Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pesepak Bola dan Klub Idolanya

8 Desember 2020   17:48 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:07 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Striker Leicester City, Jamie Vardy, melakukan selebrasi setelah mencetak gol. (Foto: OLI SCARFF/AFP via kompas.com)

Usai membobol gawang Fiorentina dan memastikan kemenangan dramatis untuk Roma, Batistuta enggan berselebrasi dan justru menangis. Memang sebegitu cintanya Batigol terhadap Fiorentina, bahkan sebelum dan sesudah laga, Ia menghampiri fans Fiorentina untuk memberi hormat.   

Selain Vardy dan Batistuta, hampir semua pesepak bola dunia rasanya pasti juga punya tim idola, hanya saja ungkapan dukungan mereka bisa berbeda-beda. Selebrasi hanyalah salah satu cara dan cara yang paling mudah ketika enggan mengakuinya di media.

Sebagai milanisti, baru-baru ini saya juga baru ingat lagi kalau Alessio Romagnoli adalah fans Lazio. Pernyataan tersebut keluar langsung dari mulut kapten Milan itu saat diwawancarai Football Italia pada tahun 2018 lalu.

Alessio Romagnoli ber-selfie dengan seragam Lazio tak lama setelah ditransfer ke Milan dan langsung mendapat ancaman pembunuhan dari fans AS Roma. | foto: sslaziofans.it
Alessio Romagnoli ber-selfie dengan seragam Lazio tak lama setelah ditransfer ke Milan dan langsung mendapat ancaman pembunuhan dari fans AS Roma. | foto: sslaziofans.it
Namun, saya tak kaget, sebab sebelum Romagnoli sudah ada legenda Milan yang seperti itu. Menariknya keduanya punya kemiripin, yaitu berposisi sama sebagai bek tengah dan memakai nomer punggung yang sama di Milan, yaitu 13.

Dia adalah Alessandro Nesta. Baik Nesta dan Romagnoli sama-sama mengaku sebagai fans Lazio. Bedanya, Nesta pernah jadi kapten Lazio sementara Romagnoli justru besar di akademi AS Roma.

Fakta itu juga yang jadi sebab Nesta sangat sulit bermain impresif kala berjumpa Lazio. Atas dasar itu pula, saya maklum bila Romagnoli juga melakukan hal yang sama dan saya pun enggan berekspektasi lebih atas performanya saat melawan Lazio.

Lagipula, apa masalahnya? Kita sebagai fans juga seperti itu, punya klub idola dan klub yang dibenci. Saat klub yang kita dukung menang, kita pasti akan senang. Sama seperti saat klub yang kita benci kalah, kita juga senang.

Begitu pula pesepak bola. Lagipula, mereka juga sama seperti kita, sama-sama homo sapiens. Jadi, bila mereka mengekspresikan dukungan atau kebencian mereka terhadap suatu klub, ya maklumi saja.

Sekian. Salam Bola
@IrfanPras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun