Ketika sebuah kendaraan masuk kedalam lapangan luas dan didalamnya tak memiliki petunjuk jalan arah melintas. Tentu akan banyak kendaraan mengikuti aturan-aturan yang telah diketahuinya sebelum memasuki lapangan luas tersebut.
Ada arah dari timur ke barat, barat ke utara dan dari semua penjuru arah. Namun tak ada satupun aturan yang jelas dalam menelusuri lapangan yang luas tersebut.
Sebagian asal kendaraan menetapkan aturan-aturan dalam melintasi wilayah yang berdekatan dari asal lapangan. Namun tidak begitu dipatuhi, karena terlalu banyaknya kendaraan yang melintas dalam setiap yocto akhirnya penetap aturan kualahan dengan aturan yang ditetapkannya.
Tidak ada yang perduli sebelum mereka mendapatkan hukuman atas aturan yang mereka langgar. Karena mereka juga pintar bahkan lebih pintar dari pembuat aturan yang hanya melihat dengan mata.
Orang-orang pintar tersebut memiliki banyak cara untuk melewati rintangan dan batas-batas aturan. Terlalu banyak celah yang mereka dapatkan.
Bagian dari lapangan yang lain juga memberitahu kabar mereka tentang bagaimana celah dibagian lapangan mereka. Hal itu membuat semua bagian lapangan mudah memberikan kabar.
Kabar itu mudah didengarkan oleh semua bagian yang ada dilapangan. Dan pada akhirnya tidak ada yang dapat mengontrol kecuali mereka-mereka bagian yang memiliki banyak kendaraan yang hebat.
Terjadilah sebuah perperangan antar satu bagian dan bagian lainnya dalam satu lapangan untuk menunjukan bagian lapangan yang berkuasa.
Mereka semua terlalu serakah. Dalih memberikan gratis ternyata mereka mendapatkan udang segar.
Perdagangan terjadi dimana-mana, bahkan lebih besar dari asal. Akhirnya banyak kendaraan pindahan dari asal menuju lapangan yang luas dan berharap dapat menjangkau seluruh bagian dari lapangan yang luas tersebut.
Kelicikan mereka menjadikan pupuk-pupuk kebiadaban terhadap kendaraan-kendaraan yang menjadi target perbudakan.