Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyoal Kegagalan AC Milan di Coppa Italia; Kalah ya Kalah, Jangan Banyak Alasan

14 Juni 2020   12:40 Diperbarui: 14 Juni 2020   12:43 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten AC Milan, Alessio Romagnoli. | foto: squawka.com

Tifosi bersorak kembali. Kompetisi sepak bola Negeri Pizza akhirnya kembali "restart". Bukan lanjutan Serie A, namun lanjutan leg kedua semifinal Coppa Italia menjadi penanda kembali bergulirnya kompetisi sepak bola di sana.

Tak tanggung-tanggung, Juventus vs AC Milan menjadi pembuka yang disiarkan secara live oleh TVRI, Sabtu (13/6) dini hari. Sebuah laga yang mempertemukan dua tim Italia tersukses yang beda nasib di era modern ini. Juve datang sebagai pemenang dan kembali pulang jadi pemenang, sementara Milan datang sebagai pecundang dan sialnya pulang sebagai pecundang yang kecewa pula.

Milan gagal mengalahkan Juventus di leg 2 Coppa Italia 2020 yang digelar di Allianz Stadium tanpa penonton itu. Sebetulnya bukan gagal mengalahkan, tapi gagal mencetak gol. Di leg 1 yang digelar 13 Februari lalu, Milan yang bermain sebagai tuan rumah gagal menjaga keunggulan 1-0 setelah Juventus mendapat penalti di masa injury time babak kedua.

Hal serupa juga kejadian lagi. Di leg kedua Juventus juga mendapat hadiah penalti dari wasit tapi bukan di masa injury time namun di menit ke-16. Beruntungnya, Ronaldo yang jadi eksekutor gagal mencetak gol dari titik putih seperti di leg pertama.

Hadiah penalti untuk Juve di dua leg itu menjadi bahan gunjingan di kalangan tifosi terutama milanisti. Bagaimana bisa Juve mendapat penalti terus? Anehnya beberapa pelanggaran terhadap pemain Milan di kotak penalti Juve tak digubris wasit.

Bahkan untuk sekadar mengecek VAR saja tak ada niatan dari si pengadil lapangan. Yah, wajar saja, la wong wasitnya Daniele Orsato, wasitnya Juve. Begitulah gunjingan para tifosi Liga Italia utamanya fans AC Milan menyikapi kekalahan Milan dari Juventus Sabtu dini hari lalu.

Tapi, hal tersebut menunjukkan kembali bergairahnya para tifosi. Bagi pecinta dan penikmat sepak bola Italia, ini adalah hal biasa dan gosip atau gunjingan seperti itu menunjukkan antusiasnya para tifosi.

Namun bagi Milan tentu hasil ini sangat mengecewakan. Tak seperti Juventus yang masih punya asa di Serie A dan UCL, Milan tak punya tujuan lain. Di Serie A mereka terseok di peringkat 7. Di kancah eropa, ikut Liga Europa saja tak mampu. Maka Coppa Italia adalah satu-satunya jalan bagi I Rossoneri untuk kembali unjuk gigi dan mendapat tiket ke Liga Europa musim depan.

Milan gagal karena kesalahan sendiri

Harapan tinggal harapan, yang tersisa hanya pilu. Kembali lagi, para pendukung Milan saling menyalahkan performa wasit yang dinilai tak adil. Bahkan para pemain di lapangan juga kecewa dengan kepemimpinan Daniele Orsato.

"Kami cukup marah, karena jika wasit memeriksa VAR untuk penalti Ronaldo, dia harusnya juga memeriksa VAR untuk kartu merah Rebic. Kami bermain bagus dan kami hanya gagal mencetak gol," begitu kata Calhanoglu seusai laga kepada Rai Sport dikutip via DetikSport.

Wajar, Orsato memang terkesan memihak Juve. Wajar dong bila Calhanoglu kecewa. Tapi sayangnya, sebagai pendukung setia Milan, saya menangkap pernyataan Calhanoglu sebagai sebuah alasan belaka.

Ante Rebic mendapat kartu merah langsung di awal pertandingan| foto: skysports.com
Ante Rebic mendapat kartu merah langsung di awal pertandingan| foto: skysports.com
Kalah ya kalah saja. Begitu balasan fans Si Nyonya Tua menanggapi gunjingan milanisti. Ya, tak salah memang. Jika pernyataan Calhanoglu itu untuk membela Ante Rebic, maka itu adalah sebuah pernyataan konyol.

Apa yang Rebic perbuat itu adalah tindakan konyol. Fyi, Rebic mendapat kartu merah langsung di menit ke-17 karena dinilai melakukan tendangan kungfu ke arah Danilo. Kejadian ini terjadi hanya beberapa detik setelah eksekusi penalti Ronaldo membentur tiang gawang.

Rebic bermaksud mengejar bola liar dengan mengangkat kaki setinggi dada untuk melanjutkan serangan balik. Tak disangka Danilo tiba-tiba muncul dan benturan tak terelakkan. Jika dilihat dari tayangan ulang, bisa jadi Rebic tak sengaja.

Tapi apapun alasannya, tindakan itu merupakan tindakan konyol. Rebic lupa bahwa ia sekarang adalah andalan Milan. Ia seolah lupa bahwa dirinya adalah satu-satunya ujung tombak yang dimainkan dan bisa diharapkan.

Milan di laga itu tak bisa tampil dengan kekuatan penuhnya. Ada yang menyebut kalau Milan sudah dikempesi sejak leg 1. Theo absen akibat akumulasi kartu setelah di leg 1 mendapat kartu merah. Ibrahimovic juga absen akibat akumulasi kartu dan cedera. 

Kembali, kehilangan Rebic adalah bencana bagi Milan. Tak cuma harus bermain 10 orang tapi juga serangan Milan jadi tumpul. Kehilangan striker ketika pertandingan baru berjalan 17 menit tentu sangat merugikan jika harus mengganti pemain lain dengan striker cadangan.

Akibatnya bisa ditebak, Milan jadi bulan-bulanan Juve. Sudah kalah di lini tengah, lini depan juga tak punya taji, alhasil pertandingan itu menjadi pertarungan Juventus melawan pertahanan Milan.

Statistik pertandingan juga menunjukkan hal serupa. Milan yang bermain dengan formasi 4-2-3-1 kalah ball possession dari Juve yang bermain dengan formasi 4-3-3 ala Sarriball. Menurut footyroom.co Juve unggul ball possession hingga 64%.

Penguasaan bola yang jauh lebih unggul ini berdampak pada agresivitas kedua tim. Sepanjang 2x45 menit, Juve mencatat 7 tendangan tepat sasaran. Untungnya Milan punya Gigio Donnarumma di bawah mistar gawang yang mampu menggagalkan ketujuh percobaan tendangan Juve tersebut.

Sementara Milan tak mampu menyamai itu. Menuru sofascore, 6 percobaan pemain Milan ke gawang Buffon tak ada yang tepat sasaran, 4 melenceng dan sisanya diblok bek Juve. Milan juga hanya mencatat 1 tendangan pojok dibanding Juve yang melakukannya 13 kali.

Itu dari sisi statistik. Bagaimana dengan hasil penilaian performa pemain di lapangan?

Ternyata hasilnya tak jauh beda dan benar saja, pertandingan tersebut seolah menggambarkan duel pemain Juve dengan barisan pertahanan Milan.

Mengutip dari Squawka, man of the match (MOTM) di laga tersebut adalah Alessio Romagnoli. Squawka menghadiahi kapten Milan itu dengan nilai 9. Hal yang sama juga dilakukan SkySports yang memberi Romagnoli nilai tertinggi (8 poin) dan menyematkan predikat MOTM padanya.

Kapten AC Milan, Alessio Romagnoli. | foto: squawka.com
Kapten AC Milan, Alessio Romagnoli. | foto: squawka.com
Tandem Romagnoli di posisi bek tengah, Simon Kjaer juga tampil apik. Nilai 8 dan 7 diberikan Squawka dan SkySports pada bek pinjaman dari Sevilla itu. Bahkan Kjaer juga membuat satu peluang emas bagi Milan di 15 menit terakhir babak kedua.

Selain kedua pemain itu, Donnarumma tampil sangat impresif. Menurut catatan sofascore, Gigio mencatat 7 penyelamatan sepanjang laga, dimana 4 penyelamatan ia lakukan di dalam kotak penalti. Maka tak heran jika situs sofascore dan footyroom memilih Donnarumma sebagai MOTM.

Masih dari sofascore, di pihak Juve, ada Dybala (8,1), Danilo (7,7) dan Alex Sandro (7,6) yang punya nilai performa tertinggi. Masuk akal karena Juve banyak menyerang dari sisi sayap sehingga membuat Calabria dan Conti kewalahan sehingga punya nilai performa yang buruk (6,7 dan 6,3).

Sejatinya baik Milan dan Juve punya peluang yang sama untuk memenangi pertandingan itu terlepas dari segala catatan statistik dan performa. Kita semua paham bahwa para pemain tak tampil dengan performa seperti biasanya.

Mereka baru saja vakum lama dari pertandingan sepak bola yang kompetitif akibat pandemi covid-19. Wajar bila beberapa pemain menunjukkan kelelahan ketika laga berlangsung mengingat stamina mereka juga belum pulih total.

Ronaldo saja yang dikenal sangat disiplin menjaga stamina malah mandul di laga itu. Frank Kessie yang memiliki stamina terkuat di kubu Milan bahkan tak tampil 90 menit setelah diganti di babak kedua.

Pergantian 5 pemain yang diterapkan untuk menyiasati kesehatan pemain di tengah pandemi belum bisa menutupi belum fitnya pemain setelah vakum lama dari pertandingan kompetitif.

Tapi walau begitu, hasil 0-0 sudah cukup membawa Juve ke partai puncak Coppa Italia untuk menghadapi Napoli yang menyingkirkan Inter semalam. Untuk Milan hasil ini memang mengecewakan dan begitu pilu.

Milan kalah akibat gol tandang di leg pertama hasil eksekusi penalti kontroversial di masa injury time. Nah, lagi-lagi menyalahkan keputusan wasit kan?

Pilih kecewa atau move on Milan?

Apapun alasannya, saya setuju, kalah ya kalah saja jangan banyak alasan. Kekalahan ini menunjukkan Milan memang pantas kalah. Tak percaya? Sila baca lagi hasil catatan statistik dan nilai performa pemain di lapangan.

Milan harus segera berbenah untuk menyambut laga "restart" Serie A melawan Lecce, 23 Juni nanti. Apalagi sisa pertandingan musim ini bakal jadi pembuktian Stefano Pioli sebagai pelatih Milan. Musim depan belum tentu ia masih jadi pelatihnya.

Daripada terus mengkritik kinerja Ivan Gazidis di meja CEO yang otoriter atau menunggu kejelasan manajemen terhadap isu Ralf Rangnick sebagai pelatih musim depan, lebih baik AC Milan menyelamatkan sisa musim ini saja.

Serie A masih menyisakan 12 pekan pertandingan ditambah beberapa laga tunda yang belum digelar. Milan baru mengumpulkan 36 poin dari 26 laga hasil 10 kali menang dan 6 kali imbang. Sebuah hasil yang jauh dari kata memuaskan.

Coppa Italia sudah tak bisa diharapkan lagi sebagai penyelamat musim ini. Satu-satunya cara agar tak malu ya meraih hasil positif di sisa laga Serie A. Jadi, mau larut dalam kekecewaan atau berbenah dan maju AC Milan?

Sekian. Salam sepak bola. Forza Milan

@IrfanPras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun