"Saya nggak ngurusin isu (pindah ke Malaysia, Red) itu. Saya masih fokus lahiran anak pertama saya," cetus Hansamu saat ditemui Jawa Pos di Gresik, beberapa waktu lalu.
Tak hanya pemain lokal yang hijrah ke luar Indonesia. Para pemain asing yang terlanjur dikontrak juga beberapa sudah pergi dari Indonesia akibat liga yang tak kunjung kick-off.
Salah duanya adalah Bruno Lopes dan Guy Herve. Bruno Lopes, striker Madura United yang baru datang Oktober lalu memilih kembali ke Brasil. Sementara Guy Herve, gelandang Pantai Gading milik Bhayangkara FC berlabuh ke salah satu tim di Liga Maroko.Â
Selain nama-nama di atas, beberapa pemain lokal dan asing yang akan habis kontrak pada Desember nanti juga jadi komoditi panas di bursa transfer. Siapa pun bisa merekrut mereka, termasuk klub-klub luar Indonesia, baik level ASEAN, Asia, maupun Eropa.
Apa kita tak malu jadi salah satu negara yang belum melangsungkan kompetisi sepak bola di tengah pandemi Covid-19 dengan protokol kesehatan? Di ASEAN, hanya Indonesia dan Brunei yang belum jalan liganya.
Oleh karena itu, saya sangat mendukung keputusan klub yang membuka jalan pemainnya untuk dipinjamkan atau dikontrak klub luar negeri. Apa sisi positifnya?
Plus-minus berkarier di luar Indonesia
Berkarier di luar negeri terutama Eropa hampir jadi impian setiap pemain bola. Pertanyaannya, apakah ada pemain kita yang enggan berkompetisi di luar Indonesia?
Jawabannya, ada. Alasan klasiknya adalah kenyamanan dan dekat dengan keluarga. Greg Nwokolo sudah pernah menyindir ini. Begitu pula Beto Goncalves yang menilai pemain lokal kita terlalu gampang puas dengan kariernya.
Pemain lokal kita bisa mencontoh perjalanan karier Yanto Basna. Basna adalah contoh terbaik. Dia dulu hanya cadangan di Timnas U-19 era Indra Sjafri dan sudah sering di-bully netizen kala membela timnas.
Tapi saksikanlah Yanto Basna sekarang. Bek 25 tahun itu sudah membela 3 klub di Thailand dan jadi salah satu bek asing terbaik. Tahun lalu, Basna masuk dalam 11 pemain ASEAN terbaik di Thai League.