"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'd:11)
Heat treatment sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa metode, diantaranya Normalizing, Annealing, Tempering, dan Quenching. Nah, metode yang paling banyak digunakan untuk meningkatkan hardness baja karbon adalah metode quenching.
Quenching adalah suatu proses pengerasan baja dengan cara baja dipanaskan hingga mencapai batas fasa austenit dan kemudian diikuti dengan proses pendinginan cepat melalui media pendingin air, oli, atau air garam, sehingga fasa austenit bertransformasi membentuk struktur martensit yang bersifat keras.
Terbentuknya fasa martensit pada proses quenching ini menghasilkan baja yang sangat keras dan kuat. Namun tentu punya kelemahan. Yaitu walaupun keras, tapi baja yang dihasilkan menjadi getas dan rapuh. Ketangguhan dan keuletan material terhadap beban kejut dan tarik menjadi rendah.
Pernahkah pembaca melihat suatu logam/baja tiba-tiba pecah atau patah? Nah, perpatahan yang terjadi pada material getas menghasilkan permukaan patah yang rata tanpa ada deformasi plastik yang terjadi. Atau bisa saja ada deformasi yang timbul tapi sangat kecil, sehingga material seperti baja berfasa martensit bisa mendadak patah atau pecah.
Baja yang memiliki banyak fasa martensit ini tentu berbahaya bila digunakan pada konstruksi, rel kereta, dll. Tetapi cocok untuk diaplikasikan sebagai baja perkakas seperti palu, gergaji, kikir, dsb.
Perumpamaan baja hasil proses quenching ini mirip seperti manusia yang tak sabar menuntut ilmu dan ingin instan saja. Ingat, inti proses quenching adalah melakukan proses pendinginan cepat setelah baja dipanaskan. Proses pemanasan itu seperti kita ketika belajar, banyak proses dan rintangannya, heat treatment saja memperhatikan suhu dan waktunya apalagi belajar/menuntu ilmu yang butuh fokus, waktu, dan pengorbanan.
Sayangnya ada manusia yang selalu ingin instan saja, seperti baja karbon berfasa martensit hasil proses pendinginan cepat tadi. Kuat dan keras, tapi tidak tangguh dan ulet. Jika ada beban tarik atau impact pasti patahnya cepat. Manusia yang menuntut hasil instan demikian, ia memang bisa jadi pintar, tapi karena tak sabar menuntut ilmu ia menjadi pribadi yang kurang sempurna.
Sering kali karena ingin serba instan, manusia menjadi sombong, lupa akan adab berilmu. Bahayanya adalah ia menjadi sosok yang merasa paling unggul, merasa paling hebat diantara manusia lainnya, bahkan merasa paling sempurna. Namun seperti perumpamaan baja karbon hasil quenching tadi, ternyata dalamnya tak sempurna.
Lagi-lagi kalau diibaratkan kepada manusia, hatinya tidak bersih. Bahayanya lagi, kekuatan itu malah digunakan untuk berkuasa, digunakan untuk menyakiti orang lain seperti baja karbon fasa martensit yang fungsinya sebagai perkakas kasar.
Maka, untuk menghasilkan baja karbon yang memiliki sifat material yang lebih baik butuh proses tempering. Perbedaannya dari quenching adalah baja dipanaskan sebelum mencapai suhu kritisnya dan menahannya pada suhu tersebut dalam jangka waktu tertentu. Kemudian baja tersebut didinginkan lambat dengan menggunakan media udara. Dari prosesnya saja sudah terlihat bahwa tempering ini membutuhkan proses yang lebih lama.