Mohon tunggu...
Muhamad Irfab
Muhamad Irfab Mohon Tunggu... -

wong ndeso

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampah oh Sampah

11 Agustus 2010   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sampah yang ada di sekitar kita sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga. Semakin hari volume sampah akan terus bertambah selama pola pikir atau mindset tidak diubah. Selama ini setiap aktivitas domestik kita sebagian besar menghasilkan sampah.

Untuk mengurangi peran rumah tangga dalam menambah volume sampah, perlu diubah pola pikir dalam pengelolaan sampah. Pola pikir apakah yang perlu diubah? Sebagian besar dari kita telah terdoktrin sejak kecil atau sejak sekolah untuk 'membuang sampah di tempat sampah' atau doktrin 'jangan buang sampah sembarangan'.

Apakah yang terjadi? Benar sampah-sampah telah dibuang di tempat sampah, walaupun terkadang masih ada yang membuang sampah sembarangan. Sampah domestik kita telah dibuang di tempat sampah kemudian dibuang lagi di penampungan sampah sementara untuk kemudian terakhir dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA).

Adakah yang salah? Tidak ada yang salah, hanya akhirnya yang terlihat adalah timbunan sampah di penampungan sampah sementara atau di TPA. Akibat yang langsung bisa dirasakan adalah bau, kotor, sumber penyakit dan secara estetis mengurangi pemandangan wilayah sekitarnya. Cobalah lihat di wilayah sekitar kita, akan dijumpai kondisi sesuai deskripsi di atas.

Kita tidak perlu menyalahkan instansi yang tidak bekerja secara optimal dalam mengelola sampah. Menyalahkan pihak lain tanpa berusaha memperbaiki diri hanya akan menambah permasalah dalam pengelolaan sampah. Perbaikan diri yang semestinya dilakukan adalah mengubah sikap dan perilaku kita terhadap sampah, khususnya sampah domestik/rumah tangga kita.

Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah kemauan dan kedisiplinan kita dalam memilah sampah domestik kita menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik kita olah menjadi kompos. Sampah anorganik kita pilah dan pilih menjadi sampah bernilai ekonomis dan dapat didaur ulang dan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Sampah anorganik yang tidak dapat didaur ulang akhirnya yang kita buang di TPS atau TPA. Jadi perilaku kita mampu mengurangi volume sampah dengan signifikan.

Apakah berhasil? Selama sosialisasi, pendampingan dan pengarahan oleh pemerintah, swasta, LSM, organisasi masyarakat atau warga yang peduli terhadap pengolahan sampah secara rutin dan berkesinambungan, perilaku dan sikap kita terhadap sampah dapat berubah. Akhirnya keuntungan tidak hanya menjadi milik masing-masing rumah tangga, tetapi juga instansi pemerintah.

Beranikah kita berubah......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun