenerbahce bisa ikut terangkat. Secara engagement, nama Mesut Ozil di media sosial setara dengan Cristinao Ronaldo dan Lionel Messi. Ozil begitu aktif bersuara di media sosial dan dia juga punya banyak pengikut setia.

Hanya saja, Fenerbahce perlu berhati-hati. Mereka bisa belajar dari kasus Ozil di Arsenal. Fenerbahce harus cermat bersikap ketika Ozil menyuarakan sikapnya terhadap berbagai isu kemanusiaan dan keagamaan. The Yellow Canaries juga tak boleh playing victim saat Ozil terkena masalah lagi. Ya, semoga tidak ya.

Jika secara finansial kedatangan Mesut Ozil bakal memberi impak positif. Lalu, bagaimana dengan pengaruhnya di atas lapangan?

Mesut Ozil baru saja menjalani debutnya bersama Fenerbahce dalam lanjutan Super Lig pekan ke-22, Selasa (2/2) kemarin. Sayangnya, Ozil baru masuk di menit ke-77 saat Fenerbahce bertandang ke markas Hatayspor. Laga itu sendiri berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Fenerbahce.

Baru mencatat debut selama 13 menit bersama Fenerbahce usai absen selama lebih dari 300 hari, tentu sulit menilai performa Mesut Ozil saat ini. Fenerbahce juga pasti fokus untuk mengembalikan kebugaran Mesut Ozil yang lama tidak merasakan laga kompetitif.

Akan tetapi, bila melihat dari catatan statistiknya sejauh ini, Mesut Ozil saya kira masih bisa memberi dampak positif di atas lapangan hijau. Memang, selama beberapa musim terakhir performanya menurun, tapi Ozil masih bisa menghasilkan gol dan asis.

Statistik Mesut Ozil selama membela Arsenal | foto: WhoScored.com
Statistik Mesut Ozil selama membela Arsenal | foto: WhoScored.com
Lagipula, Super Lig tidak seketat Bundesliga, LaLiga, atau Premier League. Harusnya, Ozil bisa menaklukkan Super Lig dan membantu Fenerbahce merengkuh gelar liga. Jadi, mari kita nantikan aksi magis Mesut Ozil bersama klub barunya, Fenerbahce.

Sayangnya Turki tidak bisa menggantungkan nasib dari pamor dan sisa-sisa magis kejayaan mantan pemain top Eropa seperti Mesut Ozil untuk memperbaiki citra diri dan prestasinya. Federasi Sepak Bola Turki (TFF) dan Super Lig harus mengubah kultur sepak bolanya sendiri.

Mengapa? Dilaporkan oleh Daily Sabah (27/1), ternyata klub liga Turki yang merugi bukan hanya Fenerbahce saja, tapi hampir semuanya punya beban utang yang besar. Bahkan, klub-klub besar Turki seperti Fenerbahce, Galatasaray, Besiktas, dan Trabzonspor menyumbang beban utang paling tinggi.

Usut punya usut, utang yang menggunung itu disebabkan oleh kebiasaan buruk klub-klub Super Lig yang hobi mendatangkan mantan pemain top Eropa dengan biaya mahal. Beberapa mantan pemain top Eropa yang datang ke Turki di usia uzurnya antara lain, Guti, Roberto Carlos, Didier Drogba, Wesley Sneijder, Robin van Persie, hingga Robinho.

Kebiasaan mendatangkan pemain uzur itu sudah berlangsung lebih dari 1 dekade. Hal itu dilakukan klub-klub besar Super Lig untuk mendapatkan prestasi secara instan yang sebetulnya jangka waktu manfaatnya sangat singkat. Kondisi itu masih diperburuk dengan mata uang Turki (lira) yang terus melemah sehingga keuangan kontestan Super Lig makin merana.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Mesut Ozil, saya rasa Super Lig harunya memperbaiki kultur sepak bolanya dengan lebih ramah kepada pemain usia mudanya. Super Lig sudah tidak seperti dulu yang bisa dijadikan batu loncatan pemain muda menuju kompetisi top Eropa.

Pemain muda terbaik Turki seperti Caglar Soyuncu, Ozan Kabak, hingga Cengiz Under lebih memilih hijrah lebih cepat ke kompetisi liga negara lain karena kurangnya kesempatan bermain di negaranya sendiri. Dampaknya, prestasi kontestan Super Lig di kancah Eropa memburuk.

Dilansir dari Daily Sabah (11/12/2020), dengan gugurnya Istanbul Basaksehir dan Sivasspor di babak grup Liga Champions dan Liga Europa musim ini, kontestan Super Lig dipastikan tidak akan mendapat jatah tiket langsung ke babak grup kompetisi UEFA per musim ini. Tentu saja ini sinyal buruk bagi klub-klub Turki yang bisa makin sulit menyaingi klub top Eropa dan mendapat keuntungan finansial dari kompetisi UEFA.

Untuk Fenerbahce, mereka bisa sedikit berharap tuah dari sisa-sisa magis Mesut Ozil untuk memenangi liga dan lolos ke Liga Champions (lagi) walaupun lewat jalur kualifikasi. Semoga saja langkah Fenerbahce merekrut Mesut Ozil bukan sekadar memberi tempat kepada playmaker 32 tahun itu, tetapi juga demi memperbaiki prestasi klub.

Mendatangkan pemain top seperti Mesut Ozil memang perlu dilakukan oleh liga seperti Super Lig untuk menaikkan taraf kompetisinya. Namun, mereka juga perlu mempertimbangkan agar pemain muda negaranya sendiri tidak tergeser oleh para pemain asing yang datang.

Sekian. 

@IrfanPras

Referensi: Sportskeeda, IFFHS, UEFA, VivaGoal, Marca, Givemesport, Daily Sabah, Middle East Eye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun