Belum juga selesai kasus Gisel, skandal video syur baru mirip artis lain, Jedar alias Jessica Iskandar kembali bikin heboh dan sudah tersebar di jagad media sosial. Kalau kata netizen, habis Gisel terbitlah Jedar.
Bukan cuma Gisel dan Jedar yang pernah bikin heboh gara-gara kasus video syur. Sebelum keduanya menjadi trending topic Twitter selama dua hari berturut-turut, sudah ada beberapa artis yang pernah terlibat skandal memalukan itu.
Melansir dari intipseleb.com, tercatat ada 7 artis selain Gisel dan Jedar yang pernah tersandung kasus serupa. Mereka adalah Marion Jola, Luna Maya, Vanessa Angel, Aura Kasih, Nagita Slavina, The Connell Twins, dan Syahrini. Di luar nama itu, mungkin pembaca juga ingat sosok Cut Tari yang juga pernah terlibat kasus video mesum.Â
Catatan: Daftar nama artis yang pernah terlibat kasus video syur di atas hanya ditulis untuk sekadar mengingatkan, bukan untuk mengajak pembaca mencari link-nya. Fokus, jangan nakal. Ingat istri, pacar, atau orang tua.
Kembali ke topik. Awal tersebarnya video mesum mirip Gisel dan Jedar terjadi di lini masa Twitter. Selain kata Gisel dan Jedar yang menjadi trending topic, "Bagi Link" adalah dua kata favorit yang bersliweran menemani obrolan netizen Twitter sejak Sabtu (7/11) pagi hingga Minggu (8/11) malam.
Ya, video syur yang menyeret Gisel dan Jessica Iskandar disebar melalui Twitter. Pertanyaanya, kenapa Twitter dipilih si penyebar video ketimbang media sosial lain?
Twitter, Media Sosial Ladang Konten Pornografi
Melansir dari wartaekonomi.co.id, Plt Kepala Biro Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Setu menyebut bahwa Twitter telah menjadi penyumbang konten pornografi terbanyak di medsos Indonesia sejak 2009. Kabarnya, sejak 2009 silam, sudah sekitar 600 ribu akun pornografi yang diblokir.
Mengapa konten pornografi bisa bebas bersliweran di Twitter?
Pemerintah kita sudah berusaha keras memblokir konten-konten cabul dari internet, terutama media sosial. Google, Facebook, Instagram hingga Youtube juga sejalan dengan pemerintah untuk memerangi konten pornografi di platform-nya.
Google punya fitur bernama SafeSearch, fungsinya guna membendung kata kunci berbau porno yang berpotensi memunculkan konten pornografi di hasil pencarian. Lalu Facebook dan Instagram yang mempekerjakan artificial intelligence (AI) khusus guna mendeteksi foto/video telanjang yang diunggah tanpa persetujuan mereka.
Intinya, platform seperti Google dan Facebook mampu mendeteksi sejak dini konten yang berpotensi pornografi, mencegahnya tampil, hingga memblokir atau menghapusnya tanpa campur tangan pemerintah. Sayangnya, langkah serupa tak diikuti Twitter. Â
 "Caution: This profile may include potentially sensitive content". Hanya peringatan semacam itu yang dikeluarkan Twitter untuk akun-akun mesum dan cabul. Seperti yang sudah diketahui, sangat mudah pula menembusnya. Mirisnya, sistem pencarian Twitter tidak memblokir kata kunci mesum dan porno serta tak perlu pula VPN untuk membuka aksesnya.
Bisa dikatakan bahwa Twitter tidak sepenuhnya tunduk dengan aturan pemerintah kita. Mereka tak punya fitur pendeteksi dan penghapus konten pornografi secara otomatis seperti Google atau Facebook. Namun, mengapa mereka tak diblokir saja seperti Tumblr?
Alasannya karena Twitter termasuk platform yang kooperatif dengan aturan pemerintah soal pemberantasan konten pornografi. Twitter sendiri mengakui bahwa platform-nya menjadi ladang konten foto dan video syur seperti skandal video Gisel dan Jedar. Namun, mereka juga sigap men-suspend dan memblokir akun-akun penyebar konten pornografi.
Kembali ke pertanyaan awal, kenapa konten pornografi tetap bisa hidup di Twitter?
Twitter tidak sepenuhnya memakai regulasi Indonesia. Twitter berkantor di San Francisco dan mereka memakai regulasi Amerika yang lebih longgar. Perbedaan regulasi ini yang menyebabkan konten pornografi masih subur.
"Artinya, mengunggah video porno di hukum Amerika dan Eropa bukan tindakan pidana. Di Twitter juga sama artinya, berdasarkan hukumnya Amerika itu bukan tindak pidana. Mereka hanya melanggar pornografi anak, pornografi yang melibatkan anak-anak," kata Plt Kepala Biro Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Setu di Jakarta, Selasa (11/2/2020), dikutip dari wartaekonomi.
Itulah kenapa cuplikan video syur mirip artis seperti Gisel dan Jedar bisa cepat viral di Twitter. Mungkinkah ada agenda tertentu, atau hanya sekadar menyebar gosip?
Benarkah Skanda Video Syur Artis Jadi Konten Pemersatu Bangsa?
Sejak viralnya skandal video syur Gisel dan Jedar, lini masa Twitter dipenuhi tagar-tagar serupa. Seperti yang sudah dibilang di awal, kata "Bagi Link" ada di mana-mana.
Banyak pihak yang sudah ikut menyebar konten video syur di Twitter. Tak sedikit pula yang menguangkan konten tersebut dengan dijual di platform lain seperti Telegram. Saya tahu hal ini berdasarkan pengamatan, bukan pengalaman ya.
Atas dasar itulah, tak sedikit netizen yang bersyukur karena pengguna Twitter akhirnya bisa akur dan kompak gara-gara konten video syur mirip Gisel dan Jedar. #PemersatuBangsa pun menggema mengiringi kata kunci Gisel maupun Jessica Iskandar.
Hanya kata kunci Manchester United dan tagar-tagar Kpop yang mampu menandingi keviralan Gisel dan Jedar. Sempat muncul berbagai tagar buzzer dan islami, tapi semuanya tak bertahan lama dan kalah saing.
Apalagi dengan polisi yang bergerak cepat mengusut penyebar konten video syur. Tak heran bila netizen makin yakin kalau konten video mesum artis mampu menyatukan bangsa ini. Buktinya, aparat kita gercep mengusutnya, tak seperti kasus-kasus korupsi atau kriminal yang prosesnya tunggu sana tunggu sini.
Saya tak mau menyimpulkan kalau skandal mesum Gisel dan Jedar tengah jadi konten pemersatu bangsa Indonesia di tengah gejolak sosial yang terjadi. Saya tak mau pula menyimpulkan kalau tersebarnya video mesum itu sebagai pengalihan isu. Namun, saya punya fakta dan argumentasi yang lebih menarik ketimbang itu.
Kita Memang Akrab Dengan Pornografi
Sebuah survei situs mesum menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara pengakses konten pornografi terbesar di dunia. Situs tersebut adalah Po***ub. Sengaja disensor, karena jika pembaca tahu tulisan lengkapnya, fix sudah tidak polos lagi dan saya sarankan untuk segera bertaubat ya.
"Sebuah survei dilakukan Po***ub (tidak ditulis lengkap) pada tahun 2015 dan 2016, bahwa Indonesia menempati ranking kedua pengakses pornografi setelah India," ungkap Koordinator Nasional ECPAT Indonesia, Ahmad Sofian dikutip dari artikel radarjember (12/4/2018).
Mirisnya, dari hasil survei tersebut 74 persennya terindikasi sebagai generasi muda. Sebelum menyimpulkan kalau generasi muda kita serusak itu, dari hasil survei juga diketahui kalau 26 persen pengakses Po***ub dari Indonesia merupakan orang tua. Sama-sama memalukan to?
Artinya, baik tua dan muda tak ada bedanya. Semua sudah pernah mengakases konten pornografi, bahkan mungkin jadi konsumen tetap atau malah jadi pecandu.
Pada 2018 lalu, ECPAT mengungkapkan pula bila KPAI juga melakukan survei sendiri terhadap 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 kota. Hasilnya sungguh miris. 97% pelajar pernah mengakses konten pornografi.
Pembaca masih ingat kan, dulu ada anggota DPR yang kedapatan tengah menonton video porno saat sidang berlangsung. Masih soal wakil rakyat kita, skandal video syur yang melibatkan anggota legislatif juga masih subur. Gak percaya? Coba cek sendiri di Google.
Suka tidak suka, akui sajalah, bangsa kita memang sudah akrab dengan pornografi bahkan sebelum viralnya video syur mirip Gisel dan Jedar. Orang-orang di sekitar kita sudah sejak dulu mampu duduk bersama, bersatu untuk membicarakan pornografi tanpa menunggu adanya skandal video syur artis. Bahkan ketika membicarakannya, segala tembok penghalang persatuan bisa rubuh.Â
Saya rasa masih bakal langgeng juga budaya itu. Tengok saja bagaimana sudah terpaparnya generasi muda kita terhadap konten pornografi. Lagipula, penyebar video syur mirip Gisel dan Jedar kemungkinan anak muda juga kan?
Inilah yang berbahaya. Mengutip dari tirto.id, Mauro Coletto dalam papernya yang berjudul "Pornography Consumption in Social Media" (2016), menyebut bahwa media sosial membuat orang mudah membentuk jaringan menyimpang, salah satunya ya pornografi.
Menurut Coletto, konten pornografi di media sosial bisa ramai karena dua pengguna. Pertama, "produser", pengguna yang aktif mengunggah atau membuat konten pornografi. Kedua, "konsumen", pengguna yang jadi pengikut produser.
Masih berdasarkan paper Coletto, di luar dua pengguna itu, transaksi konten pornografi juga melibatkan "unintentionally exposed user", yakni pengguna medsos yang dipaksa dan terpaksa mengkonsumsi konten pornografi. Kebetulan, untuk mengakses konten pornografi di Twitter sangat mudah, bahkan tak perlu registrasi dulu untuk bisa menikmati konten mesum tersebut.
Dari kategori "unintentionally exposed user", sangat dimungkinkan bila jumlah orang Indonesia yang sudah pernah menonton pornografi bisa jadi lebih banyak. Anak-anak yang punya tingkat ke-kepo-an tinggi bisa jadi korbannya, apalagi ini masih masa pandemi dimana pembelajaran dilakukan via daring. Â
Selama masa work from home dan school from home, aktivitas bermedia sosial orang Indonesia pasti meningkat tajam. Inilah yang kudu jadi fokus bersama, melindungi diri dan keluarga tercinta dari paparan pornografi.
Daripada ribut menebak-nebak sosok dalam video syur mirip Gisel dan Jedar, lebih baik serahkan saja kasus tersebut pada polisi kita yang dengan senang hati siap mengusutnya hingga tuntas. Tak perlu lagi meladeni netizen yang meminta link download video syur itu dan jangan pula ikut mengemis link download-nya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H