Bukan malah menyalahkan masyarakat yang berperilaku konsumtif, pembaca akan berpikir dua kali membeli buku terlebih ongkos kirim yang mahal ketimbang harga buku. Penerbitan dan toko buku masih sangat minim untuk daerah Indonesia timur dan sekitarnya. Â Palingan hanya punya perpustakaan sekolah, tidak memiliki perpustakaan desa, kecamatan apalagi perpustakaan kabupaten.
Selagi masih ada perpustakaan, peradaban maju dapat dicapai. Menghacurkan perpustakaan  berarti merusak peradaban. Membakar satu buku, berarti membakar satu manusia. Sebuah buku yang ada di tangan pembaca merupakan kerja keras dari beberapa pihak.Â
Ada kerja penulis, penyuting naskah, perancang sampul, pemasaran penerbit dengan segala dramanya sebelum terbit melibatkan banyak pihak. Perubahan pola pikir memandang pengetahuan dapat dilihat dari memperlakukan buku. Kecenderungan dapat terbentuk mulai dari lingkungan keluarga. Beruntung sudah ada minat baca harus disertai kemampuan berpikir kritis menciptakan iklim masyarakat berpengetahuan di dunia digital.Â
Dunia digital yang mengandalkan kecepatan menimbulkan berbagai masalah misinformasi, berita bohong memberi dampak memecah belah. Dengan adanya kemampuan berpikir kritis yang timbul dari minat baca yang tinggi misinformasi dapat teratasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H