Mohon tunggu...
Irfan Nurdiansyah
Irfan Nurdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS PAMULANG

hanya seorang manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sosial di dalam Novel Tenggelamnya Kapal Vanderwijk

6 Juli 2024   10:20 Diperbarui: 6 Juli 2024   10:25 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketidakadilan sosial ini adalah masalah yang masih relevan hingga kini. Banyak orang di berbagai belahan dunia masih menghadapi diskriminasi berdasarkan status sosial, ras, atau latar belakang etnis mereka. Novel ini mengajak kita untuk lebih peka terhadap isu-isu ketidakadilan sosial dan berusaha menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

3. Pernikahan Berdasarkan Status dan Harta

Kritik lainnya yang disampaikan Hamka adalah terhadap praktik pernikahan yang lebih mementingkan status dan harta daripada cinta dan kompatibilitas pasangan. Dalam novel, Hayati dipaksa menikah dengan Aziz, seorang pria yang lebih kaya dan memiliki status sosial tinggi, meskipun ia mencintai Zainuddin.

Hamka menggambarkan betapa destruktifnya pernikahan semacam ini, tidak hanya bagi individu yang terlibat tetapi juga bagi tatanan sosial secara keseluruhan. Pernikahan seharusnya didasarkan pada cinta dan saling pengertian, bukan pada status dan harta. Kritik ini relevan bagi banyak masyarakat modern di mana pernikahan sering kali masih dipengaruhi oleh pertimbangan materi dan status sosial.

4. Peran dan Posisi Wanita

Novel ini juga menyinggung tentang posisi dan peran wanita dalam masyarakat. Hamka menggambarkan bagaimana wanita sering kali tidak memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri, terutama dalam hal pernikahan. Hayati, sebagai tokoh utama wanita, adalah korban dari sistem yang menganggap wanita sebagai obyek transaksi sosial.

Hamka mengajak pembaca untuk mempertanyakan dan menantang norma-norma yang merugikan wanita. Dalam konteks modern, isu kesetaraan gender dan hak-hak wanita masih menjadi topik penting yang perlu terus diperjuangkan.

5. Konflik antara Tradisi dan Modernitas

Konflik antara tradisi dan modernitas adalah tema lain yang diangkat dalam novel ini. Zainuddin, dengan pandangan modernnya tentang cinta dan pernikahan, sering kali bertabrakan dengan norma-norma tradisional yang dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau. Hamka menggambarkan bagaimana nilai-nilai tradisional dapat bertentangan dengan perkembangan pemikiran dan perubahan sosial.

Dalam dunia yang terus berubah, kita dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan antara menghargai tradisi dan menerima perubahan. Novel ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita bisa menghadapi dan mengatasi konflik antara tradisi dan modernitas dengan cara yang bijaksana.

Kesimpulan
Melalui novel ini, Hamka mengajak pembaca untuk merenungkan kembali norma-norma sosial yang ada dan berusaha menciptakan perubahan menuju masyarakat yang lebih adil dan manusiawi. Kritik sosial dalam novel ini masih sangat relevan dan penting untuk kita pertimbangkan dalam konteks dunia modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun