Mohon tunggu...
Pendidikan

Ketika Netralitas Tidak Berlaku di Lembaga Pendidikan

10 April 2019   08:05 Diperbarui: 10 April 2019   08:06 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETIKA NETRALITAS TIDAK BERLAKU DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Miris dan sangat miris, kampus muhammadiyah yang dimana memiliki hak otonomi kampus di intervensi oleh salah satu pimpinan muhammadiyah agar memenangkan pasangan calon mereka. 

Calon itu berlindung atas nama pimpinan muhammadiyah, muhammadiyah di jadikan tameng untuk memuluskan kepentingan kepentingan mereka. 

Netralitas yang di keluarkan oleh pimpinan pusat muhammadiyah tidak berlaku bagi pimpinan wilayah maupun pimpinan kampus muhammadiyah, mereka melegal kan segala cara demi kepentingan mereka. Menghalalkan segala cara agar mereka terpilih untuk duduk dikursi Anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPD).

Pendidikan,  kau hanya sebatas nama, kau hanya sebatas tempat, sekarang wujud dan rupa mu sudah berubah, kau sekarang di tunggangi oleh kepentingan epentingan politik. Pendidikan, sekarang kau bukan hanya sebagai lahan untuk menimbah ilmu,kau sekarang menjadi multitask, kau bisa menjadi lembaga pembelajaran, dan bisa juga menjadi lembaga politik. 

Seruan tolak kami se akan di bungkam dengan kata kata yang indah nan halus, "jangan menghalangi", sebuah racun, sebuah doktrin, sebuah madu yang berisi racun, racun untuk mahasiswa, racun untuk lembaga pendidikan.

Memalukan, dan sangat memalukan ketika pendidikan tinggi di jadikan bahan kampanye, mereka lebih menjadikan pendidikan sebagai ranah kampanye, bahan dan permainan politik praktis, selagi mampu dijadikan eksploitasi suara, mobilisasi massa untuk mendapatkan suara. 

Nampak bahwa kebodohan mendasar dari dulu di sembunyikan oleh kampus takkala mereka berkoar koar memberikan pemahaman dan pendidikan berfikir, dan malah adanya kebodohan yang dipelihara oleh mereka. Tak hebat lagi pimpinan pimpinan kampus menjelma seakan seperti malaikat, menginstruksikan kepada seluruh pihak untuk berkampanye dan bertanggug jawab.

Jelas bahwa ini seakan memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melahirkan watak watak penjilat. Seburuk apapun kampus mencoba untuk menyembunyikan bangkai atau kebusukannya, akan tercium kebusukan itu. 

Sadar atau tidak sadar kampus lagi lagi memperlihatkan kebodohannya dengan memberikan instruksi berbeda tetapi tujuan yang sama. Cara cara icik, cara seorang imprialisme. Cara pecundang yang mempertontonkan keburukan, kebobrokan birokrat kampus.

                                                                                                           MUH IRFAN HIDAYAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun