Understat mencatat, Inter punya nilai xG sebesar 1,73. Sementara Juventus hanya 0,37 saja. Ini berbanding lurus dengan banyaknya peluang yang diciptakan Inter. Dari nilai xG yang disajikan understat, kita jadi tahu tim mana yang kualitas peluangnya lebih bagus.
Akan tetapi, jangan terpaku hanya dengan satu nilai xG saja. Untuk menilai siapa yang lebih mendominasi dan lebih efektif, kita perlu melihat visualisasi data xG yang dihasilkan sebuah tim sepanjang laga. Masalahnya, ada tim yang nilai xG lebih sedikit, tetapi bisa mencetak gol lebih banyak.
Visualisasi xG tersebut bisa dilihat di xG timeline. Melalui visualisasi inilah kita dapat mengetahui gambaran total xG yang dihasilkan sebuah tim dalam interval waktu tertentu. xG timeline mampu memperlihatkan tim mana yang paling efektif mengkonversi peluang menjadi gol.
Dalam sajian data di atas terlihat dengan jelas bahwa Inter memang benar-benar mendominasi Juventus. Terlihat bahwa pemain Inter lebih banyak menciptakan peluang bagus ketimbang Juventus. Sepanjang laga, nilai xG Inter jauh mengungguli Juventus.
Dalam visualisasi xG timeline di atas, kita juga bisa berasumsi bahwa pertahanan Juventus cukup terbuka hingga pemain Inter mampu menciptakan peluang lebih banyak. Selain itu, kita juga bisa berasumsi bahwa kiper Juventus, Wojciech Szczesny tampil sangat baik hingga mampu mencegah pemain Inter mencetak lebih banyak gol.
Nah, dari data kuantitatif yang sudah kita bahas di atas, baru kita bisa menyatakan bahwa Inter memang mendominasi pertandingan Derby d'Italia. Maksud dari pembahasan ini adalah statistik dalam sepak bola tidak bisa ditelan mentah-mentah. Untuk mengatakan tim A lebih dominan dari tim B, perlu membaca berbagai data dalam statistik sepak bola dan data penguasaan bola tidak bisa dipakai sebagai penentu kualitas sebuah tim.Â
Untuk itulah dibutuhkan analisis kualitatif, bukan sekadar kuantitatif dengan modal PPDA saja, xG saja, apalagi hanya modal penguasaan bola saja. Analisis kuantitatif dari data yang tersaji dalam statistik perlu dianalisis lebih lanjut.
Dalam sepak bola, faktor keberuntungan juga ada dan faktor seperti itu tidak terukur dalam angka. Semua drama yang terjadi dan situasi riil dalam sebuah pertandingan juga tidak bisa dinilai dalam angka saja. Untuk itulah dibutuhkan pengamatan secara langsung untuk bisa menganalisisnya secara kualitatif.
Sekian pembahasan kali ini. Mohon maaf bila terlalu panjang. Bila ada kritik, saran, atau masukan sila tinggalkan di kolom komentar. Di kesempatan berikutnya kita akan bahas salah kaprah yang lain. Jadi, sampai jumpa.
@IrfanPras