Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Lubang Resapan Biopori, Solusi agar Sampah Sisa Makanan Tak Terbuang Percuma

10 Desember 2020   10:55 Diperbarui: 11 Desember 2020   10:09 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lubang Resapan Biopori, Solusi Agar Sampah Sisa Makanan Tak Terbuang Percuma | foto: Dokumentasi Pribadi

Siapa yang masih sering membuang sisa makanannya?

Sepengalaman saya, sangat jarang orang Indonesia yang menghabiskan makanannya hingga tak bersisa. Ambil contoh saja waktu resepsi pernikahan. Masih banyak tamu undangan yang mengambil makanan dengan porsi banyak tapi tak mampu menghabiskannya.

Mungkin data berikut ini bisa sedikit menyadarkan pembaca yang masih suka menyisakan makanan bahkan sampai membuangnya.

Pada tahun 2011 lalu, The Economist merilis sebuah laporan yang berjudul "Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System". Dalam laporan tersebut, didapat fakta bahwa rata-rata orang Indonesia membuang makanan sekitar 300 kg setiap tahunnya.

Ternyata, pada tahun 2016 hasilnya masih sama. Adalah Barilla Center for Food & Nutrition yang melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara pembuang makanan terbesar kedua di dunia.

Penyebabnya sama, ada sekitar 300 kg sampah sisa makanan yang terbuang tiap tahunnya di Indonesia. Miris! Sebab dalam laporan Barilla Center for Food & Nutrition itu, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari segi prevelensi kekurangan gizi di antara 67 negara. 

***

Sejatinya, keluarga Indonesia punya seribu satu cara untuk menyiasati makanan atau bahan sisa masakan agar tak menjadi sampah. Yang sering dipraktikkan ibu-ibu adalah memasaknya kembali atau memanaskan makanan sisa semalam.

Padahal, kebiasaan itu tidak baik lho untuk kesehatan. Apalagi ada beberapa makanan yang disarankan untuk segera dihabiskan selepas dimasak, seperti seafood misalnya.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), seafood yang sudah dimasak tidak aman untuk dimasak kembali beberapa jam kemudian. FDA menyarankan untuk membuang sajian seafood pasca 2 jam berada di suhu ruangan, sebab seafood bisa berubah menjadi sarang bakteri yang bisa menimbulkan keracunan.

Pada intinya, sampah sisa makanan tak bisa dihindari. Secerdas apapun mengolah bahan makanan, akan selalu ada sampah yang dihasilkan.

Misalnya begini, ibu memasak nasi goreng pete yang lezat. Sayangnya saya tak suka pete, alhasil pasti menyisakan pete tersebut dan membuangnya ke tempat sampah setelah menghabiskan nasinya.

Pete yang saya buang tersebut pasti akan jadi bagian dari sampah dapur. Sebelum itu, pasti sudah ada sisa bahan masakan seperti bumbu, sayur, hingga buah yang tak bisa dikonsumsi dan berujung jadi sampah dapur pula.

Sangat disayangkan bila sampah sisa makanan itu terbuang sia-sia bukan? Nah, daripada menjadikannya mubazir, lebih baik dijadikan pupuk kompos saja.

Sebab, selama ini masyarakat Indonesia tak tahu kalau membuat pupuk kompos itu terbilang cukup mudah dan gampang dipraktikkan. Cukup manfaatkan Lubang Resapan Biopori saja untuk membuat pupuk kompos alami.

Apa itu Lubang Resapan Biopori?

Ilustrasi Lubang Resapan Biopori. | Foto: sda.pu.go.id
Ilustrasi Lubang Resapan Biopori. | Foto: sda.pu.go.id
Lubang Resapan Biopori (LRB) atau yang biasa disebut dengan biopori adalah lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya serap air pada tanah.

Fungsinya seperti sumur serapan yang punya kegunaan untuk menyerap air hujan agar tak menggenang sekaligus meningkatkan daya serap air pada tanah. Dengan adanya biopori, peresapan air ke dalam tanah jadi cepat sehingga mampu mencegah genangan dan banjir serta erosi dan longsor.  

Biopori juga membantu meningkatkan cadangan air bersih di dalam tanah. Nah, ada satu kegunaan lagi dari biopori yang jarang dimanfaatkan. Yaitu untuk menyuburkan tanah dan membuat pupuk kompos alami.

Caranya cukup mudah. Kita hanya perlu memasukkan sampah organik ke dalam lubang biopori. Sampah organik tersebut bisa berupa dedaunan dan sampah dapur seperti makanan sisa serta sisa sayuran dan buah-buahan.  

Apa saja yang dibutuhkan untuk membuat Biopori?

Bor tanah biopori. | foto: yusufabdurrohman.com
Bor tanah biopori. | foto: yusufabdurrohman.com
Alat utama yang harus ada adalah bor tanah dengan panjang sekitar 1 meteran. Usahakan yang manual saja karena lebih murah dan biar sekaligus olahraga juga. Bor tanah ini bisa di dapat di toko-toko pertanian atau bisa juga dibuat sendiri di tukang besi dan las.

Alat kedua yang dibutuhkan adalah pipa PVC beserta tutupnya. Usahakan ukuran diameternya sekitar 10 cm dan panjangnya 80-100 cm. Sebab, ukuran lubang yang dianjurkan adalah sedalam 80-100 cm dengan diameter 10 cm. Tutupnya bisa memakai tutup berbahan PVC atau kawat, pokoknya harus ada lubangnya.

Salah satu contoh pipa PVC untuk lubang resapa biopori. | foto: http://sda.pu.go.id/
Salah satu contoh pipa PVC untuk lubang resapa biopori. | foto: http://sda.pu.go.id/

Cara pembuatan Lubang Resapan Biopori:

  1. Tentukan lokasi yang akan dijadikan tempat pembuatan,
  2. Siram tanah yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan biopori dengan air agar tanah menjadi lebih lunak dan mudah untuk dilubangi,
  3. Lubangi tanah dengan menggunakan bor tanah usahakan membuat lubang yang tegak lurus,
  4. Buat lubang dengan kedalaman 80-100 cm,
  5. Masukkan pipa PVC yang sudah dilubangi,
  6. Kemudian, isi lubang dengan sampah sisa makanan dan kombinasikan dengan sampah organik agar tak terlalu bau,
  7. Setelah itu tutup lubang dengan tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu.

Nah, dalam waktu kurang lebih 3-4 minggu, sampah organik yang dimasukkan ke dalam biopori bisa diambil dan dipergunakan sebagai pupuk kompos. Pupuk kompos tersebut bisa kita gunakan untuk kebutuhan pribadi.  

Pupuk kompos tersebut terbentuk secara alami berkat proses penguraian yang dibantu mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Selain jadi pupuk, hasil penguraian sampah organik di dalam biopori tersebut juga mampu menyuburkan tanah di dalamnya. 

Kebetulan saya sudah pernah mempraktikkannya saat Kuliah Kerja Nyata 2 tahun lalu. Saat itu kami sekelompok terjun di desa yang baru saja dilanda banjir. Saat kami datang, banyak sekali genangan air yang tak terserap maksimal ke dalam tanah.

Beberapa tahun setelah kami membuat program pembuatan Lubang Biopori di desa tersebut, alhamdulillah tidak terdengar kabar banjir lagi. Sayangnya kami belum sempat memproduksi pupuk kompos karena keterbatasan waktu KKN. 

Membuang dan memanfaatkan sampah sisa makanan dan sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos dengan bantuan biopori juga memiliki efek positif. Kita jadi terlatih untuk memilah sampah organik dan anorganik sebelum membuangnya. 

Jadi, daripada membuang sampah sisa makanan langsung ke dalam tempat sampah, lebih baik pilah dulu dan masukkan ke dalam biopori. Dengan cara itu pula kita ikut membantu mengurangi jumlah sampah dapur yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Karena berdasarkan data Kementan, sampah makanan di Indonesia mencapai 1,3 juta ton per tahun. Jika dirupiahkan, setiap 1,3 juta ton sampah makanan mampu menghasilkam Rp 27 triliun. Nominal 27 triliun itu bila mampu dikonsumsi dengan maksimal dapat dialihkan untuk memberi makan 28 juta orang per tahunnya.

Dengan fakta itu, masih mau menyia-nyiakan makanan dan menyisakannya sebagai sampah sisa makanan?

Biopori memang bisa jadi solusi untuk memanfaatkan sampah sisa makanan agar tak terbuang percuma. Hanya saja perlu dipahami bersama bahwa membuang sisa makanan termasuk kesia-siaan alias mubazir.

Bagi Anda yang beragama Islam, Allah SWT membenci perilaku mubazir. Sebagaimana hadist Rasullah sawa,

"Sesungguhnya Allah membenci kalian karena 3 hal: "kata-katanya" (berita dusta), menyia-nyiakan harta, dan banyak meminta." (HR.Bukhari)

Nah, perilaku membuang sampah sisa makanan bermula dari kebiasaan buruk manusia yang tidak bertanggung jawab dengan makanan yang tersaji di piringnya. Makanan yang sudah diambil tidak dihabiskan dengan alasan yang paling sering didengar adalah kekenyangan.

Untuk mencegah perilaku buruk itu, kita bisa mulai dengan menghargai makanan itu sendiri. Bersykurlah dengan tiap rezeki yang kita dapat, jangan boros. Ambillah makanan sesuai dengan porsi perut kita.

Ingat, membuang sisa makanan adalah cerminan perilaku boros nan mubazir. Namun, bila terpaksa dan tak terhindarkan, manfaatkan saja untuk dijadikan pupuk kompos dengan biopori.

Tertarik membuat biopori di rumah?  

Kalau iya, selamat mencoba ya!

@IrfanPras

***

Referensi: [1], [2], [3], [4], [5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun