Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menikmati Suasana Pantai "Seafood" di Pesisir Kabupaten Purworejo

22 Agustus 2020   07:52 Diperbarui: 23 Agustus 2020   19:46 2121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana keramaian pengunjung di ikon pantai. | Foto: Dokumentasi pribadi

Memasuki gerbang masuk pantai, kami dicegat petugas tiket. Dengan membayar Rp 4000,00 saja, kami sudah mendapatkan tiket sebagai tanda bukti izin masuk objek wisata.

Motor kembali melaju menuju parkiran, tapi baru beberapa puluh meter, kami disuguhi keindahan dan kemegahan Patung Dewa Ruci. Ikon baru inilah yang membuat objek wisata yang kami kunjungi ini disebut sebagai Pantai Dewa Ruci Jatimalang, tapi kami wisatawan lokal lebih mengenalnya dengan sebutan Pantai Jatimalang.

Disebut dengan Pantai Jatimalang karena letak pantainya berada di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Sudah sejak dahulu, pokoknya dari kami kecil sudah disebut Pantai Jatimalang. Namun, beberapa waktu lalu namanya sedikit diubah.

Mungkin tahun lalu, persisnya kurang paham, Pantai Jatimalang seperti di rebranding oleh Bapak Bupati dengan nama Pantai Dewa Ruci. Tidak cuma sekadar nama, di pantai kebanggan orang Purworejo itu juga dibangun ikon baru berupa patung Dewa Ruci berukuran sangat besar.

pemandangan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
pemandangan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Nah, dari situlah penamaan Dewa Ruci itu. Kami pun menyempatkan diri berfoto disana. Tapi kami tak sempat berfoto berdua di sana. Lha gimana, kami datang pas tanggal 17 Agustus 2020, pas HUT 75 RI, pas hari libur, otomatis ramai. Uniknya, pantai juga ikut dihias dengan pernak pernik HUT 75 RI, ramai deh.

Itu juga yang membuat harga tiket masuknya naik. Biasanya kalau hari biasa hanya seharga Rp 3000,00 saja ditambah biaya parkir motor Rp 2000,00 atau mobil Rp 5000,00, wisatawan sudah bisa menikmati berbagai suguhan panorama dan keriuhan penghuni pantai. 

Tak apalah, toh kami datang kesini untuk menikmati indahnya pemandangan pantai dan segala isinya, serta sedikit bernostalgia tentunya.

pemandangan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
pemandangan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Ternyata, kami sedikit norak. Norak karena ketinggalan zaman banget, tidak tahu update dan upgrade apa saja di Pantai Dewa Ruci Jatimalang ini. Di hamparan pantai berpasir hitamnya, ternyata ada ATV yang bisa disewa setiap pengunjung apabila mau menjelajah seluruh garis pantai.

Sayangnya, kami tidak paham berapa biaya sewanya, berapa lama waktu penggunaannya, dan sudah sejak kapan ATV ada di pantai kebanggaan kami ini. Habis gimana, kami berdua terlalu menikmati ngobrol romantis di gubuk-gubuk cinta yang berjejer-jejer sepanjang pantai, hehe. Oiya, di dekat gubuk ini juga ada kolam renang kecil untuk anak-anak lo.

gubuk-gubuk santai di pantai dewa ruci jatimalang.| Foto: Dokumentasi pribadi
gubuk-gubuk santai di pantai dewa ruci jatimalang.| Foto: Dokumentasi pribadi
Ah, cukup dengan menghabiskan ngobrol berdua, melihat sajian pemandangan pantai, mendengarkan deburan ombak pantai selatan yang ganas beradu dengan tawa ceria pengunjung lain rasanya sudah cukup untuk mengisi ulang kecerian batin. 

Apesnya, kenikmatan ini masih saja diganggu dengan beberapa sampah yang dibuang sembarang oleh pengunjung tak tahu adab, padahal pengurus pantai sudah membuatkan tempat sampah di titik-titik keramaian.

Ketika jam telah menunjukkan pukul 3 sore, sudah masuk waktunya asar ternyata. Akan tetapi, di pantai ini kami tidak perlu khawatir. Sudah tersedia musala yang bersih, lengkap dengan tempat wudhu dan toiletnya. Eits, jangan ditanya rasa airnya ya, agak asin maklum dekat laut.

Letak musalanya cukup jauh dari bibir pantai, sehingga aman dan jamaah bisa khusyuk menjalankan salat. Mungkin hanya suara motor dan mobil yang mencari parkir atau suara pengunjung yang ramai-ramai makan bareng di warung makan seafood yang akan sedikit memecah fokus.

salah satu warung makan seafood pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
salah satu warung makan seafood pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Ya, Pantai Dewa Ruci Jatimalang adalah surganya seafood di Kabupaten Purworejo. Di dekat gerbang masuk pantainya saja, para wisatawan sudah ditunggu deretan warung-warung makan seafood yang berjejer manis menunggu pengunjung yang kelaparan.

Uniknya, beberapa warung makan seafood disini punya sistem penamaan yang hampir mirip.

Sepertinya semua pemilik warung makan seafood disini merupakan ibu-ibu. Habis gimana, kalau tidak memakai kata "Mbak", ya "Yu". Contohnya warung makan seafood "Yu Kasmini", "Yu Pesek", "Yu War" dll.

salah satu warung makan seafood pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
salah satu warung makan seafood pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Warung makan seafood ini bisa eksis karena memang Pantai Dewa Ruci termasuk pantainya nelayan. Di sekitar pantai terdapat rumah-rumah nelayan dan mungkin saja sebagian pemilik warung makan juga ada yang berprofesi nelayan. 

Mungkin itu juga yang membuat nama warungnya memakai nama si ibu, karena si bapak pekerjaan utamanya mencari ikan sebagai bahan pokok usaha warung seafood. Dasar cocoklogi.

perahu nelayan di pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
perahu nelayan di pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Karena pantai nelayan, setiap pengunjung sudah biasa matanya dimanjakan dengan deretan perahu pencari ikan yang bersandar di kala siang. Oiya, di pojok area pantai ternyata juga ada SPBUN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan). 

Sementara tak jauh dari warung seafood, ada deretan penjual ikan di pasar ikan dan tempat pelelangan ikan yang paling ramai suasananya ketika pagi hari.

Sayangnya, inilah salah satu masalah utama kehidupan pantai dan laut dari kami kecil. Kami pernah mendengar pemda akan membuat tempat pelelangan ikan yang layak dan modern. Memang ada perubahan tapi ya sama saja.

Kami berdua kembali ke pantai idola masa kecil kami ketika dewasa. Ketika kami berdua beranjak dewasa, Pantai Dewa Ruci Jatimalang juga mendewasakan dirinya. Sayang, pemerintah daerah setempat belum juga dewasa kebijaksanaannya.

TPI di pantai dewa ruci jatimalang.| Foto: Dokumentasi pribadi
TPI di pantai dewa ruci jatimalang.| Foto: Dokumentasi pribadi
Bayangkan, Kabupaten Purworejo punya nelayan, punya hasil tangkapan berupa ikan laut. Tempat pelelangan ikan laut juga ada, tetapi kenapa warga masyarakatnya masih sulit untuk mendapat bahan makanan berupa ikan laut segar?

Ada missing link di sini yang sudah terpelihara dari zaman ke zaman. Sepertinya, masalah ini cukup diselesaikan secara bijak oleh Keraton Agung Sejagat eh maaf salah, tapi Pemerintah Kabupaten Purworejo dan pemerintah desa setempat.

Dengan waktu yang semakin beranjak sore, kami berdua memutuskan pulang ke rumah meninggalkan Pantai Dewa Ruci Jatimalang sebelum maghrib. Karena kalau sudah maghrib pantai akan sepi secara otomatis, warung-warung akan tutup, gelap.

salah satu pedagang di pasar ikan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
salah satu pedagang di pasar ikan pantai dewa ruci jatimalang. | Foto: Dokumentasi pribadi
Oiya, sebelum pulang, kami sempat bertanya kepada salah satu tukang parkir di sana soal efek pandemi kepada pengusaha wisata disana. Efek jelas ada, salah satunya penjualan ikan segar yang turun drastis, penjual makanan yang banting stir jadi tukang, buruh, atau sekadar mengurus tambak udang di belakang warungnya.

Akan tetapi, sejak pertengahan Juni ketika pemda memberlakukan New Habit dan pariwisata dibuka kembali, cahaya matahari seolah menyinari lagi kehidupan pantai yang gelap semasa pandemi. 

Pengunjung mulai datang lagi, warung makan seafood kembali buka, pedagang kaki lima mulai berdagang lagi, penjual jajanan motoran juga hadir, dan nelayan kembali bisa menjual hasil tangkapan ikannya di pasar.

Semoga ketika kami kembali mengunjunginya, akan ada kejutan lagi dari Pantai Dewa Ruci Jatimalang. Ahh, rasanya pengin libur lebih lama, biar bisa makin lama juga menikmati indahnya suasana pantai, menghabiskan sore menunggu matahari terbenam hanya berdua dengan pujaan hati.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun