Mohon tunggu...
Irfan L. Sarhindi
Irfan L. Sarhindi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis "The Lost Story Of Ka'bah" dan "Kun Fayakun Kun La Takun". Peraih Nugra Jasa Dharma Pustaloka Perpusnas 2011 Kategori Karya Fiksi Terbaik III untuk novel keduanya "Apologia Latte". Selain menulis, aktif pula di Ponpes tempatnya lahir dan menimba ilmu dan bertumbuh: Ponpes Darul Falah, Jambudipa. Ia juga seorang Pembicara, Long Life Learner, Pecinta Buku, dan Penggemar Sepakbola. Karya-karyanya yang lain: Hubby, Apologia Latte, Sirruhart, Meander, Sarajan Copas. Berdomisili di Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ka'bah dan Mereka yang Menumpahkan Darah untuk "Mensucikannya" Bagian 2

21 Maret 2014   21:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhasil, pada 1979, di waktu subuh, disertai 400-500 tentara, dia masuk ke dalam Masjid al-Haram dan ‘mengkudeta’ kekuasaan atas Masjid Suci tersebut. Melalui mikrofon, dia membeberkan kebobrokan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan menyuruh Jemaah yang ditawan di dalam masjid untuk berbaiat kepada saudaranya yang dia klaim sebagai Imam Mahdi.

Perlu 2 minggu hingga tentara Kerajaan Arab Saudi berhasil ‘merebut kembali’ Masjid al-Haram. Itupun dibantu oleh tentara Prancis dan lain-lain. Masjid penuh oleh para syahid yang dibunuh Juhaiman. Darah mengotori lantai Masjid Suci. Persis di depan Ka’bah yang Agung! Juhaiman dan tentaranya dihukum mati.

Tapi ketidakpuasan atas prilaku keluarga Kerajaan Arab Saudi tidak datang dari sana saja. Iran juga tercatat pernah bersitegang dengan Kerajaan Arab Saudi. Bahkan, pada 1987, 401 orang tewas dan 643 orang luka-luka yang sebagian besar adalah warga Iran pada tragedi demonstrasi anti-Amerika dan anti-Israel di Arab Saudi. Alkisah, para Jemaah Haji asal Iran berdemontrasi di Mekkah. Ketika mereka mendekati Masjid al-Haram, mereka dihadang tentara Kerajaan Arab Saudi.

Menurut Pemerintah Iran, tentara Arab Saudi itu menembaki para demonstran. Sedangkan Pemerintah Arab Saudi mengklaim, mereka yang meninggal adalah mereka yang panik, terjepit, dan terinjak-injak. Yang manapun yang benar, fakta yang tidak bisa dibantah adalah peristiwa tersebut menambah daftar pertumpahan darah di seputar Ka’bah yang Agung.

Kesemuanya, secara lahiriah, berangkat dari keyakinan dan perspektif mereka (terlepas dari benar ataukah salah) untuk berusaha mensucikan Ka’bah dan mengagungkannya, dan (entah karena terpaksa ataupun tidak) memilih jalur perang untuk mewujudkannya.

Satu-satunya pengecualian dalam sejarah pertumpahan darah di dekat Ka’bah, yang pelakunya malah berlaku sombong dan merendahkan Ka’bah, terjadi pada peristiwa pencurian Hajar Aswad oleh Abu Thahir, pemimpin sekte Syiah Ismailiyah Qaramithah, pada tahun 317 H. Sewaktu berhasil menguasai Masjid al-Haram, dia berdiri di pintu Ka’bah seraya berkata, “Aku adalah Allah. Aku bersama Allah. Akulah yang menciptakan makhluk-makhluk dan akupula yang akan membinasakan mereka.”

Uniknya, serangan wabah penyakit terhadapnya tidak terjadi kontan sebagaimana serangan burung-burung hitam yang melemparkan batu dari neraka kepada pasukan gajah Abrahah. Alih-alih memerlukan waktu 22 tahun kemudian setelah Hajar Aswad yang dicuri, dikembalikan. Maha Benar Allah atas segala Kehendak-Nya.

Lebih Lengkap di Buku The Lost Story Of Ka’bah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun