9 November 2020 jadi hari bersejarah bagi kontestan Serie A Italia, Fiorentina. Klub berjuluk La Viola itu menunjuk kembali mantan pelatih mereka, Cesare Prandelli. Rocco Commisso, presiden Fiorentina menunjuk Prandelli selepas memecat Giuseppe Iachini dari kursi kepelatihan La Viola.
''Secara khusus, saya ingin berterima kasih kepada Iachini. Dalam posisi yang sulit pada musim lalu, dia berhasil membawa tim ini bangkit. Sayangnya, sejumlah hasil di laga terakhir membuat kami perlu melakukan perombakan di aspek teknis,'' kata Presiden Fiorentina, Rocco Commissio, dilansir dari Sky Sport, Selasa (10/11) via Republika.com.
Ada 2 hal yang bisa kita soroti dari pergantian pelatih di kubu Fiorentina ini. Pertama, keputusan memecat Iachini dari posisinya sangatlah tepat. Di bawah komando Iachini sejak pertengahan Desember musim lalu, Fiorentina tidak nampak bertaji.
Inkonsistensi adalah sahabat sejati klub yang bermarkas di Artemio Franchi itu. Musim lalu, Fiorentina hanya dibawa Iachini finish di posisi ke-10. Sebetulnya, telah banyak yang mengingatkan dan mengkritik keputusan Commisso menunjuk Iachini sebagai allenatore Fiorentina menggantikan Vincenzo Montella.
Faktanya, Iacchini bukanlah pelatih kelas eksekutif di Italia. Sepanjang karier kepelatihannya sejak pensiun sebagai pemain pro pada 2001 lalu, pria yang kini berusia 56 tahun itu lebih banyak melatih klub-klub medioker. Ia tak punya pengalaman melatih klub papan atas dengan ambisi juara.
Iachini bisa dibilang pelatih spesialis promosi. Dia 4 kali membawa klub yang dilatihnya promosi dari Serie B ke Serie A. Chievo Verona dan Palermo dibawanya jadi juara Serie B 2008 dan 2013. Lalu, Iacchini juga berhasil membawa Brescia dan Sampdoria promosi ke Serie A lewat jalur play-off pada 2010 dan 2012.
Mungkin saja, Comisso, presiden kepala batu Fiorentina itu menunjuk Iachini karena Ia merupakan mantan gelandang Fiorentina era 1989-1994. Atas dasar itulah, mungkin saja Comisso beranggapan bahwa Iachini sudah mengenal Fiorentina luar-dalam.
Fatal! Hingga giornata 7, Fiorentina hanya mampu meraih 2 kemenangan dan 2 hasil imbang. Dengan koleksi 8 poin, La Viola tertahan di posisi 12. Padahal, Fiorentina punya skuad yang cukup menjanjikan dengan perpaduan pemain muda semacam Gaetano Castrovilli dan Nikola Milenkovic yang dipadukan dengan pemain sarat pengalaman seperti Giacomo Bonaventura, Jose Callejon, hingga Frank Ribery.
Singkat kata, pemecatan Iachini bukanlah hal yang mengagetkan. Keputusan ini justru tepat, tapi sebetulnya alangkah baiknya Comisso tak menunjuk Iachini sejak awal.
Pada periode pertama Prandelli, Fiorentina kembali disulap jadi salah satu kuda hitam di Serie A. Bisa dibilang, Prandelli adalah pelatih tersukses Fiorentina selepas era Claudio Ranieri pada periode 1993-1997 dengan mega bintangnya, Gabriel Batistuta.
Periode pertama Prandelli bersama La Viola dimulai pada musim panas 2005. Suka dan duka langsung singgah bersamaan di akhir musim 2005/2006. Tangan dingin Prandelli sukses mengubah nasib Fiorentina dari tim yang nyaris degradasi menjadi tim kuda hitam yang finish di posisi keempat dan lolos ke Liga Champions.
Sayangnya, kabar suka di akhir musim tersebut diikuti kabar duka. Fiorentina terjerat kasus calciopoli, mendapat pengurangan 30 poin, turun ke posisi 9, kelolosannya ke Liga Champions dicabut, dan harus memulai musim berikutnya dengan poin -15.
Walaupun memulai musim dengan poin minus, Prandelli berhasil mengangkat muka Fiorentina dengan finish di posisi ke-6 pada musim 2006/2007 dan meloloskan La Viola ke UEFA Cup. Selama dua musim pertamanya, bisa dibilang bahwa Prandelli merupakan juru selamat Fiorentina.
Di musim ketiganya, Fiorentina asuhan Prandelli tampil luar biasa. Di ajang UEFA Cup, Fiorentina lolos hingga semifinal sebelum kalah adu penalti dengan Rangers. Sementara di ajang liga, La Viola berhasil finish 4 besar dan lolos ke Liga Champions setelah 8 tahun absen.
Di babak grup Liga Champions 2008/2009, Fiorentina finish di posisi ketiga dan berakhir di babak 32 besar UEFA Cup. Namun, di ajang Serie A, mereka masih berhasil mengakhiri liga di posisi ke-4 dan lagi-lagi lolos ke Liga Champions.
Musim 2009/2010 atau musim kelima Prandelli menukangi Fiorentina merupakan masa yang paling berkesan. Tim ini lolos hingga babak 16 besar Liga Champions dan jadi semifinalis Coppa Italia. Sayangnya, kesuksesannya tak menular di liga. Fiorentina finish di posisi ke-11 dan gagal lolos ke Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun.
Atas jasa dan kerja kerasnya bersama La Viola, Cesare Prandelli dianugerahi penghargaan Panchina d'Oro 2 kali beruntun pada 2005 dan 2006. Panchina d'Oro diberikan kepada pelatih terbaik asosiasi sepak bola Italia.
Tak hanya dihargai oleh asosiasi, Prandelli juga mendapat penghargaan individu sebagai Serie A Coach of The Year pada tahun 2008. Ketiga penghargaan prestisius itu diraih tentu berkat jasanya menjadi juru selamat Fiorentina selama dan pasca kasus calciopoli.
Selama 5 musim bersama Fiorentina, banyak pemain yang Prandelli orbitkan. Satu yang paling sukses adalah Luca Toni. Toni dan Prandelli datang pada musim yang sama, 2005/2006. Keduanya bekerja sama selama dua musim sebelum Toni dibeli Bayern Munich pada 2007.
Selepas era Toni, Prandelli bergantung pada duet Adrian Mutu dan Alberto Gilardino. Tangan dingin Prandelli berhasil mengembalikan ketajaman Mutu dan Gilardino yang sempat melempen sebelum bergabung dengan Fiorentina.
Baik Toni, Mutu, dan Gilardino akhirnya kita kenal sebagai legenda Fiorentina. Namun, bila boleh menyebut satu nama yang paling bersinar pada periode pertama Prandelli sebagai pelatih La Viola, maka dia adalah Riccardo Montolivo.
Tak hanya jadi andalan di lini tengah La Viola, ketika Prandelli ditunjuk sebagai pelatih timnas Italia, Montolivo juga jadi pilihan utamanya. 4 tahun bekerja sama sebagai pemain dan pelatih Gli Azzurri dari 2010 hingga 2014, Prandelli dan Montolivo berhasil membawa Italia menjadi runner-up Euro 2012 dan juara 3 Piala Konfederasi 2013.
"Impian saya adalah membangun tim yang berani, yang membuat takut siapa pun," kata Prandelli seperti dilansir Football Italia via detik.com
Apa yang diimpikan Prandelli bukanlah tanpa dasar. Seperti yang sudah disinggung, Fiorentina punya skuad yang cukup mumpuni untuk bersaing di papan atas Serie A, walaupun sudah ditinggal Federico Chiesa ke Juventus.
Apalagi dengan kekuatan uang dari Rocco Comisso, pengusaha kaya Amerika yang membeli La Viola dari Diego Della Valle pada akhir musim 2018/2019. Perpaduan skuad muda dan senior yang didukung pelatih handal serta dukungan dana yang besar rasanya tidak berlebihan bila kita layak menunggu Fiorentina kembali jadi tim kuat.
Akan tetapi, sebelum berharap terlalu jauh, ujian pertama bagi Prandelli adalah memenangi laga perdana sebagai pelatih baru Fiorentina. La Viola akan menjamu Benevento pada Minggu (22/11) nanti dalam lanjutan pekan ke-8 Serie A. Kemenangan tentu bakal jadi pijakan kuat bagi Prandelli di kursi panas pelatih Fiorentina.
Apakah Prandelli bakal jadi juru selamat Fiorentina lagi? Mari kita tunggu saja dan selamat bekerja Cesare Prandelli!
Sekian.
@IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H