Indonesia pernah punya pelatih timnas sepak bola super disiplin dan keras. Latihannya disebut latihan ala tentara. Nama pelatih tersebut adalah Anatoli Polosin, pelatih asal Uni Soviet yang berhasil mengantarkan timnas memenangi medali emas Sea Games 1991 Filipina.
Berkat ketegasan dan disiplin tinggi yang diterapkan Shin Tae-yong, pecinta sepak bola tanah air dibuat ingat kembali akan sosok Anatoli Polosin. Polosin terkenal akan metode latihan fisiknya yang membuat beberapa nama beken pada masa itu muntah-muntah, pingsan, bahkan mundur dari pelatnas.
29 tahun kemudian, giliran Shin Tae-yong (STY) yang sukses menyita perhatian pecinta sepak bola tanah air. Metode latihan fisiknya yang keras dibarengi kedisiplinan tinggi mampu membuat semua pecinta timnas Indonesia terkagum-kagum. STY tak sekadar menggembleng pemain timnas menuju kualitas yang lebih baik tapi juga menunjukkan borok beberapa pemain timnas.
Akan tetapi, publik lupa, bahwa sebelum STY ada satu sosok pelatih timnas yang dikenal disiplin, tegas, tapi juga humanis. Ia adalah Alfred Riedl.
Coach Alfred adalah sosok yang tegas kepada para pemain timnas, menuntut anak asuhnya untuk disiplin, dan dikenal tanpa kompromi dalam membuat keputusan.
Belajar disiplin dan humanis dari Alfred Riedl
Publik harusnya ingat, sebelum STY mencoret dua pemain timnas U-19 yang telat latihan hingga membuat keduanya gagal TC ke Kroasia, langkah serupa sudah lebih dulu dilakukan Alfred Riedl. Coach Alfred melakukan itu sebelum gelaran Piala AFF 2010.
Coach Alfred tanpa kompromi mencoret nama Boaz Solossa, striker lokal tertajam pada masa itu. Coach Alfred mencoret Boaz dengan alasan indisipliner, sering mangkir latihan hingga tidak serius dalam sesi latihan timnas. Fakta ini juga dibuktikan dengan penuturan mantan anak asuhnya dulu, M. Ridwan.
"Alfred bercerita akan mencoret satu pemain bintang kala itu yang menjadi top scorer karena tidak disiplin. Saya bilang, kenapa tidak ditunggu dulu kan sayang. Kami terkejut dengan jawaban Riedl, yang berkata tidak ada waktu lagi untuk menuggu dan harus memikirkan pemain yang lainnya. Dia tidak ingin tim yang sudah terbentuk berantakan.", terang M. Ridwan perihal pencoretan Boaz, dikutip dari ayosemarang.com
Ya, dibalik sikap tegas, disiplin, dan tanpa komprominya, Alfred Riedl ternyata sosok yang peduli. Nyatanya, humanisme pria asal Austria itu begitu tinggi. Di balik wajar datarnya, Riedl menyimpan kepeduliannya kepada pemain asuhannya.
"Memang terlihat datar. Namun, sebenarnya sangat humoris kepada pemain. Bahkan beliau sangat melindungi pemain dari gangguan-gangguan luar agar pemain fokus dalam satu pertandingan." ucap Ridwan soal gaya melatih Riedl, dikutip dari ayosemarang.com
Selain tak segan mencoret pemain indisipliner dan punya sisi humoris dan kepedulian tinggi, Coach Alfred adalah sosok pelatih yang melindungi anak asuhnya dari gangguan media. Selama masa jabatannya, pemain timnas dilarang melayani wawancara dengan media kecuali di sesi konferensi pers.
Selain itu, Alfred Riedl memang bukanlah tipe pelatih yang punya segudang taktik, tetapi beliau punya kelebihan lain. Coach Alfred adalah tipe pelatih yang paham psikologi pemain. Berbagai sumber sudah mengungkap bila Coach Riedl juga sosok yang humoris dan humanis.
Coba hitung, berapa banyak mantan pemain timnas yang mengeluh dengan metode pelatihan Coach Alfred? Beliau memang tegas dan disiplin, tetapi semua itu demi kebaikan dan beliau juga bukan seorang pendendam. Nyatanya, Boaz yang dulu Ia coret di AFF 2010 justru menjadi andalan dan kapten timnas di ajang Piala AFF 2016.
Kenangan Alfred Riedl bersama timnas Indonesia
Alfred Riedl menjadi pelatih timnas senior selama 3 kesempatan, 2010-2011, 2013-2014, dan 2016. Selama 3 periode itu, Coach Alfred diberi mandat oleh PSSI untuk menukangi timnas di ajang Piala AFF. Sayangnya, tidak ada gelar juara yang dipersembahkan Riedl.
Walau hanya mentok di babak final saja, nyatanya ada suka dan duka yang akan selalu diingat pecinta sepak bola tanah air. Dukanya jelas, timnas nyaris menjadi juara Piala AFF di dua kesempatan, 2010 dan 2016. Akan tetapi, di dua ajang itulah pendukung timnas juga dibuat bangga oleh perjuangan Coach Alfred dan anak asuhnya.
Di Piala AFF 2010, timnas dibuatnya tampil ganas. Cristian Gonzales dkk. langsung tampil prima dengan melumat Malaysia 5-1. Di laga kedua, timnas menang besar lagi dari Laos, 6-0. Dan di laga terakhir fase grup, secara mengejutkan timnas berhasil menumbangkan favorit juara, Thailand dengan skor 2-1.
Tampil apik nan impresif di babak grup membuat publik punya ekspektasi tinggi kepada timnas. Seusai mengalahkan pasukan naturalisasi Filipina dengan agregat 2-0 di semifinal, suporter timnas Indonesia sudah sangat yakin bahwa timnas akan menjadi juara Piala AFF untuk pertama kalinya, apalagi lawannya adalah Malaysia yang berhasil mereka bantai di laga pertama.
Namun, bila kita ingat, disitulah letak kesalahannya. Pasukan Coach Alfred pada saat itu memang berhasil membangkitkan euforia pendukung timnas Indonesia. Suporter membludak, musisi berlomba membuat lagu bertema timnas garuda, hingga Ibu-ibu yang akhirnya ikut nonton pertandingan timnas di layar kaca.
Sayangnya, perhatian publik yang berlebihan itulah yang membuat timnas asuhan Coach Alfred terlena. Timnas dibawa ke berbagai acara, mulai dari doa bersama hingga tampil di acara TV. Saya yakin, sebenarnya Coach Alfred tak suka dengan cara PSSI memperlakukan timnas Indonesia.
Benar saja, penampilan timnas menjadi lembek di final. Seperti yang sudah kita ketahui hasilnya, Indonesia tumbang dari Malaysia dan Coach Alfred akhirnya dipecat dengan alasan gagal. AFF 2010 memang berakhir pahit, tapi sejatinya Coach Alfred lah yang membuat publik kembali punya cinta kepada timnas Indonesia.
Tak hanya itu, kala itu timnas Indonesia baru saja lepas dari hukuman FIFA. Persiapan mepet dan tak didukung 100% oleh klub menjadi tantangan Coach Alfred. Bayangkan, beliau hanya bisa memanggil maksimal 2 pemain dari 1 klub.
Dengan fakta itu, di tambah Riedl yang sebelumnya gagal meloloskan timnas dari fase grup Piala AFF 2014, publik tak menaruh harapan besar. Siapa sangka, segala keterbatasan itulah yang justru membuatnya bisa fokus memilih pemain terbaik dan fokus meracik strategi jitu untuk tampil di Piala AFF 2016.
Hasilnya, timnas tampil diluar ekspektasi suporter. Nyaris gagal lolos di fase grup, di laga terakhir timnas menang dramatis dari Singapura. Di semifinal, berkat perjuangan gigih dan pertahanan solidnya, timnas menumbangkan Vietnam, tinggal Thailand yang perlu dikalahkan di partai final.
Sayang seribu sayang, walau sudah menang 2-1 di leg pertama, Hansamu Yama dkk. kalah di leg kedua. Timnas kembali hanya meraih medali runner-up. Namun, pendukung timnas tentu dibuat bangga dengan pecapaian sensasional itu, bahkan pendukung Thailand memberi standing ovation dan menyanyikan yel-yel Indonesia di akhir laga. Sebuah penghormatan akan perform timnas saat itu.
Kini, pria yang berhasil menciptakan kenangan indah itu telah tiada. Siapa sangka, di tengah peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas), sepak bola nasional justru harus berduka dengan berpulangnya Alfred Riedl. Kemarin, Riedl meninggal dunia diusia yang ke-70 tahun.
Media asal Austria, Kurier lah yang memberitakan kabar duka ini. Belum ada keterangan resmi hingga detik ini perihal sebab meninggalnya Alfred Riedl, namun komplikasi penyakit yang sudah beliau derita selama beberapa tahun terakhir disinyalir jadi pemicunya.
"Kesehatan saya memburuk. Saya bukan pria ambisius yang akan duduk di bangku cadangan hingga usia 75 tahun. Saya tidak bisa menikmati itu lagi. Saya memilih bermain golf dan menikmati hidup selagi bisa.", kata Alfred Rield Maret silam disadur dari laman oe24.at, dikutip dari bola.com
Berbagai ucapan bela sungkawa pun ditujukan kepada mantan punggawa timnas Austria itu. Mantan anak asuhannya semasa di timnas Indonesia juga merasa kehilangan atas meninggalnya Alfred Riedl. Mantan asisten setia Coach Alfred, Wolfgang Pikal juga demikian.
"RIP coach Alfred my friend and mentor, thank you for your friendship and all the ilmu, knowlage and experiance you share with me." -Wolfgang Pikal-
Selamat Jalan Alfred Riedl. Semua suporter timnas dan pecinta sepak bola Indonesia kehilanganmu. Terima kasih atas jasamu, kami akan selalu mengenangmu.
@irfanpras Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H