Salah satu langkah untuk memulai penyadaran dan menularkan virus sadar bencana harus dimulai dari unsur terkecil yakni diri sendiri. Pribadi atau Individu yang sadar akan kebencanaan dan meluaskannya biasa disebut sebagai relawan penanggulangan bencana.Â
Para Relawan penanggulangan bencana biasanya membuat gerakan yang memiliki tujuan yang sama hingga membuat komunitas atau organisasi.Â
Salah satu Realwan penanggulangan bencana ialah Muhamad Irfan Nurdiansyah, Firyal Nur Karimah dan Kholifatul Fuaddah mereka adalah alumni Local Heroes Development Program (LHDP) yang merupakan program persembahan Good News From Indonesia (GNFI).Â
Muhamad Irfan Nurdiansyah atau biasa disebut Cak Irfan sebagai ketua kelompok menginisiasi adanya program Pemuda Pelopor Tangguh Bencana. Program tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mensosialisasikan hingga menyadarkan masyarakat umum tentang kebencananaan di Indonesia.Â
Dalam Program Pemuda Pelopor Tangguh Bencana tersebut bukan hanya sekedar sosialisasi namun juga ada praktek pelaporan bencana menggunakan BencanaBot dari PetaBencana Indonesia. Setelah mendapatkan pengetahuan perihal kebencanaan peserta mempraktekan BencanaBot. Selain itu juga ada kuis sebagai bentuk pengulangan materi dan indikator pemahaman peserta terhadap materi.
Menurut Kusumasari, B. (2018) dalam Jurnal Studi Pemerintahan yang berjudul Disaster Management and Risk Reduction Initiatives in Indonesia, ada beberapa faktor yang menyebabkan kesadaran warga Indonesia tentang tinggal di negara rawan bencana masih rendah.Â
- Kurangnya Pendidikan dan Pengetahuan: Banyak masyarakat di Indonesia yang belum mendapatkan edukasi yang memadai tentang risiko bencana dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menghadapinya. Pendidikan tentang bencana yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah masih kurang dan tidak merata di seluruh wilayah.
- Keterbatasan Akses Informasi: Terutama di daerah terpencil atau pedalaman, akses terhadap informasi tentang risiko bencana dan cara menghadapinya seringkali terbatas. Infrastruktur komunikasi dan akses internet yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi kendala.
- Tingkat Kemiskinan: Bagi sebagian masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, kesadaran tentang risiko bencana seringkali menjadi prioritas kedua setelah mencari nafkah sehari-hari. Mereka mungkin tidak memiliki sumber daya atau dana yang cukup untuk melakukan persiapan atau mitigasi bencana.
- Budaya dan Kepercayaan: Beberapa komunitas mungkin memiliki kepercayaan tradisional atau budaya lokal yang mengarah pada kurangnya kesadaran tentang risiko bencana atau keyakinan bahwa mereka tidak dapat mengubah nasib mereka terhadap bencana.
- Kurangnya Kesadaran Akan Dampak Perubahan Iklim: Perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam di Indonesia. Namun, kesadaran akan dampak perubahan iklim dan kaitannya dengan bencana masih kurang di kalangan masyarakat.
Peran aktif masyarakat sangat berperan dalam membangun kesadaran masyarakat, terlebih dari pemerintah sendiri belum bisa menganggarkan dana besar untuk mitigasi atau pencegahan bencana lewat APBN.Â
Kesadaran bencana dimulai dari diri sendiri setelah itu baru kita bisa mengajak orang lain untuk sadar akan literasi bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H