Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Berbagi tanpa harus mencaci

seorang pembelajar dan murid bagi banyak guru

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengejar Sunrise Puncak B29

6 Juli 2015   11:09 Diperbarui: 6 Juli 2015   11:09 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan yang berat mulai terasa saat kami sudah memasuki trek Pasar Senduro menuju Desa Argosari. Jalan yang kami lewati berupa jalan aspal yang lebarnya hanya seukuran lebar mobil truck. Dengan medan yang menanjak perlahan. Beberapa tanjakan juga cukup terjal, hingga motor kami hanya bisa berada pada perseneling satu dan dua agar tetap bisa melaju. Selanjutnya, daerah yang kami lewati berangsur sepi. Bukan hanya karena waktu yang sudah larut (sekitar pukul 22.30 WIB), tapi juga karena pemukiman penduduk sudah tidak tampak lagi di sekitar jalan. Daerah yang kami lewati berganti menjadi padang rumput yang luas, serta beberapa pohon khas pegunungan yang menjulang tinggi. Suasana malam itu sangat sepi sekali, hanya ada rombongan kami yang terdiri dari dua motor matic dan satu motor bebek.

Tiba-tiba saja, sebuah motor lokal mengikuti rombongan kami, dan melaju cepat menyusul Hamdan yang menyetir motor paling depan. Saya kira, motor itu adalah begal yang selama ini sering di wanti-wanti oleh masyarakat terhadap kawanan penjahat motor tersebut. Untungnya, motor lokal tersebut adalah adiknya Bapak tua yang kami temui sebelumnya di kawasan Pasar Senduro. Namanya Mas Syamhuri. Dia yang akan menuntun perjalanan kami dalam mendaki trek terjal menuju Desa Argosari.

Selama perjalanan, kami banyak menhirup nafas dalam-dalam saat melihat trek tanjakan yang terjal serta belokan yang sangat curam. Belum lagi, jalan nya dipenuhi kerikil-kerikil serta pasir yang tentu saja membuat jalan sangat licin. Hanya mengguankan gigi satu bagi motor bebek agar bisa tetap melaju di trek seperti itu. Rupanya keterkejutan kami belum berakhir, saat memasuki trek berupa tanah merah yang menanjak, becek, licin, serta ada beberapa bebatuan sekuruan bola sepak yang tersebar tak beraturan. Hal ini membuat teman kami yang dibonceng harus turun, agar motor tetap stabil dalam menanjak.

Terbukti, motor Ajin yang berusaha tetap membonceng Finda harus merosot mundur karena tidak kuat mendaki trek ekstrem itu. Bahkan setelah direm (baik depan dan belakang) motor tetap mundur. Finda pun harus loncat jika tak mau jatuh tertimpa motor. Serentak kami berhenti dan membantu Ajin menstabilkan motornya.

Trek selanjutnya yang tidak kalah ekstrim dengan sebelumnya membuat teman-teman kami yang dibonceng harus segera turun agar motor bisa melewatinya. Tak jarang, Mas Syamsuri harus antar jemput membantu motor matic yang dikendarai Ajin atau Hamdan agar bisa lewat trek licin dan berbatu. Beberapa kali ban motor saya selip dan tak bisa menapaki trek yang sangat licin. Dalam kondisi seperti ini, rem depan dan belakang bekerja maksimal. Bahkan dua kali motor yang saya kendarai kehilangan keseimbangan dan jatuh ke samping jalan. Padahal saya sendiri saat mengendarainya. Memang trek Senduro-Argosari sangat menantang.

Pendakian dari Basecamp ke Puncak B-29 dan B-30

Kurang lebih pukul 00.20 WIB kami sampai di rumah Mas Syamsuri yang juga menjadi basecamp pendakian Puncak B-29. Ketiga motor kami benar-benar dalam kondisi kotor dan panas. Bau kampas rem depan maupun belakang yang sedari tadi digunakan benar-benar tercium. Mesin motor juga sudah sangat panas.

Dini hari itu cuaca sangat cerah. Bintang-bintang di langit berkilauan sangat indah. Kabut tipis pun hanya sedikit yang turun di area basecamp. Di sebelah selatan, puncak gunung semeru tampak menjulang dibawah sinar bulan. Sedangkan di sebelah barat, pintu gerbang pendakian sudah menunggu kami. Beberapa bapak-bapak yang berjaga di dekat posko sebelah pintu gerbang nampak asyik menyeruput kopi panas. Sangat cocok untuk cuaca pegunungan yang dingin.

Kami sudah packing dan siap mendaki. Waktu sudah menunjukkan pukul 00.40 WIB. Sudah sangat larut, bagi para pendaki gunung. Sebelumnya, kami tidak lupa berfoto ria untuk mengabadikan momen di depan pos pendakian.

Pendakian menuju puncak dimulai saat kami melewati pintu pendakian dan jauh meninggalkan perkampungan warga. Suhu saat itu lumayan dingin namun langit malam tampak cerah terkena sinar bulan purnama. Dua headlamp yang kami bawa pun praktis kami simpan untuk menghemat daya. Trek yang dilewati hanya jalan setapak yang cukup luas dan bisa dilewati oleh kendaraan bermotor. Menurutku, pendakian menuju Puncak B-29 tidak cocok disebut pendakian. Mungkin lebih tepatnya rekreasi, karena hanya dengan satu jam berjalan kaki kita sudah sampai puncaknya. Apalagi dengan adanya jasa ojek dari basecamp ke puncak hanya dengan Rp 20.000-35.000. Yang benar-benar menjadikan puncak B-29 seperti wahana rekreasi bukan wahana pendakian. Namun tetap saja, perjalanan malam itu menyisakan rasa penasaran akan keindahan Puncak B-29.

Selama perjalanan menuju puncak, kami sering menemui para pendaki lain yang “ngojeg” menggunakan motor yang banyak mangkal di basecamp tadi. Meskipun agak “nyesek” gara-gara mereka yang dengan cepat sampai puncak menggunakan motor, kami tetap berjalan menyusuri jalan setapak menuju “Top Of B-29’s Summit”. Dan akhirnya, setelah satu jam lebih kami berjalan, kami sudah berada di area puncak B-29 pada pukul 01.15 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun