Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hidup bersama Orang Bermental Miskin Itu Melelahkan!

4 Januari 2021   19:53 Diperbarui: 5 Januari 2021   18:02 6003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Happy New Year!!!"

Setiap awal tahun baru tiba, ada sebuah kebiasaan yang lazim dilakukan mayoritas manusia di muka bumi ini. Membuat resolusi baru sebagai ganti resolusi tahun lalu yang kedaluwarsa.

Di tengah situasi pandemi COVID-19 yang entah kapan kelarnya ini, banyak ditemukan resolusi berupa pendidikan, kesehatan, dan karier yang membaik. Wajar. Pandemi membuat ketiga sektor itu sangat terpukul.

Bagi mereka yang merasakan secara langsung dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap kehidupannya, pasti akan merasa tertekan. Stres di tengah kondisi serba tak pasti memang tak bisa dihindari.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga sepakat bahwa pandemi virus corona bisa membuat banyak orang stres. Faktor penyebabnya antara lain, kondisi keuangan atau pekerjaan, kesehatan diri dan orang yang disayangi, hingga penerapan aturan jaga jarak, isolasi mandiri, dan lockdown bisa meningkatkan tingkat stres di masyarakat.

Akan tetapi, jauh sebelum COVID-19 menginfeksi dunia dan mengubah pola hidup manusia, ada satu kondisi lingkungan dan sosial yang mungkin tanpa kita sadari telah hidup berbarengan dengan kita dan membuat hidup kita dalam tekanan.

Kondisi tersebut adalah hidup dan/atau tinggal bersama orang bermental miskin. Adanya pandemi justru menampakkan wujud asli manusia-manusia yang sangat perlu kita hindari ini.

Mungkin selama ini Anda tidak sadar kalau hidup bersama orang bermental miskin akan menghambat kemajuan dalam diri Anda. Orang yang punya mental miskin senantiasa diliputi emosi negatif.

Seperti apa ciri-ciri orang bermental miskin itu?   

Sebelum saya jabarkan, mungkin Anda bisa menemukan dengan mudah ciri orang bermental miskin melalui laman pencarian Google, bahkan ada yang sudah buat infrografisnya. Namun, disini saya jabarkan ciri orang bermental miskin sesuai dengan pengalaman pribadi yang saya terima terutama dalam kondisi pandemi.

1. Senantiasa menyalahkan orang lain

Menolak salah. Itulah ciri pertama orang bermental miskin. Mereka tak mau disalahkan dan bila membuat kesalahan siapa saja bisa jadi korban tuduhannya.

Berada di dekat orang semacam ini sangat berbahaya. Bila mereka berbuat salah, kita bisa kena cipratannya dan mereka sendiri enggan mengakui kesalahannya.

Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, contoh yang paling kentara dan pasti dirasakan oleh pembaca adalah mereka suka menyalahkan pemerintah. Saya sebut suka karena memang sudah jadi hobinya.

Mungkin saja, sebagian dari kita juga kesal terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah di tengah kondisi pandemi ini. Namun, akan jadi bahaya bila ada yang terus-terusan menyalahkan, enggan percaya dengan adanya virus corona dan justru membahayakan orang lain.

2. Kaya teori, miskin aksi

Masih berkaitan dengan ciri yang pertama, ciri yang kedua adalah mereka jago dalam berteori atau berargumen, tapi minim praktik. Kata peribahasa, "tong kosong nyaring bunyinya".   

Dalam lingkup tempat kerja dan organisasi, orang dengan ciri seperti ini biasanya punya ide brilian, pandai berorasi, tapi hanya sebatas omong kosong. Dengan mudahnya menyuruh orang lain untuk begini begitu, tapi dia sendiri tidak melakukannya atau bahkan melanggar omongannya sendiri.

Dalam situasi pandemi COVID-19, orang yang percaya corona adalah konspirasi semata bisa jadi contohnya. Corona itu fiktif, buatan antek-antek asing dan aseng. Masker, apd, tes swab dan rapid, hingga vaksin hanyalah alat bisnis untuk memperkaya industri farmasi dunia.  

Itu adalah contohnya dan bila mereka diminta untuk membuktikan omongannya, hmm pasti belepotan. Kadang, teorinya tidak masuk akal dan justru mencelakakan dirinya dan orang sekitarnya.

3. Suka mengharap bantuan

Saya tak mau Anda jadi bersuudzon terhadap saya dengan ciri orang bermental miskin yang ketiga ini. Namun, orang seperti ini memang ada, banyak dan tak jarang bikin repot.

Ada dua penyebab yang membuat orang memohon bantuan kepada orang lain. Pertama, kondisi ekonominya. Bisa karena kondisi keuangannya yang memang benar-benar kekurangan atau sedang terpuruk karena terkena musibah.

Nah, mereka yang kurang karena kondisi ekonominya, tentu wajar meminta pertolongan. Namun, apa jadinya kalau suka meminta bantuan bukan karena memang "miskin", tapi karena mentalnya. Ini yang perlu dihindari.

Bapak saya kebetulan seorang ketua RW dan beliau ikut jadi pengurus satgas jogo tonggo. Satgas jogo tonggo mendata dan membagikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19 secara adil dan merata sesuai dengan dana yang dimiliki.

Namun, ada saja warga yang berisik. Pak RT pernah sowan ke rumah kami, beliau bercerita kalau ada warga yang mengirim pesan singkat kepadanya dengan nada yang kurang mengenakkan, menyalahkan ketua RT, tapi intinya minta bantuan karena merasa dirinya butuh dibantu. Siapa saja yang dalam kondisi ini tentu merasa tidak nyaman dan hilang rasa ibanya.

Dalam situasi kehidupan yang lebih luas, ciri-cirinya bisa terlihat dalam diri orang yang tidak bisa hidup mandiri. Jika ada masalah memilih menghindar dan kembali ke ciri mental miskin yang pertama, menyalahkan orang lain yang tidak membantunya.

Contoh ekstremnya, ada loh orang yang malas bekerja, tapi ingin kaya. Nah, untuk mencapai kekayaan tersebut, dia mengandalkan warisan dan mengincar harta gono-gini orang lain. Naudzubillah.

"Wajar bisa, dia kan orang kaya", "Hidup ini gak adil", "Bukan salah saya dong", "Halah, beruntung aja tuh dia"

Nah, kata-kata di atas adalah contoh lain orang dengan mental miskin. Entah apa masalahnya, hidupnya diliputi iri, dengki, dan julid. Selain ciri tadi, orang yang banyak mengeluh dan suka mencurigai orang lain juga termasuk ciri orang bermental miskin.

Lalu, bagaimana cara untuk menghidari hidup bersama orang bermental miskin?

Ada satu solusinya. Jauhi, lalu hadapi. Untuk memahaminya, mari simak petuah dari Imam Al-Auza'i berikut ini.

Imam Al-Auza'i rahimahullah berkata kepada seorang lelaki:

"Aku ingin memiliki sebuah rumah yang jiran tetangganya tidak ghibah (mengumpat), tidak ada perasaan dengki dan tidak ada kebencian."

Maka lelaki itu mengajakku kekuburan dan berkata: "Di sinilah tempatnya."

Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/182

Ya, orang dengan mental miskin akan selalu ada dalam hidup kita. Sejauh apapun menghindar, pasti akan berjumpa lagi. Maka jalan satu-satunya, hadapilah!

Kunci dari menghadapi orang dengan mental miskin sejatinya bukan sekadar menghindari hidup bersama mereka. Dalam stoisisme, lingkungan, kawan, dan opini orang sekitar yang bermental miskin termasuk ke dalam hal yang tidak bisa kita kendalikan.  

Daripada pusing dan lelah memikirkannya, kunci keselamatan berada dalam mindset kita. Persepsi, pikiran, dan tindakan kita kala menghadapi mereka jadi senjata utama yang bisa diasah. Intinya, jangan sampai terpengaruh dan dikendalikan dengan emosi negatif yang dimiliki orang yang punya mental miskin.

Kita bisa menjalin relasi dengan siapa saja, tapi tidak dengan teman. Kita juga bisa memilih untuk tinggal dengan siapa kan? Maka daripada sibuk beradu mulut dengan orang bermental miskin, mending fokus kepada hal yang kita kendalikan saja. Karena sungguh, hidup bersama orang bermental miskin itu melelahkan!

Hidup bersama orang yang punya mental miskin itu ibarat seorang yang anti rokok, tapi memilih hidup bersama seorang perokok aktif. Semua sudah paham, kalau perokok pasif lebih berisiko mati cepat ketimbang perokok aktif.

Nah itulah ciri dan tips menghadapi orang dengan mental miskin. Semoga kita bisa melalui tahun yang baru ini dengan dikelilingi lingkungan yang sehat dan suportif akan kemajuan kita.

Quote Jack Ma tentang orang bermental miskin | sumber foto: https://www.linkedin.com/pulse/jack-ma-says-worst-people-serve-poor-might-your-colleagues-khan/
Quote Jack Ma tentang orang bermental miskin | sumber foto: https://www.linkedin.com/pulse/jack-ma-says-worst-people-serve-poor-might-your-colleagues-khan/
Sekian. Terima kasih sudah membaca.

@IrfanPras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun