Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengenal AZ Alkmaar, Si "Pengganggu" yang Nyaris Juara Liga Belanda

26 April 2020   09:10 Diperbarui: 27 April 2020   05:18 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Skuad AZ Alkmaar| Foto: NurPhoto via Getty Images

Seperti yang sudah banyak diberitakan media, Eredivisie (Liga Belanda) musim ini berakhir tanpa juara dan tanpa degradasi. PSSI-nya Belanda, KNVB, memutuskan untuk mengakhiri liga walaupun sejatinya belum semua pertandingan terlaksana.

Liga Belanda menjadi liga top Eropa kedua setelah Belgia yang resmi menghentikan liga di tengah wabah Covid-19. Bedanya, Belgia menentukan juaranya sementara Belanda tak ada juaranya, walaupun Ajax dan AZ Alkmaar tengah bersaing di puncak klasemen dengan perbedaan selisih gol saja. 

KNVB memutuskan liga berakhir (pembatalan liga) setelah berdiskusi dengan perwakilan setiap klub menyusul keputusan perpanjangan masa darurat kesehatan di Belanda akibat pandemi Covid-19 hingga bulan September.

Di banyak situs pemberitaan bola, banyak yang memberitakan bagaimana kecewanya Ajax yang gagal menjadi juara. Namun, kalau kita lebih adil, maka seharusnya AZ Alkmaar lah yang lebih kecewa. Mereka memiliki poin sama dengan Ajax, hanya berbeda selisih gol saja dengan Ajax. 

Dengan masih menyisakan 9 laga yang batal, AZ Alkmaar mengumpulkan poin 56, dengan meraih 18 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 5 kali kalah. AZ Alkmaar mencetak 54 gol dan kebobolan 17 gol, sementara Ajax mencetak lebih banyak gol yaitu 68 gol dan kebobolan 23 gol.

AZ Alkmaar pantas untuk kecewa dengan keputusan KNVB. Menyusul pembatalan liga tanpa juara, KNVB juga menentukan klub-klub yang akan mewakili Belanda di kancah Eropa. 

Ajax sebagai pemuncak klasmen diputuskan untuk berhak mewakili Belanda di putaran play-off Liga Champions, sementara AZ Alkmaar yang hanya peringkat kedua harus puas menjadi wakil di kualifikasi babak kedua Liga Champions. 

Secara perhitungan, kesempatan untuk lolos ke babak grup Liga Champions jelas lebih terbuka apabila hanya melalui play-off saja.

"Kami telah mencoba selama berminggu-minggu untuk menguraikan beberapa skenario mencegah situasi kita sekarang," demikian pernyataan resmi dari AZ Alkmaar terkait keputusan KNVB.

AZ Alkmaar memang pantas kecewa dan tengah galau dengan keputusan tersebut. Pasalnya musim ini mereka tampil sangat apik di liga. Apalagi dari dua pertemuan mereka dengan Ajax, AZ Alkmaar dua kali mengalahkan Ajax tanpa kebobolan. 

Pertemuan pertama di AFAS Stadion, AZ Alkmaar menang tipis 1-0 berkat gol di akhir babak kedua. Lalu pertemuan kedua di kandang Ajax, AZ Alkmaar malah mampu membuat Ajax menyerah dengan 0-2.

AZ Alkmaar memanglah klub yang tidak punya prestasi yang begitu mentereng dibandingkan Ajax yang sangat superior di Belanda. Namun sejatinya mereka adalah salah satu perusak persaingan The Big Three, sebutan untuk 3 klub penguasa Belanda, Ajax-PSV-Feyenoord. 

Bisa dibilang AZ Alkmaar adalah klub kuda hitam di Liga Belanda dan "pengganggu" persaingan klub besar. Bersama FC Twente, mereka adalah dua tim selain The Big Three yang mampu menjadi kampiun liga Belanda di era modern.

Gelar terakhir yang diraih AZ Alkmaar adalah KNVB Cup musim 2012-2013. Selama klub ini berdiri sejak 52 tahun lalu, mereka baru memenangi trofi Eredivisie 2 kali dan KNVB Cup 4 kali dan Johan Cruyff Shield sekali. 

Selama lima tahun terakhir mereka juga menyulitkan The Big Three dengan rutin menghuni 5 besar dan 2 kali mencapai final KNVB Cup di musim 2016-2018.

Apabila musim ini berlanjut dan AZ Alkmaar tetap tampil bagus bukan tak mungkin mereka mampu mengulang sukses di musim 2008-2009 kala diasuh Louis van Gaal. Musim itu AZ Alkmaar membuat Belanda heboh dengan finish di posisi 1 klasmen Eredivisie mengungguli Twente dan Ajax dengan beda poin lebih dari 10. 

Kala itu skuad van Gaal dihuni nama-nama seperti Sergio Romero, Jeremain Lens, Mounir El Hamdaoui (yang menjadi topskor liga belanda), hingga Nick van der Velden yang pernah bermain untuk Bali United beberapa musim lalu. 

Periode itu adalah periode tersukses klub, selepas van Gaal menyebrang ke Bayern Munchen di akhir musim, Ronald Koeman yang menggantikan posisinya sukses membawa AZ Alkmaar menjadi kampiun Johan Cruyff Shield.

Kembali ke musim ini, AZ Alkmaar selain mengalahkan Ajax dua kali di liga juga berhasil mengalahkan PSV dan Feyenoord, dua klub lain yang difavoritkan menjadi kampiun di Belanda. 

AZ Alkmaar musim ini memang musim yang spesial bagi AZ karena mereka nyaris kembali meraih juara liga setelah terakhir kali mereka dapatkan di musim 2008-2009.

Di bawah asuhan Arne Slot, AZ Alkmaar biasa memakai formasi 4-3-3 dengan trio pemain mudanya yang sedang naik daun, Myron Boadu-Calvin Stengs-Oussama Idrissi. 

Pengatur serangan diserahkan kepada Jordy Clasie yang dijuluki "Xavi-nya Belanda" dan lini bertahan dikomandoi kapten tim, Teun Koopmeiners yang masih berusia 22 tahun. 

Boadu yang masih berusia 19 tahun bahkan berada di posisi ketiga daftar topskor sementara Liga Belanda musim ini dengan 14 gol. Idrissi, pemain internasional Maroko yang masih berusia 24 tahun menyusul di posisi kelima dengan 13 gol. Sementara sang kapten yang biasa berposisi sebagai gelandang mencetak 11 gol untuk AZ di kompetisi liga.

Calvin Stengs, sang winger yang masih berusia 21 tahun juga tampil apik dengan catatan 7 assist-nya dan 5 gol, disusul Owen Wijndal, bek kiri yang tampil apik dengan 7 assist juga. Rerata usia skuad AZ Alkmaar memang masih sangat muda, yaitu 24 tahun dengan pemain tertuanya Ron Vlaar (35 tahun). 

Dengan penampilan apik para pemain mudanya musim ini AZ Alkmaar memang berharap untuk bisa mengulang sukses menjadi kampiun liga dan lolos ke Liga Champions melalui play-off. 

Itulah yang sejatinya dipermasalahkan AZ Alkmaar, sebab bukan tak mungkin pemain muda mereka akan menjadi incaran klub besar musim depan.

Myron Boadu, striker AZ Alkmaar yang tengah naik daun. (sumber foto: 90min.com/Soccrates Images/Getty Images)
Myron Boadu, striker AZ Alkmaar yang tengah naik daun. (sumber foto: 90min.com/Soccrates Images/Getty Images)
Saat ini saja, sang kapten, Teun Koopmeiners sudah diminati dua klub, AC Milan dan Everton. Bahkan menurut The Sun, direktur olahraga Everton telah menyiapkan dana 12 juta euro untuk merekrut gelandang timnas U-21 Belanda itu untuk menggantikan Morgan Schneiderlin and Gylfi Sigurdsson. 

Sementara menurut Voetbal4U dan 90min.com, pihak AZ Alkmaar telah menetapkan banderol 18 juta euro untuk striker mereka Myron Boadu dengan calon peminat seperti Arsenal, Newcastle United, dan AC Milan.

Lolos ke babak play-off Liga Champions juga sangat didambakan oleh AZ Alkmaar untuk mempermudah langkah mereka masuk babak grup Liga Champions yang terakhir kali mereka dapatkan di musim 2008-2009. 

Keputusan siapa yang lolos ke Eropa memang masih menunggu keputusan UEFA. Namun dihentikannya liga tentu membuat pendukung AZ Alkmaar sedih karena mereka harus menunggu musim berikutnya untuk kembali mengganggu dominasi Ajax-PSV-Feyenoord di Belanda dan kembali ke kompetisi kasta tertinggi eropa, Liga Champions. 

Nyaris, itulah kata yang pas untuk AZ Alkmaar, semoga saja tim ini masih tampil apik selepas kompetisi sepak bola di Belanda kembali bergulir.

Sekian. Salam olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun