Mohon tunggu...
Irfannur Diah
Irfannur Diah Mohon Tunggu... Freelancer - the thinker

part-time artist, full-time creator at irfnrdh.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Internet Tak Beradab, Semua Bisa Jadi Biadab

13 November 2019   08:37 Diperbarui: 13 November 2019   08:35 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika sebuah kendaraan masuk kedalam lapangan luas dan didalamnya tak memiliki petunjuk jalan arah melintas. Tentu akan banyak kendaraan mengikuti aturan-aturan yang telah diketahuinya sebelum memasuki lapangan luas tersebut.

Ada arah dari timur ke barat, barat ke utara dan dari semua penjuru arah. Namun tak ada satupun aturan yang jelas dalam menelusuri lapangan yang luas tersebut.

Sebagian asal kendaraan menetapkan aturan-aturan dalam melintasi wilayah yang berdekatan dari asal lapangan. Namun tidak begitu dipatuhi, karena terlalu banyaknya kendaraan yang melintas dalam setiap yocto akhirnya penetap aturan kualahan dengan aturan yang ditetapkannya.

Tidak ada yang perduli sebelum mereka mendapatkan hukuman atas aturan yang mereka langgar. Karena mereka juga pintar bahkan lebih pintar dari pembuat aturan yang hanya melihat dengan mata.

Orang-orang pintar tersebut memiliki banyak cara untuk melewati rintangan dan batas-batas aturan. Terlalu banyak celah yang mereka dapatkan.

Bagian dari lapangan yang lain juga memberitahu kabar mereka tentang bagaimana celah dibagian lapangan mereka. Hal itu membuat semua bagian lapangan mudah memberikan kabar.

Kabar itu mudah didengarkan oleh semua bagian yang ada dilapangan. Dan pada akhirnya tidak ada yang dapat mengontrol kecuali mereka-mereka bagian yang memiliki banyak kendaraan yang hebat.

Terjadilah sebuah perperangan antar satu bagian dan bagian lainnya dalam satu lapangan untuk menunjukan bagian lapangan yang berkuasa.

Mereka semua terlalu serakah. Dalih memberikan gratis ternyata mereka mendapatkan udang segar.

Perdagangan terjadi dimana-mana, bahkan lebih besar dari asal. Akhirnya banyak kendaraan pindahan dari asal menuju lapangan yang luas dan berharap dapat menjangkau seluruh bagian dari lapangan yang luas tersebut.

Kelicikan mereka menjadikan pupuk-pupuk kebiadaban terhadap kendaraan-kendaraan yang menjadi target perbudakan.

Mereka membiadabi dengan cara yang beradab dan disitulah kelemahan setiap kendaraan yang terlena dengan tayangan yang terlihat beradab.

Namun ada beberapa kendaraan yang sudah mulai tua, karena asiknya lalu lintas di lapangan membuat para tua-tua tersebut terjun seperti anak-anak.

Sedang kendaraan-kendaraan muda mulai mewaspadai setiap arah yang mereka telurusi. Namun tak sedikit dari kendaraan yang masih menjadi korban dari mereka yang membiadabi dengan cara yang biadab.

Percayalah bahwa kendaraan itu tidak akan pernah tahu arah dan jalan tanpa pengendara. Pengendara itu adalah dalang dari penelurusan kendaraan-kendaraan tersebut. Dan Pengendara hanya bisa melakukan penelusuran namun tidak tahu sepenuhnya tanpa seorang pemandu dan penasehat dari sekeliling pengendara.

Jika ingin melawan kebiadaban tersebut, maka lawanlah arah dari cara mereka membiadabi.

"Nereka jelas terlihat seperti syurga, namun syurga malah terlihat seperti nekara".

66:6, 18:1-10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun