Lazio. Apa yang terpintas dari pembaca ketika mendengar salah satu peserta Liga Italia tersebut? Pasti para penikmat bola dunia lebih mengenal saudara mudanya, AS Roma sebagai tim asal ibu kota Italia ketimbang Lazio.
Ya, memang wajar saja kalau AS Roma lebih dikenal. AS Roma memang memiliki beberapa nama ikonik dan penghuni tim nasional di squadnya daripada Lazio. Sebut saja Francesco Totti dan Daniele De Rossi, siapa yang tak kenal mereka?
Perjalanan Lazio sebagai klub memang cukup berliku. Sebagai info, secara historis, Lazio merupakan klub tertua di kota Roma yang berlaga di kasta tertinggi (Serie A). Lazio yang memilki nama lengkap Societ Sportiva Lazio (Lazio Sport Club) berdiri di tahun 1900.
Ketika rezim fasis berkuasa di Italia, klub-klub asal kota Roma digabung menjadi satu, tetapi Lazio enggan bergabung. Klub gabungan itulah yang menghasilkan AS Roma.
Tahun 90an, Prestasi Terbaik Lazio
Awal kesuksesan Lazio adalah ketika mereka berhasil memperoleh gelar Coppa Italia kedua dalam sejarah klub di musim 1997/1998. Di tahun yang sama Lazio juga berhasil memperoleh gelar Supercoppa Italia setelah mengalahkan Juventus.
Tahun 1998 juga menjadi awal kesuksesan Lazio di kancah eropa dengan mencapai final Piala UEFA sebelum dikandaskan Internazionale.
Lazio mendapat atensi dunia ketika meraih trofi piala winners dan piala super eropa di tahun 1999. Kala itu pasukan Lazio yang dikepalai Sven-Goran Eriksson berisi pemain senior semacam Roberto Mancini, Pavel Nedved, Sinisa Mihajlovic, dan Diego Simeone yang dipadukan dengan pemain muda seperti sang kapten Alessandro Nesta, Dejan Stankovic, Juan Sebastian Veron, hingga Simone Inzaghi yang kini menjabat sebagai pelatih Lazio.
Kesuksesan Lazio di akhir tahun 90-an tidak lepas dari tangan dingin Sven-Goran Eriksson. Pria asal Swedia tersebut menjabat sebagai pelatih Lazio dari 1997 hingga 2001.
Selama periode kepemimpinannya, Lazio berhasil mendapat 7 gelar bergengsi dengan rincian 2 piala Coppa Italia, 2 piala Supercoppa Italia, 1 gelar Serie A, 1 Piala Winners, dan 1 Piala UEFA Super Cup. Hingga sekarang, Eriksson bisa dibilang pelatih tersukses Lazio.
Krisis Finansial dan Pemilik Baru
Ironisnya, setelah kesuksesan mereka memenangi Liga di tahun 2000, Lazio mengalami krisis finansial. Akibat krisis di awal 2000-an itu, pemain-pemain bintang Lazio harus dijual ke klub-klub peminat.
Nedved menyebrang ke Juventus di tahun 2001, Veron mencetak rekor transfer ke MU, Nesta menerima pinangan Milan di tahun 2002, dan Stankovic menyebrang ke Inter di tahun 2004. Â
Setelah kehilangan beberapa pilar yang dilego ke klub lain, nama Lazio mulai sedikit goyah. Nama AS Roma yang berjaya di tahun 60-an hingga 80-an memanfaatkan momen tersebut dengan menguasai kota Roma dengan gelar Liga dan Coppa di tahun 2001. Tetapi kini kisahnya berbeda, jumlah raihan gelar Lazio telah menyalip AS Roma dan menuai sukses dekade ini.
Selama satu dekade terakhir (2009-2019), Lazio telah banyak memperoleh gelar. Bahkan jumlah gelar yang mereka peroleh lebih banyak dibanding AS Roma di periode yang sama. AS Roma terakhir mendapat trofi kejuaraan adalah ditahun 2008 ketika memenangi Coppa Italia. Setelah itu, mereka nirgelar hingga akhir 2019 ini.
Sementara Lazio menuai kisah yang berbeda. Gelar Coppa Italia di musim 2012/2013 dan 2018/2019 serta gelar Supercopa di tahun 2017 dan 2019 adalah penanda kesuksesan tim asal kota Roma ini.
Berkat gelar-gelar prestisius di ranah Italia itu, jumlah trofi Lazio resmi melewati sang rival ibukota dengan 17 trofi berbanding 16 trofi milik AS Roma.
Salah satu aktor penting perubahan Lazio adalah hadirnya pemilik baru di tahun 2004 yaitu Claudio Lotito yang menyelamatkan tim dari krisis. Di bawah kepemimpinan pemilik baru ini Lazio kembali membangun klub dan squadnya.
Empat gelar Coppa Italia justru berhasil diraih Lazio dibawah 4 pelatih berbeda. Tiga gelar Supercoppa juga berhasil Lazio peroleh di periode kepemimpinan Lotito.
Simone Inzaghi dan Derby Della Capitale
Aktor penting lain di balik kesuksesan Lazio adalah mantan pemain mereka yang kini menjabat sebagai pelatih, Simone Inzaghi. Berkat racikannya, saudara kandung Filippo Inzaghi yang menjabat dari tahun 2016 ini, Lazio sukses dibawanya meraih gelar Supercoppa Italia di tahun 2017, 2019, dan gelar Coppa Italia 2018/2019. Â Â
Capaian Lazio juga melambungkan nama Inzaghi sebagai pelatih sukses di Italia. Uniknya, di bawah asuhan Inzaghi juga, Lazio menjadi penjegal Juventus menguasai Italia.
Bagaimana dengan pertemuan Lazio dan AS Roma di Derby Della Capitale? Sayangnya, untuk duel dua tim ibu kota ini AS Roma masih lebih dominan dengan 71 kemenangan dibanding 53 kemenangan Lazio. Di bawah asuhan Simone Inzaghi pun Lazio belum mampu mengalahkan rekor AS Roma.
Sementara di kancah eropa hasilnya serupa. Lazio di musim ini harus angkat koper dari Liga Europa lebih awal dibanding AS Roma yang lolos ke babak 32 besar.
Ironis memang bagi mantan juara piala winner dan piala super eropa ini, dimana Lazio terakhir kali berkompetisi di babak grup Liga Champions adalah di musim 2007/2008. Lazio lebih banyak berkompetisi di Liga Europa ketimbang AS Roma yang sudah sering bolak-balik di Liga Champions.
Akan tetapi, dengan gelar Coppa dan Supercoppa di tahun 2019 ini, semangat Lazio tengah membara. Di kompetisi Liga Italia, Lazio juga menuai hasil bagus dengan menempati peringkat ketiga dengan 36 poin, berjarak 6 poin di bawah Juventus dan Inter.
Sementara AS Roma berada tepat di bawah Lazio, keduanya hanya berbeda satu poin saja namun Lazio masih punya satu laga yang belum dimainkan.
Rentetan hasil positif yang Lazio tuai di dekade ini serta hasil positif di bawah asuhan Simone Inzaghi jelas tak bisa dipandang sebelah mata. Yang pasti, perolehan gelar Lazio telah membuat sang rival ibu kota iri. Jadi, apakah Lazio sudah mampu dinobatkan sebagai penakluk Roma? Hanya hasil akhir kompetisi yang mampu menjawabnya. Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H