Siapa sangka masalah hidup yang bertubi-tubi silih berganti selama setahun bisa meruntuhkan sebuah kepercayaan.
Ya, pernah terbesit dalam pikiran diri ini "kenapa saat aku sudah solat lima waktu, rutin mengaji selepas solat, ikut kajian, hingga sedekah rutin tiap bulan, Allah malah menurunkan masalah?" Dan bodohnya, ketika masalah itu datang, saya malah berpikir, "aku butuh suatu hal yang ilmiah terlebih dahulu, Islam sudah tak mampu menyelamatkan suasana hati dan mental ini".
Pernah diri ini mencari jalan keluar dari masalah dengan membaca berbagai macam buku ilmu. Namun sayangnya, Alquran justru pelan-pelan terlupakan dan akhirnya bacaan dan irama saya jadi kacau.
Sebuah keputusan bodoh memang, karena sejatinya segala obat dan jawabannya ada di dalam Alquran dan Hadist. Diri ini memang pernah ketika putus asa justru menjauh dari Alquran. Ketika masalah finansial di tanah rantau menerpa, masalah pendidikan yang tak kunjung usai malah membuat diri ini menyalahkan jalan takdir Sang Pencipta. Padahal Allah telah berfirman:
"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan sahaja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta," (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Berpuas diri. Mungkin itu kata yang pas untuk dijadikan alasan sebab diri ini jauh dari Islam. Saya pun beberapa kali bertanya pada diri sendiri, "kenapa aku yang diuji dengan masalah ini?", "kenapa bukan aku yang dapat kebaikan dan kepedulian itu?". Iri dan minder akhirnya menguasai dan membuat raga menjauh dari lingkungan sekitar.
"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya," (QS. al-Baqarah: 286)
Ah, padahal Allah telah mengingatkan dan memberi kabar baik, namun logika putus asa yang menguasai membuat jalan solusi dan kesembuhan menjadi jauh. Padahal beberapa kawan yang aku jadikan tempat curhat sudah mengatakan bahwa, "kamu itu bisa", "Insyaallah ada jalan, toh kamu juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Yang sabar, takdir baik pasti datang di waktu yang tepat".
Akan tetapi, rasa penyesalan akan kesalahan masa lalu yang penuh "malas" begitu menyelimuti. Rasa sesal karena tak dapat memanfaatkan nikmat waktu yang telah begitu banyak diberikan. Sesal, karena bukannya bertambah imannya tapi justru berkurang. Alhamdulillah, saya masih bisa bersyukur, sebab masih diberi kesempatan untuk kembali menikmati momen ramadan di tahun 2020 ini.
Alhamdulillah juga masih diberi nikmat sadar akan segala salah dan dosa yang setahun terakhir ini membuat terpuruk dan jauh dari Islam. Pembaca, ketahuilah, sekali kita menjauh dari Islam, jalan kembalinya akan sangat berat, rasa sesal, sedih, kecewa bukan tak mungkin akan menghantui. Namun ketahuilah, bahwasanya Allah selalu membuka pintu taubat dan ampunanNya.
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS az-Zumar: 53)