Legenda Liverpool, Dietmar Hamann baru-baru ini menyebut Kai Havertz sebagai titisan Michael Ballack. Hamann menyebut, Havertz memiliki banyak kemiripan dengan mantan kapten timnas Jerman itu.Â
"Dia (Havertz) mengingatkan saya pada Michael Ballack muda, saya katakan ini berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu. Dia bukan hanya pemain yang brilian, dia sangat fleksibel, dia tinggi, dia bisa menguasai bola. Dia pemain yang sangat mengandalkan fisik, secara teknis dia juga sangat berbakat. Dia sempurna," ungkap Dietmar Hamann kepada TalkSport dikutip via DetikSport
Havertz memang pemain serba bisa - versatile. Di Leverkusen, dia sudah bermain sebagai seorang gelandang bertahan, gelandang serang, winger, hingga striker akibat badai cedera yang dialami Bayer Leverkusen.Â
Di usianya yg masih 20 tahun, Havertz telah bermain bagi Bayer Leverkusen sebanyak 142 laga. Â Sebuah rekor! Untuk musim ini saja, ia sudah bermain di 37 laga dengan catatan 14 gol dan 8 assist di semua kompetisi bersama B04.Â
Penampilan apiknya bersama Leverkusen itulah yang membuatnya jadi salah satu komoditi terpanas di bursa transfer pemain. Salah satu klub yang tengah dirumorkan berminat membeli jasa Havertz adalah Liverpool. Keberadaan Jurgen Klopp sebagai orang Jerman di kubu The Reds juga disebut bakal mempermudah transfer ini.Â
Maka tak heran Hamann sampai memuji Kai Havertz habis-habisan. Liverpool tengah mengincar pemain berharga 81 juta euro itu. Dan Leverkusen pun sudah tak keberatan melepas pemain bintangnya itu dengan catatan harganya sesuai.Â
Namun ada yang janggal dengan pernyataan Hamann yang menyebut Havertz mirip dengan Ballack. Maksud saya, kalau mau menjilat demi mendapat tanda tangan Havertz ya jangan sebegitunya dong!
Oke, Havertz memang berposisi mirip dengan Ballack. Mantan kapten timnas Jerman itu juga termasuk pemain versatile. Bedanya, Ballack belum pernah jadi penyerang seperti Havertz.Â
Ballack memang bisa bermain di posisi apapun di lini tengah. Bahkan ia sempat menjajal bermain sebagai bek kala mengawali karier profesional di era 90-an.Â
Soal produktivitas, mereka sebenarnya mirip. Walau berposisi sebagai gelandang, Ballack masuk jajaran topskor timnas Jerman dengan raihan 42 gol dari 98 penampilan. Rekor!
Tapi, kembali ke pernyataan Hamann tadi. Apa iya pendukung Liverpool rela calon rekrutan barunya disebut mirip Ballack?Â
Kalau menurut saya sebagai penonton layar kaca, duh jangan deh!Â
Masalahnya adalah, Ballack dikenal sebagai raja runner-up. Apakah Ipul (Liverpool) mau dapat titisan raja runner-up dan jadi runner-up di berbagai partai final tahun-tahun mendatang gara-gara punya Havertz?Â
Tanpa mendiskreditkan Michael Ballack sebagai legenda sepak bola Jerman dan salah satu gelandang terbaik sepanjang masa, seharusnya Hamann tak perlu menjilat Leverkusen sebegitunya untuk mau melepas bintangnya ke Anfield.Â
Bagi saya sebagai fans timnas Jerman, hingga kini belum ada pemain yang layak disandingkan dengan Ballack. Kenapa? Ini sebabnya.
Ballack punya karisma yang sangat kuat dalam sebuah tim. Dan sayangnya Havertz belum punya, setidaknya ia belum membuktikan itu baik di Leverkusen atau timnas Jerman.Â
Selain karisma, Ballack punya gaya bermain lugas. Tak jarang ia berduel fisik dengan gelandang atau striker tim lain. Dan Havertz juga belum membuktikan itu, setidaknya ia baru menampilkan kejeliannya membaca ruang kosong dan jeli menempatkan posisi.Â
Ballack juga dikenal dengan tendangan kerasnya. Nah soal ini, penulis setuju bila kemampuan ini disandingkan dengan kehebatan Steven Gerrard. Tinggi, kuat, jeli, dan punya tendangan gledek.
Oleh karenanya, daripada menjilat Leverkusen dengan menyandingkan Havertz dengan Ballack yang juga legenda Leverkusen itu, ada baiknya Hamann mengoreksi pendapatnya.Â
Daripada menyandingkan Havertz dengan Ballack yang bertipe petarung, lebih tepat bila ia dibandingkan dengan Mesut Ozil. Seperti pernyataan Don Hutchison, legenda Liverpool lainnya.Â
Hutchison, mantan pemain The Reds musim 1990-1994 itu berpendapat bahwa, Kai Havertz merupakan versi cepat dari Mesut Ozil. Pendapat Hutchison ini bisa dibilang lebih masuk akal.Â
"Satu pemain yang akan saya samakan dengannya adalah Mesut Oezil, dalam versi lebih tinggi dan lebih cepat. Rasanya dia bermain cenderung dari sisi kiri, atau menusuk dari tengah, dia dominan kidal, pergerakannya sangat halus, permainannya enak dipandang, jadi sekali lagi, ya, Liverpool akan sangat cocok baginya.", ujar Hutchison kepada ESPN dikutip via DetikSports
Alih-alih menyandingkannya dengan legenda semacam Michael Ballack, Hutchison justru menganalisa dan memuji Havertz. Selain itu ia juga langsung to the point, merekomendasikan Liverpool sebagai pilihan peningkatan karier bagi Havertz.Â
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Havertz cenderung punya penempatan posisi yang baik ketimbang punya fisik kuat macam Ballack. Ia juga punya umpan-umpan manis di lini tengah, dan kemampuan semacam ini memang mirip dengan Ozil.
Bedanya tentu, Havertz punya postur tinggi dan insting mencetak gol yang lebih baik. Apalagi ia juga lebih sering berlari menjemput bola dan mengejar bola ketimbang diam mengatur serangan seperti Ozil.Â
Oleh karenya, penulis lebih setuju bila bidikan Liverpool ini dianggap sebagai versi cepat dan tinggi dari Mesut Ozil. Masalahnya sekarang adalah, apakah Havertz cocok untuk The Reds? Dan apa bisa The Reds merekrut Havertz yang punya harga selangit dan diminati banyak klub itu?
Liverpool memang bisa jadi destinasi klub yang pas untuk Havertz. Bermain dengan gaya modern ala Klopp, Havertz bisa jadi target umpan silang duo Alexander-Arnold dan Robertson di lini tengah. Bila sudah begini, sayap Liverpool bisa makin ganas, Firmino bisa semakin nyaman sebagai penyerang.
Menurut transfermarkt, Havertz punya nilai jual setinggi 81 juta euro. Nilai ini turun hampir 20% selama masa pandemi covid-19 akibat tak ada pertandingan dan krisis keuangan klub eropa. Maka tak heran bila beberapa bulan lalu, Petr Bosz, pelatih Leverkusen baru mau melepas Havertz dengan nilai 100 juta euro.
Bila Jurgen Klopp menginginkannya, maka harus ada pemain yang dijual terlebih dahulu. Pemain-pemain minim kontribusi seperti Xerdan Shaqiri, Dejan Lovren, Loris Karius, hingga Marko Grujic bisa dilego lebih dulu untuk mendapat dana segar.Â
Masalahnya lagi, Liverpool juga dikabarkan tengah mengincar Timo Werner yang punya nilai jual 40 juta euro. Apa Liverpool punya uang sebanyak itu untuk dapat dua wonderkid Jerman tersebut?
Mungkin Liverpool bisa menjual Mo Salah atau Mane dulu untuk dapat dana segar. Atau Gini Wijnaldum dan Naby Keita bisa dikorbankan demi memberi ruang Havertz di lini tengah.
Kembali ke pernyataan Hamann. Ballack yang disebut-sebut Hamann justru punya pandangan lain. Mengutip dari laman Sportskeeda, Ballack justru menyarankan Havertz bertahan di Bayer Leverkusen. Pernyataan ini menyusul ketertarikan Bayern Munich kepada wonderkid Leverkusen itu.
Nah, bila Liverpool serius, maka mereka akan bersaing dengan klub kaya seperti Bayern. Madrid, PSG, dan Barcelona juga dikabarkan berminat. Tapi kuncinya tetap ada di tangan Havertz dan Leverkusen, mau kemana Havertz musim depan?Â
Bila akhirnya gagal ke Liverpool, maka sanjungan (bila tak pantas disebut menjilat) Hamann kepada Havertz, Ballack dan Leverkusen akan sia-sia. Daripada omdo alias omong doang, mending segera kontak Havertz dan Leverkusen sebelum mereka membuat keputusan lain.Â
Namun bagi saya, tak masalah Havertz akan bertahan atau pindah klub musim depan. Masalahnya, sebagai fans Michael Ballack, menyandingkan Kai Havertz dengannya rasanya tak pas.Â
Nanti kalau Havertz sudah kekar dan tak mudah kehilangan bola baru boleh sandingkan dia dengan Ballack, hehe.
Sekian. Salam @IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H