BACA JUGA: Apa yang Bisa Dinikmati Dari Format Baru Liga Champions?
Saya sepakat dengan Pak Arnold Adoe, Hansi Flick jauh lebih unggul dari Quique Setien. Flick juga menunjukkan kualitas skuat anak asuhnya lebih mentereng dari rival abadi Real Madrid itu. Buktinya, sila simak susunan pemain kedua tim ini.
Hansi Flick juga memanfaatkan revisi aturan pertandingan Liga Champions 2020 dengan jeli. Ia memaksimalkan pergantian 5 pemain dengan baik. Flick merotasi 2 bek, 2 gelandang, dan 1 penyerang, komplet. Sementara Barca hanya menggunakan 2 pemain cadangan.
Kembali soal kejeniusan pelatih. Di laga ini kita bisa menyaksikan betapa cerdiknya Flick mengeksploitasi kelemahan Barca sekaligus memanfaatkan keunggulan titik terkuat Munich. Titik lemah Barca adalah bek sayapnya, sementara titik terkuat Munich adalah deretan winger dan wingback-nya.
Musim ini, Munich banyak bermain dengan skema high pressing dan banyak mengandalkan umpan crossing. Munich juga ahli dalam membuat gol enak, yaitu umpan silang ke mulut gawang yang tinggal disosor pemain lain.
Hasil pengamatan saya membuktikan hal tersebut, hehe. 4 gol FC Hollywood dicetak melalui skema umpan crossing dari sisi sayap. Gol pertama oleh Thomas Muller diawali dari umpan crossing dari Ivan Perisic.
Gol kedua Muller atau gol keempat Munich juga begitu. Muller mencetak gol kedua setelah menerima umpan crossing dari Joshua Kimmich. Gol keenam Munich juga sama. Lewandowski mencetak gol ke-14 nya di Liga Champions musim ini lewat sundulan kepala memanfaatkan umpan crossing Coutinho.
Gol keempat dari skema crossing Munich terjadi di akhir laga alias gol kedelapan Munich atas Barca. Coutinho berhasil mencetak gol keduanya setelah menerima umpan crossing sundulan dari Lucas Hernandez.
Sementara itu, saya juga mencatat Munich sukses mencetak 1 gol dari skema umpan silang ke mulut gawang. Gol kelima Munich merupakan hasil skill individu Alphonso Davies yang mengecoh Nelson Semedo. Davies yang bebas lalu memberi umpan silang ke mulut gawang yang berhasil disambar Joshua Kimmich.
Selain itu, Munich memang benar-benar mengeksploitasi sisi terlemah Barca itu (bek sayap Barca). Gol kedua Munich yang dicetak Perisic berawal dari skema high pressing Munich kepada gelandang dan bek Barca ketika build up serangan dari bawah.