Bukan Mikel Arteta atau Chris Wilder yang segera menyusul status Slaven Bilic yang menganggur usai dipecat klubnya, West Bromwich Albion. Adalah pelatih Chelsea, Frank Lampard yang tengah diambang pemecatan.
Terbaru, Chelsea kembali gagal memetik poin penuh kala tanding di kandangnya sendiri. Senin (28/12) malam waktu setempat, The Blues ditahan imbang Aston Villa, 1-1. Gol tunggal Olivier Giroud di menit ke-34 sanggup disamakan Anwar El-Ghazi di menit ke-50.
Mungkin hasil tersebut wajar, sebab Aston Villa memang sudah tancap gas sejak awal musim dan sedang duduk di posisi ke-5, setingkat lebih tinggi dari Chelsea yang tertahan di peringkat 6 klasemen Premier League. Sayangnya, dalam 5 laga terakhirnya, anak asuh Frank Lampard hanya mampu menang sekali.
Sejak menekuk lutut Leeds United, 3-1 awal Desember lalu, The Blues hanya sanggup mengumpulkan 4 poin dari maksimal 15 poin yang bisa dikoleksi. Dalam 5 laga terakhirnya di Premier League, mereka menelan 3 kekalahan dari Everton (12/12), Wolverhampton (15/12), dan Arsenal (26/12).
Satu-satunya poin penuh yang bisa diraih dalam 5 laga terakhir hanyalah kemenangan telak 3-0 atas West Ham United (21/12). Fakta lainnya, 3 kekalahan yang ditelan Timo Werner dkk didapat di laga tandang. Namun, apakah meraih 4 poin saat berlaga di Stamford Bridge adalah capaian yang bagus?
Chelsea memang produktif kala berlaga di kandangnya sendiri. Meraih 4 kemenangan dan 3 kali imbang dari 8 laga kandang yang sudah dijalani, 18 gol berhasil diciptakan Giroud dkk. Sayangnya, catatan apik itu hanya berlaku saat Chelsea memainkan pertandingan di kandang sendiri.
Musim ini, kandang lawan seolah jadi tempat angker bagi anak asuh Frank Lampard. 8 kali menjalani laga away, Chelsea hanya meraih 2 kemenangan dan sudah menelan 3 kekalahan. The Blues memang baru menelan 4 kekalahan dari 16 laga, tapi mereka sudah 5 kali pula gagal menang.
Permasalahannya ada pada lini serang Chelsea. Khusus di ajang Premier League, top skor sementara Chelsea adalah Tammy Abraham dengan 6 golnya dan total sudah mengemas 8 gol di semua ajang. Sementara itu, top skor sementara Chelsea di musim ini dipegang oleh Olivier Giroud dengan koleksi 9 golnya (3 di Premier League).
Benar, tak ada nama Timo Werner terpampang di puncak daftar pencetak gol Chelsea musim ini. Striker 24 tahun asal Jerman yang proses transfernya menyita perhatian itu baru mengemas 4 gol dan 4 asis dalam 16 penampilannya di Premier League.
Total, striker yang didatangkan Frank Lamprd usai menikung Liverpool itu baru mencetak 8 gol dan 5 asis dari 23 penampilannya di semua ajang bersama Chelsea. Ironisnya, Werner sudah madul selama 10 penampilan terakhirnya.
80 juta euro! Itulah harga yang kudu ditebus Chelsea saat membeli Kai Havertz dari Bayer Leverkusen di awal musim ini. Dari 20 penampilannya sejauh ini, Havertz baru mengemas 4 gol dan 3 asis.
Usai mencetak trigol ke gawang Barnsley di babak ketiga EFL Cup, September lalu, Kai Havertz baru mencetak gol perdananya di Premier League kala ditahan imbang Southampton (17/10). Setelah itu, penampilannya jauh dari kata memuaskan.
Mahal, tapi gagal! Itulah label yang disematkan kepada dua rekrutan baru Chelsea asal Jerman itu. Penampilan keduanya sangat tidak sesuai dengan harga yang harus dikeluarkan bos Chelsea, Roman Abramovich.
Inilah kenyataan yang membuat posisi Frank Lampard lebih rawan terdepak ketimbang Mikel Arteta atau Chris Wilder. Ada beban tersendiri kala bekerja di bawah perusahaan pimpinan Roman Abramovich.
Bayangkan saja, 247,2 juta euro sudah dikeluarkan Chelsea di bursa transfer musim panas kemarin. Dana sebanyak itu digunakan untuk mendatangkan jasa Timo Werner, Kai Havertz, Hakim Ziyech, Ben Chilwell, dan Edouard Mendy.
Hasilnya cukup memuaskan buat Chilwell, Mendy, dan Ziyech. Khusus untuk Ziyech, sejak ia absen akibat cedera awal Desember lalu, Chelsea hanya menang sekali. Kalau Chillwell, Mendy, dan Ziyech telah memberi pengaruh positif, lain ceritanya dengan peran Werner dan Havertz bagi kesuksesan taktik Lampard.
Harga yang mahal, tapi hasilnya murahan! Siapapun yang ada di posisi Roman Abramovich pasti tak senang dengan performa Werner dan Havertz. Apalagi kita tengah membicarakan the big boss, Roman Abramovich yang karismanya mirip seorang senior di sekolahan.
Pasal 1: Senior tak pernah salah. Pasal 2: Senior selalu benar. Pasal 3: Jika senior salah, lihat kembali pasal 1. Begitulah filosofi kepemimpinan seorang Roman Abramovich di tubuh klub miliknya, Chelsea.
Bila mundur ke belakang saat bursa transfer musim panas, Chelsea memang menyita perhatian. Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang membuat pemasukan klub seret, The Blues justru belanja besar-besaran.
Tak hanya nominalnya yang besar, sejatinya, pemain yang didatangkan juga berlabel bintang. Selain itu, proses negosiasi transfer yang dilakukan Chelsea juga membuat siapapun berdecak kagum.
Ada sosok Marina Granovskaia, direktur klub yang dipercaya Roman untuk mengelola proses transfer dan kontrak kerja sama untuk Chelsea. Tanpa kecerdasan Marina dalam bernegosiasi dengan klub lain, Lampard tak mungkin dapat pemain sekelas Werner, Ziyech, maupun Havertz.
Namun faktanya sekarang, pembelian mahal tersebut tampil di bawah ekspektasi. Menurut The Express, Roman bisa saja frustasi dengan penampilan rekrutan barunya semacam Kai Havertz. Lantas, apakah hal ini turut memengaruhi posisi Marina sebagai kepala eksekutif di tubuh Chelsea?
Rasa-rasanya mustahil. Marina Granovskaia sudah bekerja dengan Roman Abramovich sejak 1997 silam. Marina bahkan ikut pindah ke London saat Roman membeli Chelsea di tahun 2003. Posisi Marina terus naik hingga jadi tangan kanan Roman Abramovich.
Bagaimanapun, Roman adalah seorang pebisnis. Cuan tak bisa dikesampingkan. Dan Marina adalah orang kepercayaannya dalam bidang ini. Selain berjasa dalam membeli dan menjual pemain, Marina jugalah orang di balik suksesnya Chelsea menjalin kontrak kerja sama dengan Nike senilai 60 juta paun per tahun hingga 2032 nanti.
Singkatnya, memecat Marina dengan dalih kerugian atas penampilan buruk rekrutan anyar yang tak sebanding dengan harga belinya, mustahil terjadi. Yang ada, justru taipan Rusia itu yang besar kemungkinan mendepak siapapun yang duduk di kursi pelatih The Blues.
Memang, sekali Roman dibuat frustasi dengan penampilan The Blues, siapapun bisa jadi korbannya. Menurut rumor yang beredar, jika Lampard tak sanggup membawa Chelsea finish 4 besar, pemecatan sudah menantinya.
Buktinya? Mari berkaca pada mantan pelatih Chelsea sebelum Lampard. Ada Roberto Di Matteo yang mempersembahkan trofi Liga Champions perdana untuk The Blues. Hanya gara-gara inkonsistensi dalam beberapa pertandingan terakhirnya, Di Matteo didepak walau sebelumnya juga sudah mempersembahkan trofi FA Cup.
Pun sama dengan Jose Mourinho yang dua kali menukangi Chelsea dan dua kali pula dipecat. Â Walau sudah membawa The Blues juara Premier League 3 kali, FA Cup 1 kali, dan EFL Cup 3 kali, The Special One tidak mampu abadi dibawah kepemimpinan Roman Abramovich.
Bila pelatih yang sarat pengalaman dan sudah memberi bukti berupa trofi saja tak luput dari pemecatan, maka wajar dan mudah saja bagi Roman Abramovich untuk mendepak Frank Lampard yang masih minim pengalaman dari kursi pelatih kepala Chelsea.
Walau masih sebatas rumor, tak bisa dipungkiri bahwa posisi Frank Lampard juga tengah tertekan. Selain itu, yang menginginkan kehadiran Werner, Havertz, dkk dalam skuad Chelsea musim ini ya pria 42 tahun itu.
Bahkan, baik Werner, Havertz, dan beberapa rekrutan baru Chelsea mengaku dibujuk langsung oleh Frank Lampard untuk mau berseragam biru London. Artinya, peran Lampard dalam mendatangkan pemain baru juga cukup besar.
Karisma Lampard sebagai salah satu gelandang nomer 8 terbaik di masanya bukan isapan jempol belaka. Kalau memang begitu, ada baiknya Lampard jadi seperti Maldini saja, berperan sebagai direktur olahraga yang bermain peran di balik layar. Â
Lalu, jika Lampard benar dipecat, siapa saja yang mungkin ditunjuk Roman Abramovich jadi juru kemudi The Blues?
Menurut The Sun, setidaknya ada 6 calon pengganti Lampard. Mereka adalah Massimiliano Allegri (tanpa klub), Thomas Tuchel (tanpa klub), Laurent Blanc (tanpa klub), Rafael Benitez (Dalian Professional), Nuno Espirito Santo (Wolverhampton Wanderers) dan John Terry (Aston Villa, asisten pelatih).
Sosok Allegri jadi kandidat terkuatnya. Prestasinya kala menukangi AC Milan dan Juventus bisa jadi acuannya. Apalagi, Chelsea cukup bersahabat dengan pelatih asal Italia. Sebelumnya, Chelsea sudah pernah dilatih Italiano semacam Maurizio Sarri, Carlo Ancelotti, Roberto Di Matteo, hingga Claudio Ranieri.
Selain Allegri, Thomas Tuchel juga bisa dilirik. Pasalnya, Tuchel baru saja dipecat dari posisinya sebagai juru taktik PSG. Namun, bila Chelsea tak kapok dilatih mantan pemainnya sendiri, mengontrak John Terry bisa jadi opsi murahnya.
Akan tetapi, apakah akan secepat itu Frank Lampard didepak dari singgasananya?
Saat ini Chelsea duduk di posisi 6 klasemen Premier League dengan koleksi 26 poin. Namun, mereka bisa jadi makin merosot, sebab pesaing di bawahnya seperti Man. City (26 poin), Spurs (26 poin), dan Southampton (25 poin) baru memainkan 14 laga (Man. City) dan 15 laga (Spurs ,Southampton).
Bila pesaingnya bisa memetik poin penuh di laga sisa, posisi Chelsea akan makin dekat ke Arsenal yang sedang berjuang menjauh dari zona degradasi. Bila Lampard masih mau bertahan, maka jalan satu-satunya adalah tampil apik selama bulan Januari.
Ada 6 laga yang akan dimainkan The Blues, 5 di Premier League dan 1 di FA Cup. Tantangan terberat hadir dari City (3/1/2021), Leicester (19/1/2021), dan Wolverhampton (27/1/2021). Tantangan makin berat karena laga tersebut akan berlangsung saat bursa transfer musim dingin.
Kemungkinan bakal ada pemain baru lagi untuk Chelsea. Namun, kemungkinan tersebut kecil. Pasalnya, rekrutan Chelsea di musim panas saja belum tampil sesuai harapan.Â
Ada kemungkinan juga bulan tersebut jadi masa evaluasi bagi Werner dan Havertz. Bila masih under perform, bisa jadi mereka akan segera dijual lagi sebelum harganya turun drastis.
Bila benar demikian, maka sejatinya tekanan tak hanya mengarah kepada Lampard saja, melainkan juga Werner dan Havertz. Oleh karenanya, mengapa baik Lampard, Werner, dan Havertz tak bekerja sama saja?
Hmm.. kenyataannya, selama 16 laga di Liga, tak nampak simbiosis mutualisme yang diharapkan pendukung The Blues terhadap ketiganya. Malahan, Lampard sudah terang-terangan mengkritik dan memberi peringatan kepada Werner dan Havertz. Â
Sekali lagi penulis mengingatkan. Jangan sekali-kali bikin bos besar Roman Abramovich frustasi. Bila bandel, siap-siap saja kena tendang!
Sekian.
@IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H