Pada laga Atalanta vs PSG kita ditunjukkan bagaimana kualitas dan kedalaman skuat dari juara Ligue 1 itu. Terlepas dari pengalamannya, PSG memang terlihat lebih menjanjikan daripada Atalanta.
Menurut saya, ada 2 sebab utama Atalanta kalah dari PSG. Pertama, kedalaman skuat. Dengan 5 pergantian pemain, PSG bisa memasukkan pemain pengganti yang fit dan punya kualitas tak jauh dari Starting XI-nya. Sementara pemain pengganti Atalanta tak punya kualitas mencukupi.
Kedua, kejelian pelatih dan mental pemain. Thomas Tuchel memang lebih muda dari Gasperini, tapi pengalamannya di Liga Champions lebih banyak. Dengan jeli Tuchel melakukan pergantian pemain di waktu yang tepat. Selain itu, dia juga jeli mengganti skema serangan PSG yang pasif menjadi agresif di babak kedua.
Sementara Gasperini justru memilih opsi bertahan. Sungguh opsi yang salah sebab Gasperini juga tak mengubah skema pertahanannya dan hanya mengandalkan kualitas individu pemainnya yang sudah kelelahan menjelang laga usai.
Sementara itu, di laga Leipzig vs Atletico kita juga melihat hal serupa. Walau Simeone punya pengalaman lebih banyak di Liga Champions, nyatanya taktiknya gagal menandingi Nagelsmann. Simeone dan Atletico dikenal dengan blok pertahanannya yang rapat dan permainan yang keras, tapi apa itu terjadi di laga dinihari tadi?
Statistik justru menunjukkan sebaliknya, Leipzig lebih spartan dan Atletico lebih lembek. Kualitas lini tengah Atletico juga kalah. Ditambah fakta bahwa semua pencetak gol Leipzig merupakan gelandang.
Kebugaran pemain andalan tiap tim bakal terlihat disini. Jika apes, akibat jadwal mepet dan tensi tinggi bukan tak mungkin pemain rawan cedera atau minimal tidak fit di laga berikutnya. Disinilah nanti akan terlihat kualitas skuat masing-masing tim.
Tim yang punya kualitas merata baik di Starting XI dan bangku cadangan akan lebih unggul. Pelatih yang jeli dengan situasi pertandingan dan jeli melakukan pergantian pemain memiliki peluang menang lebih besar. Dan tim yang punya mental tangguh terlepas dari pengalamannya besar kemungkinan akan jadi juara.
Ternyata, ada yang masih bisa kita nikmati dari format baru Liga Champions 2020 ini kan?