Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Fauzi
Muhammad Irfan Fauzi Mohon Tunggu... Konsultan - Jurnalis dan Aktivis Pajak

Ingin menjadi seseorang yang berdedikasi untuk pendidikan dan pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kastil Itu Bernama Ekonomika

22 Juni 2019   13:35 Diperbarui: 22 Juni 2019   14:16 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu terang, sejuk, dan rindang
Bangunnya para jiwa jiwa menuju kastilnya para pemenang
Individu Ksatria yang seolah memiliki tugas terhormat
Untuk tujuan cita dan cinta di atas kuasa yang tepat

Taman-taman yang dikelilingi bunga bak filosofi
Membuatku terdiam untuk duduk sambil menulis puisi
Sudut kiri seolah Srikandi Ibu Pertiwi dari Kartini hingga Trimurti
Bahwa telah lama berkibar Merah Putih di altar suci

Fosil fosil reformasi di ambang batas negeri
Ku temukan detak jantung yang selalu bermelodi
Melangitkan harmoni secara lirih
Merajut pesona kisah kisah serupa bidadari kelas tertinggi

Ritual Senin menjadi agenda wajib Raja dan serdadu   menyenandungkan Indonesia Raya
Butir-butir Pancasila karangan Mpu Tantular dikumandangkan sebagai janji bermahkota
Bergema sejagad dan penjuru istana bahkan nusantara
Merah Putih menjelma pada kawanan anak anak bangsa

Di kastil itu,,
Akan kita temukan berbagai kawanan prajurit beragam kegemaran
Perihal keorganisasian,kedisiplinan, kepemimpinan, olahraga, seni, ilimiah, bahkan kritisnya sebuah tulisan
Lalu kan kita temukan kumpulan kertas putih yang disampul buku ungu
Sebagai pengarah para penghuni agar tak menemukan pikiran atas solusi tak bertemu

Disana pun kau akan temukan hiruk pikuknya kesibukan
Mulai dari hari pertama hingga detik penghujung kelelahan
Pula kau temukan sapaan santun dari para penghuni kastil
Yang memperlihatkan kata kecil namun sungguh berhasil

Dan di kastil itu
Ada yang kuberi nama indah dan berkenang hingga Masehi usai
Princess, Adik Hello Kitty, The Guinevere,Purnama, hingga Komandan Ungu
Nama nama tersebut ku beri kepada mereka , yang setidaknya telah meluluhlantakkan egoisme dan keras kepala ku,
"Nama itu akan selalu abadi olehku dan padanya," Harapku saat menulis dan membayangkan kastil itu yang terus hidup

Dan di  kastil itu
Terlihat jelas Matahari hadir sebagai pembuka hari
Hingga senja berbaring kemudian tenggelam namun tak pernah pergi
Setelah malam, bulan dan bintang tengah berdansa dengan irama irama hati

Atas genggaman cinta
Sebuah kata yang mengalunkan alunan sastra romantika
Secarik harap dan kisah untuk keabadian kelak terpeluk dalam cita
Kastil itu bernama EKONOMIKA .

Ttd, 21.06.2019 

Muhammad Irfan Fauzi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun