"Jose Mourinho becomes "The Happy One" after Harry Kane scored Spurs' third goal."
Begitulah ulasan surat kabar kenamaan Inggris, The Guardian mengomentari ekspresi Jose Mourinho selepas gol ketiga Spurs yang dicetak Harry Kane. The Guardian punya alasan yang masuk akal. Selepas Kane mencetak gol, kamera pertandingan tertuju pada Mourinho. Tak disangka, Mourinho yang biasanya terlihat dingin justru terlihat tersenyum bahagia di pinggir lapangan.
Akhirnya julukan "The Happy One" disematkan pada pelatih Portugal berusia 56 tahun itu. Memang senyum Mou pada laga comeback-nya di Premier League selepas ditunjuk sebagai pelatih Tottenham terlihat sangat lepas. Sepanjang laga di London Stadium, Â markas West Ham United itu, Mou terlihat menikmati jalannya pertandingan.
Sebelum laga dimulai, penonton bersorak menandai kembalinya Mourinho di Liga Inggris selepas dipecat MU pada 18 Desember 2018 silam. Wajar saja kan kalau Mou berbahagia, pasalnya pelatih yang sering dicap arogan dan sombong itu akhirnya punya pekerjaan layak sesuai kapasitasnya.
Berbicara mengenai arogan, Mourinho sendiri tidak terima dengan tuduhan itu. Sebelum The Guardian menyematkan julukan "The Happy One", Mourinho lebih dulu dikenal dengan julukan "The Special One". Nah tahukah pembaca bahwa julukan itu bukan berasal dari awak media, tapi keluar langsung dari mulutnya.
Sedikit flashback, ketika Mou ditunjuk sebagai pelatih Chelsea pada 2004 silam, media-media Inggris sudah mengecapnya sebagai pelatih arogan. Mou pun dalam konferensi pers pertamanya mengelurkan statement seperti ini,
"We have top players and, sorry if I'm arrogant, we have a top manager, Please don't call me arrogant, but I'm European champion and I think I'm a special one."
Jadi, "The Special One" bukanlah julukan yang disematkan awak media kepadanya melainkan pengakuan dirinya sendiri, haha. Bertahun-tahun berikutnya, Mou bisa dibilang berhasil membuktikan omongannya. Setiap tim yang ia latih pasti mendapat gelar dibawah asuhannya. Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, dan Manchester United sudah pernah ia antar ke podium juara berbagai kompetisi.
Namun, bukan Mourinho namanya kalau ia tidak buat kontroversi. Mourinho dikritik banyak pelatih dan pengamat bola akibat strateginya yang cenderung defensive. Permainan tim asuhan Mourinho juga dibilang pragmatis, bahkan sebagian fans bola menyebut taktik Mourinho sebagai taktik "parkir bus".
Mourinho pernah berkilah, bahwa yang terpenting dalam sepakbola adalah hasil laganya. Benar juga si, yang penting menang bagaimanapun caranya. Seperti yang Mourinho sampaikan seusai laga melawan West Ham sabtu malam kemarin. Ia menjawab pertanyaan wartawan The Guardian seperti ini,
"The most important thing was not to win 3-0 or 4-0, the three points were a mental barrier. The boys are happy, and I really wanted them to be back to happiness."
Bagi Mou, menang berapapun tidak menjadi masalah dan kembali menang adalah jalan menuju kebahagiaan. Mou punya alasan kuat atas komentarnya itu. Laga di London Stadium (23/11/2019) itu berkesudahan untuk kemenangan Tottenham atas West Ham dengan skor 3-2. Kemenangan itu juga merupakan kemenangan away pertama Spurs sejak januari 2019.
Son-Heung Min, si oppa Korea berhasil mencetak gol pertama Spurs dibawah asuhan Mourinho. Son mencetak gol pada menit ke-36 disusul gol Lucas Moura pada menit ke-43. Harry Kane mencetak gol terakhir bagi Spurs di laga itu 5 menit selepas kick-off babak kedua dimulai. West Ham mampu memanfaatkan kelengahan dan fisik pemain Spurs yang kelelahan dengan mencetak dua gol pada menit ke-73 dan menit ke-90+6 lewat gol Antonio dan Ogbonna.
Yang jelas, laga comeback Mourinho ini sukses menjadi headline di berbagai surat kabar kenamaan dunia termasuk di Indonesia. Namanya juga Mourinho, karisma dan keberadaannya selalu sukses mengundang nyinyiran awak media.
Sejak sukses membawa Porto juara UCL, Mou selalu memiliki drama dan kontroversinya sendiri, apalagi berbagai kasusnya dengan awak media. Bukan hanya awak media yang gemes dengan kelakuan dan komentar Mou, beberapa pelatih dan fans klub yang ia latih juga kerap terlibat perselisihan dengannya.
Sebelum dipecat MU, pada laga melawan Chelsea (22/10/2018), Mourinho terlihat mengacungkan tiga jari ke kerumunan penggemar Chelsea. Gestur ini ia buat untuk mengingatkan fans Chelsea akan tiga gelar Liga Inggris yang ia persembahkan kepada Chelsea.
Ketika menangani Madrid, Mou juga pernah terlibat perselisihan dengan pemainnya sendiri. Casillas, kapten sekaligus kiper Madrid ia ganti dengan Diego Lopez, yang notabene kiper cadangan di Madrid akibat perseteruannya dengan kiper timnas Spanyol itu. Periode musim 2012-2013 bersama Madrid bahkan Mou sebut sebagai "periode terburuk dalam karirnya".
Mundur lagi ketika periodenya bersama Inter Milan di Serie A, Mou juga membuat masalah dengan awak media dan beberapa pelatih serta pendukung klub lain. Pada musim 2008-2009 ketika awal menangani Inter, Mou menyebut dua rival Inter saat itu, yaitu AC Milan asuhan Ancelotti dan AS Roma di bawah asuhan Spaletti bakal mengakhiri musim tanpa gelar satupun. Tak sampai disitu, Mou juga membuat kontroversi dengan menyebut jurnalis italia dengan sebutan "pelacur intelektual". Hm... kasar juga ya Mou, tapi pernyataan tersebut keluar akibat seringnya pers memanas-manasi ia dengan pelatih lain di Italia.
Sebagai penikmat bola, rasanya senang melihat Mourinho kembali melatih sebuah tim. Ketika ia menganggur, ia sempat beberapa kali tampil sebagai pundit. Namun, jika anda jeli, tak ada raut bahagia terpancar dari wajahnya, bahkan Mou sempat mengutarakan kerinduannya melatih sebuah tim.
Kini kita sebagai penikmat bola akhirnya bisa menyaksikannya berdiri di pinggir lapangan lagi sebagai seorang pelatih. Drama, kontroversi, dan komentar-komentar pedasnya bakal kita nikmati sekali lagi.
Dan sebetulnya, ulah-ulah seperti itulah yang dirindukan jagad sepakbola bukan? Biarlah itu semua terjadi, karena sepakbola tanpa Mourinho itu bagaikan masakan yang kekurangan bumbu.
Oiya, pada konverensi pers pertamanya bersama Tottenham, Muorinho sudah mengeluarkan statement nyleneh lagi. Kesombongannya langsung kumat, tapi ada benarnya juga si. Begini statement-nya,
Akhir kata kita ucapkan selamat datang kembali kepada "The Happy One" dan kita doakan yang terbaik bagi karirnya. Kita tunggu apakah Spurs mampu ia bawa meraih trofi?
Salam Olahraga. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H