Riivaaaalllldoooooo...!!!!!!!
Begitulah kiranya apabila kata-kata komentator game Winning Eleven PS1 dengan logat Jepangnya (jika dituliskan) ketika Rivaldo menendang bola ke arah gawang. Rivaldo, mantan pesepakbola Brasil yang kemarin, 19 April 2020 genap berusia 48 tahun itu dikenal sebagai pemain kidal yang handal. Ya, Rivaldo sang legenda baru saja berulang tahun saudara-saudara.Â
Rivaldo dikenang semasa ia membela Barcelona dan timnas Brasil. Tendangan kaki kirinya adalah salah satu yang paling ditakuti pada masanya. Penggemar game Winning Eleven pasti pernah merasakan bagaimana tendangan kaki kirinya sangat akurat.Â
Selama aktif sebagai pemain, ia sudah membela beberapa klub top eropa seperti Barca dan AC Milan. Nah, sayangnya publik lebih mengenalnya ketika bermain bagi Barca dan kisahnya di AC Milan seolah terlupakan, padahal ada beberapa hal menarik selama ia berseragam rossoneri.
Kisah Rivaldo bersama Barca berakhir di awal musim 2002. Ketika Louis van Gaal kembali melatih Barca, Rivaldo dilepas ke AC Milan secara gratis. Namun sayangnya, Rivaldo yang kala itu menginjak usia 30 tahun gagal tampil baik bagi Milan.Â
Di kota Milan itulah kisah Rivaldo redup bak ditelan bumi. Semasa aktifnya, publik lebih mengenalnya sebagai legenda Barcelona dan Brasil, tapi sejatinya kisahnya tak sesempit itu. Walau kesempatannya berseragam AC Milan Cuma sebentar, tapi ada beberapa hal menarik antara Rivaldo dan Milan yang sayang kalau tak kembali diingat.
1. Pernah hattrick ke gawang Milan
Sebelum membela Milan, Rivaldo pernah membuat pendukung Milan berdecak kagum padanya semasa ia membela Barcelona. Hal ini terjadi tepatnya pada 18 Oktober 2000 bertepatan dengan laga babak grup Liga Champions. Bermain sebagai tuan rumah, Milan cukup kesulitan melawan Barca.
Milan pun tertinggal lebih dulu oleh gol dari Rivaldo. Gol pertama ini ia cetak dengan freekick mendatar ke gawang Abbiati. Milan berhasil berbalik unggul berkat dua gol dari Albertini. Namun, Rivaldo kembali menyamakan kedudukan menjadi 2-2 di menit ke-43. Lagi-lagi, ia mencetaknya lewat freekick dan mengeksekusinya dengan tendangan melengkung khas kaki kirinya.
Sebelum babak pertama usai, Jose Mari berhasil mencetak gol dan membuat Milan unggul lagi. Sayangnya di menit ke-68, Rivaldo kembali menyamakan kedudukan bagi Barca. Kali ini gol ia cetak dengan sundulan kepala, suatu hal yang jarang ia lakukan. Jadi, sebelum membela Milan di tahun 2002, Rivaldo telah dikenal milanisti akibat aksi hattrick-nya di tahun 2000 itu.
2. Assist manis ke Serginho ketika Derby Della Madonnina
Ketika musim pertamanya membela Milan, Rivaldo memang tak banyak mencetak gol. Dari 22 kesempatan di musim pertamanya di Liga Italia, Rivaldo hanya mampu mencetak 5 gol saja. Sebuah capaian yang cukup kontras dengan penampilannya semasa bersama Barca. Total di musim pertamanya ia tampil sebanyak 38 kali dengan mengemas 8 gol saja.
3. Meraih gelar Liga Champions
Satu hal yang bisa Rivaldo banggakan dengan berseram AC Milan adalah capaiannya memenangi Liga Champions di musim 2002/2003. Sebuah capaian prestasi klub yang tak bisa ia raih bersama Barca. Di Liga Champions, Rivaldo mendapat 13 kali kesempatan bermain dengan sukses mencetak 2 gol.Â
Nah, salah satu golnya menjadi gol penting tatkala ia cetak ke gawang Lokomotiv Moscow. Gol melalui titik putih itu menjadi satu-satunya gol di laga itu dan mempermudah langkah Milan menembus babak quarter final.
Selama membela Barcelona 5 musim, gelar eropa yang diraih Rivaldo bersama Barca hanya gelar Piala Super Eropa 1997 dan gelar yang sama kembali ia raih bersama AC Milan di tahun 2003. Total selama hampir dua musim, Rivaldo meraih sempat mencicipi trofi Liga Champions, Coppa Italia, dan Piala Super Eropa.
Jumlah penampilan minim dari Rivaldo memang masuk akal. Kenapa? Karena kala itu Milan telah punya pemain andalan di posisi yang sama dengan Rivaldo, yaitu Rui Costa. Semusim sebelumnya, Rui Costa didatangkan Milan dari Fiorentina hingga memecahkan rekor transfer kala itu.Â
Apalagi, ia sudah lebih lama berada di Italia sehingga gaya bermainnya sudah menyatu dengan pemain Milan lainnya. Lalu, semusim setelah Rivaldo datang, Milan mendatangkan Kaka yang notabene posisi bermainnya juga mirip dengan Rivaldo. Alhasil ia makin tak terpakai di Milan dan akhirnya sebelum musim keduanya usai ia hengkang dari Milan dan kembali ke Brasil.
Dengan kesempatan bermain yang minim, jumlah gol yang sedikit, dan kenangan yang tak terlalu banyak bagi rossoneri, nama Rivaldo tak muncul di AC Milan Hall of Fame. Hal ini sangat berbeda dengan para peraih Ballon D'or lain yang pernah berseragam Milan.Â
Ronaldo dan Ronaldinho pernah berseragam Milan dan merekapun juga minim kontribusi kepada Milan, namun nama mereka masuk ke Hall of Fame. Bisa jadi karena ekspektasi pihak Milan kepada Rivaldo kala itu cukup tinggi, soalnya sebelum bergabung ke Milan, Rivaldo tampil bagus di Piala Dunia 2002 bahkan terpilih masuk ke All-Star team.
Memang nama Rivaldo seolah tenggelam selepas keluar dari Barcelona. Dan kisahnya di Milan pun terkesan tak menarik, padahal di sanalah ia mencicipi trofi Liga Champions dan merasakan Brasil connection yang dimiliki Milan. Sangat disayangkan memang mengingat ia adalah peraih Ballon D'or 1999. Bisa dibilang Rivaldo adalah salah satu legenda sepak bola yang underrated.Â
Brasil yang selalu punya pemain bagus tiap generasi bisa jadi sebab nama Rivaldo tergeserkan. Namun apapun alasannya, Rivaldo merupakan salah satu pemain terbaik di generasinya, kaki kiri kuat ditunjang fisik mumpuni dan eksekusi tendangan dari berbagai situasi serta gocekannya yang manis adalah nilai yang tak bisa dihilangkan darinya. Rivaldo juga masih kompetitif hingga ia pensiun di 2015 saat usianya sudah 43 tahun.
Sekali lagi, selamat ulang tahun ke-48 legenda. Sekali legenda tetap legenda. Forza Rivaldo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H