Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Prancis, Ligue 1 telah resmi dihentikan Selasa (28/4) lalu. Keputusan pemerintah Prancis yang melarang segala kegiatan yang mengundang keramaian (termasuk kompetisi sepak bola) hingga 1 September membuat Ligue 1 musim 2019-20 dibatalkan.
Akhirnya pada Kamis (30/4) kemarin LFP memastikan musim 2019-20 dihentikan dan menobatkan juara serta tim-tim yang berlaga di Eropa berdasarkan rata-rata poin per laga (jumlah poin dibagi jumlah laga).Â
Hasilnya PSG posisi 1 disusul Olympique Marseille dan Rennes di posisi 2 dan 3 untuk mendapat jatah Liga Champions musim depan. Sementara peringkat 4-6 ditempati Lille, Reims, dan Nice untuk jatah tiket Liga Europa musim depan.
Namun keputusan LFP terkait tim yang lolos ke kompetisi Eropa terancam akan digugat salah satu tim peserta liga. Adalah Olympique Lyon yang naasnya di hasil klasmen terakhir berada di peringkat 7 di bawah Nice. Terkait keputusan itu, pihak Lyon berencana melayangkan gugatan.
Pihak Lyon melalu laman resmi mereka mengklaim langkah penentuan hasil klasmen akhir tidak adil dan tidak memenuhi syarat "sporting merit" yang ditetapkan UEFA.Â
Sporting merit sendiri adalah bagaimana liga menentukan hasil klasmen akhir berdasarkan kompetensi tiap tim. Lyon sendiri menganggap mereka dirugikan dengan keputusan LFP tersebut.
"Olympique Lyon sudah memberikan solusi kepada liga hari Selasa kemarin, sehingga kompetisi bisa diselesaikan secara adil untuk persaingan yang lebih sehat dan sesuai dengan keinginan UEFA terkait objektivitas, transparansi, dan tanpa diskriminasi. Terkait keputusan LFP yang menobatkan juara Liga Prancis hari ini, Olympique Lyon berhak naik banding atas keputusan tersebut dan mengklaim ganti rugi karena tidak bersaing di kompetisi yang tengah berlangsung, serta kerugian puluhan juta euro karenanya.", begitu bunyi pernyataan resmi Lyon di laman resmi mereka.
Lyon sejatinya masih punya peluang untuk tampil di Liga Europa musim depan lewat jalur juara Coupe de la Ligue. Di laga final yang seharusnya digelar 4 April 2020 lalu, Lyon akan melawan PSG.Â
Tampil di final Coupe de la Ligue setidaknya akan membuat Lyon mendapat jatah tiket di babak kualifikasi babak kedua Liga Europa. Namun, akibat larangan kegiatan olahraga di Prancis, final itu belum terlaksana.
Namun, menurut hemat penulis, LFP tak bisa disalahkan begitu saja. Lyon sebagai peserta Ligue 1 juga harusnya sadar diri. Di klasmen akhir yang diputuskan LFP, Lyon menghuni peringkat 7, point per game mereka kalah tipis dengan peringkat 5 dan 6.Â
Kalau liga dilanjutkan, memang Lyon masih bisa masuk zona eropa karena beda poin mereka dengan peringkat 3 hanya 10 poin dengan masih menyisakan 10 laga yang akhirnya dibatalkan.
Nah, mari kita sedikit analisa hasil yang diperoleh Lyon selama kompetisi liga berlangsung hingga matchday ke-28. Dari 28 laga, Lyon memetik kemenangan sebanyak 11 kali, imbang 7 kali, dan sayang nya menelan 10 kekalahan. Dengan hasil itu, mereka hanya mengumpulkan 40 poin dari 28 laga dengan jumlah gol 42 dan kemasukan 27 gol.
Di musim 2019-20 ini, Lyon juga sudah mengganti pelatih mereka di tengah kompetisi. Di awal musim Lyon ditinggal pelatih mereka Bruno Genesio yang habis kontrak.Â
Sebagai penggantinya, Sylvinho ditunjuk sebagai pelatih, namun per 7 Oktober 2019 ia dipecat karena hasil buruk. Seminggu kemudian, mantan pelatih Lille dan Marseille, Rudi Garcia ditunjuk sebagai pelatih baru Lyon.
Sayangnya, pergantian pelatih ini terlambat. Ketika dilatih Sylvinho selama 9 laga, Lyon berhasil menang beruntun di dua laga awal dengan kemenangan besar 0-3 di kandang Monaco dan 6-0 ketika menjamu Angers. Namun setelahnya, pasukan Sylvinho tak pernah menang dengan hasil 3 imbang dan 4 kekalahan. Sylvinho pun dipecat setelah di dua laga terakhir menelan 2 kekalahan beruntun.
Pergantian pelatih ke Rudi Garcia berjalan cukup baik bagi Lyon. Selama bertugas hingga pekan ke-28, Garcia telah mendampingi Depay dkk sebanyak 19 laga. Dari 19 laga, Rudi Garcia membawa Lyon meraih 9 kemenangan, 4 imbang, dan menelan 6 kekalahan.Â
Lyon yang tadinya berada di luar 10 besar pelan tapi pasti dibawa masuk ke 10 besar bahkan sempat menghuni 5 besar. Namun di akhir tahun 2019, tepatnya di 15 Desember ketika menghadapi Rennes, Lyon kehilangan tulang punggung lini serang mereka, Memphis Depay yang mengalami cedera ligamen anterior.
Kehilangan Depay jelas merugikan Lyon, pasalnya dari 12 laga di Ligue 1 Depay sudah mencetak 9 gol. Sejak kehilangan Depay, Lyon hanya bisa mengandalkan Dembele saja di lini depan.Â
Hasilnya, sejak Depay absen, Lyon hanya menang 4 kali, imbang 3 kali, dan kalah 3 kali. Selain karena absennya Depay, musim ini Lyon tampil tak stabil. Padahal kalau mau bersaing dan bertahan di papan atas dibutuhkan konsistensi sehingga tak mudah kehilangan poin yang bakal merugikan tim.
Lyon juga sempat stabil di posisi 5 dan 6 selama 3 pekan dari pekan ke-21 hingga 23, namun mereka kembali tampil inkonsisten dan akhirnya sebelum posisi 7 adalah posisi akhir mereka.
Dengan hasil keputusan sementara LFP, Lyon pun harus menerima pil pahit tak lolos ke kompetisi Eropa sejak 1997. Dari musim 1997-98 Lyon selalu masuk ke UEFA Cup/Liga Europa ataupun Liga Champions.Â
Hasil terbaik mereka di kompetisi Eropa adalah mencapai semifinal Liga Champions musim 2009-10 ketika masih mengandalkan Lisandro Lopez dan Miralem Pjanic. Sementara di Liga Europa, hasil terbaik Lyon juga hanya sampai semifinal di musim 2016-17 lalu ketika Lacazette masih jadi pemain Lyon sebelum dijual ke Arsenal.
Lyon sebetulnya punya modal bagus di awal musim berkat penjualan beberapa pemain mereka. Melansir dari data transfermarkt, total hasil penjualan 13 pemain Lyon di musim 2019-20 adalah 157.32 juta euro dengan fee tertingginya Tanguay Ndombele yang dijual ke Spurs sebesar 60 juta euro.Â
Berkat dana segar itu, Lyon pun bergerak di bursa transfer dengan mendatangkan 10 pemain baru dengan total biaya 126 juta euro. Sayangnya Joachim Andersen, Jeff Reine-Adelaide, dan Thiago Mendes yang digadang sebagai pengganti sekaligus penguat tim belum mampu membawa Lyon memetik hasil positif.
Selanjutnya Lyon kesulitan untuk bersaing dengan PSG, Marseille, hingga Lille. Puncaknya ya musim ini, peringkat 7 dan terancam tak lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kali sejak 1997. Padahal Lyon adalah pemegang rekor nasional dengan 7 kali juara Ligue 1 secara beruntun.
Hasil keputusan LFP (soal tim-tim yang lolos ke kompetisi eropa) memang masih menunggu persetujuan UEFA. Lyon masih bisa berharap dari laga final Coupe de la Ligue yang masih menunggu kejelasan. Apabila jadi digelar dan mereka bisa menang, bukan tak mungkin Lyon meneruskan tren positif selalu lolos ke kompetisi Eropa sejak 1998.Â
Lyon juga bisa berharap dari kompetisi Liga Champions musim ini yang belum jelas kabarnya. Lyon lolos ke babak 16 besar dan untuk sementara unggul 1-0 di leg 1 dari Juventus. Jalan satu-satunya ya jadi juara Liga Champions, itupun kalau UEFA memutuskan untuk melanjutkan kompetisi.
Tapi untuk saat ini, Lyon seharusnya juga instrospeksi diri, LFP tak bisa semena-mena disalahkan. Dengan kondisi Prnacis yang sedang fokus menangani covid-19, kesehatan adalah prioritas dan sepak bola sudah seharusnya mengalah sementara. Lyon mustinya memperbaiki penampilan mereka yang inkonsisten dan tak jarang sering membuang poin.
Lebih baik segeralah bangkit Les Gones. Tatap musim depan dan persiapkan tim dengan baik agar mampu menjadi juara lagi. Sekian. Salam sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H