Kabar duka bagi dunia sepak bola dunia. Salah satu pesepak bola terbaiknya sekaligus legenda hidup sepanjang masa, Diego Maradona baru saja tutup usia. Maradona meninggal di usia 60 tahun akibat henti jantung di rumahnya, Rabu (25/11/2020) malam WIB.
Kabar meninggalnya Maradona sangatlah mengejutkan. Dunia sepak bola begitu terlihat terpukul. Sejak berita meninggalnya Maradona mencuat semalam, media sosial terus dibanjiri ucapan belasungkawa, bahkan #RIPMaradona masih memuncaki trending topic twitter hingga hari ini.
"Kamu membawa kami ke tempat tertinggi di dunia. Kamu membuat kami luar biasa bahagia. Kamu adalah yang terbaik dari semua. Terima kasih telah hadir, Diego. Kami akan merindukanmu di sisa hidup kami,", tulis Presiden Argentina, Alberto Fernandez di akun Instagram-nya.
Bila ada yang paling berduka terhadap kematian Maradona selain keluarganya, maka itu adalah seluruh masyarakat Argentina dan Napoli. Diego Maradona jadi legenda hidup di sana dan dipuja bak pahlawan, tak peduli kontroversi atau masalah yang ia buat.
Presiden Argentina telah menetapkan 3 hari berkabung nasional sebagai bentuk penghormatan kepada Maradona. Sudah tak terhitung berita yang mengabarkan sejumlah fans yang terlihat sangat sedih atas berita kematian ini. Kerumunan fans yang berkabung terjadi di berbagai tempat yang punya memori dengan Diego Maradona.
Romansa Sejati Argentina kepada Diego Maradona
Terpukulnya Napoli dan fansnya atas berpulangnya Maradona bisa dipahami. Maradona adalah legenda Napoli dan dialah yang memberi kejayaan kepada klub asal kota Naples itu. 7 musim membela I Partenopei, Maradona memberi kejayaan di Italia dan Eropa.
Maradona mempersembahkan total 5 trofi. 1 trofi Coppa dan Supercoppa Italia, 1 trofi UEFA Cup, dan 2 trofi Serie A di musim 1986/1987 dan 1989/1990. Setelah saya telusuri, sebelum kedatangan Maradona di Naples, koleksi trofi mayor milik Napoli baru berupa 2 trofi Coppa di tahun 1962 dan 1976.
Begitu Maradona datang, Napoli langsung berjaya. Lagipula, sejak tahun 2000, nomer punggungnya semasa di Napoli, yaitu tentu saja 10 telah dipensiunkan I Partenopei.
Yang paling kita ingat tentu saja gol "tangan tuhan" yang ia cetak ke gawang Inggris di gelaran Piala Dunia 1986. Akibat gol itu, Inggris tersingkir dari Argentina di babak perempat final. Lebih lanjut, publik Inggris langsung membenci Diego Maradona.
Walaupun Maradona telah mengharumkan nama Argentina di berbagai ajang kompetisi sepak bola dunia, akhir kisahnya bersama timnas negaranya terbilang menyakitkan. Ia diusir dari ajang Piala Dunia 1994 setelah gagal dalam tes doping. Setelah kejadian itu, kariernya bersama La Albiceleste berakhir dengan catatan 91 caps dan 34 gol.
Itu bukan pertam kalinya Diego Maradona terlibat kasus doping. Sebelum itu, tepatnya di akhir masa baktinya di Naples, Maradona kecanduan kokain. Ia bahkan didenda 70 ribu USD karena absen dalam latihan dan pertandingan Napoli. Ia pun menerima hukuman larangan bermain selama 15 bulan dan meninggalkan Napoli dengan kenangan memalukan pada 1992.
Singkat cerita, kariernya menurun drastis. Diego Maradona yang tadinya lincah dan energik berubah menjadi sosok yang gemuk, pecandu, alkoholisme dan hampir mati pada tahun 2000 akibat gagal jantung yang disebabkan konsumsi kokain-nya.
Diego Maradona pernah ngambek saat melatih Gimnasia de la Plata pada November tahun lalu. Namun, dua hari berselang ia mau kembali setelah mendapat bujuk rayu dengan syarat presiden klubnya tak boleh diganti. Walau punya rekor buruk, Maradona malah dapat perpanjang kontrak pada Juni lalu hingga akhir musim.
Akan tetapi, takdir berkata lain. Seperti yang kita ketahui, Maradona tak bisa menyelesaikan kisahnya di Gimnasia. Sebelum kembali menorehkan cerita kehidupan, ia berpulang. Kisahnya di Gimnasia adalah contoh bagaimana orang Argentina begitu setia dan cinta mati kepada Diego Maradona.
Adalah hal tabu membicarakan sisi negatif Diego Maradona kepada orang Argentina. Maradona adalah cinta mati masyarakat Argentina, mulai dari anak-anak hingga orang tua, orang biasa hingga politisi sampai presiden semuanya tak ada yang membenci Maradona.
Kalau Maradona orang Indonesia, pasti sudah banyak yang menyesalkan kehidupan pribadinya. Kaum-kaum moralis akan mengecam tindakan dan tutur kata Maradona yang kadang kelebat batas. Alasannya, ia adalah legenda sepak bola dunia yang seharusnya jadi panutan.
Akan tetapi tidak begitu dengan orang Argentina dan Naples. Sekarang lihat saja bagaimana mereka begitu sedih. Keburukan dalam diri Maradona tak membuat orang-orang melupakan jasa dan betapa baiknya Maradona kepada mereka.
"Diego adalah yang terbaik di sini, selamanya. Saya mendapatkan perempuan menjadi istri saya pada 1986 ketika Diego mencetak gol Tangan Tuhan-nya. Sejujurnya, bagi saya Diego adalah segalanya. Sebagai suporter Boca dan Argentina, ia adalah sosok terhebat. Apa yang terjadi menimbulkan kesedihan mendalam," kata Jose Luis Shokiva, warga Buenos Aires berusia 53 tahun yang ikut berkumpul di jalanan kota Buenos Aires menyusul kabar duka Maradona.
Jose Luis hanyalah salah satu contoh orang yang cinta mati kepada Maradona. Di luar sana tentu masih banyak. Salah satunya adalah Pele. Legenda Brasil dan rival Maradona itu juga merasakan kehilangan.
"Tentu, suatu hari kita akan menendang bola bersama di langit di atas," kata Pele dikuti dari Reuters via merdeka.com
Lambat laun, publik pun sudah sadar bahwa Maradona tak bisa disamakan dengan siapa pun. Sematan "The Next Maradona" pada sosok Lionel Messi yang dulu nyaring terdengar kini telah sirna. Publik paham bahwa Messi adalah Messi, dan Maradona tetaplah Maradona.
Messi tak tumbuh di lingkungan yang sekeras Maradona. Lingkungan tumbuh kembangnya sangatlah berbeda. Menurut Pavel Meda, Maradona mewakili aspek nakal representasi kelas pekerja dari Argentina.
Messi adalah tipe borjuis orang Argentina, sementara Maradona adalah pria rakyat dengan kanakalan alami khas pria Argentina. Istilahnya, Maradona adalah contoh orang Argentina asli, maka dari itu, orang Argentina begitu mencintainya hingga sekarang menangisi kepergiannya.
"Saya ingin semua orang Argentina baik-baik saja, kami memiliki negara yang indah dan saya percaya Presiden kami akan dapat mengeluarkan kami dari momen ini.
"Saya sangat sedih ketika melihat anak-anak yang tidak cukup makan, saya tahu bagaimana rasanya kelaparan, saya tahu bagaimana rasanya ketika Anda tidak makan selama beberapa hari dan itu tidak dapat terjadi di negara saya. .
"Itulah keinginan saya, untuk melihat orang Argentina bahagia, dengan pekerjaan dan makan setiap hari."
Itulah wawancara terakhir Diego Maradona sebelum serangan jantung merenggut nyawanya, Rabu (25/11) malam waktu setempat. Dalam wawancaranya dengan koran lokal, Clarin tepat di ulang tahunnya pada 30 Oktober lalu, Diego Maradona masih sempat berterima kasih kepada pendukung setianya dan tentunya mendoakan kebaikan kepada negaranya.
@IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H