Hingga suatu hari, aku menemukan pesan itu. Pesan yang kau simpan di dalam motor vespamu, dengan diikat sebuah gelang kesayanganmu. Dalam pesan tersebut, kau sama sekali tak menjelaskan alasanmu meninggalkanku dan teman-temanmu, ataupun sekedar menyebutkan di mana dirimu saat ini. Kau hanya berucap maaf dan terima kasih telah menjadi bagian dari kisah hidupmu. Dalam pesan tersebut, kau kembali mengucapkan itu, kata yang kau ucapkan di malam hari saat kita berkemah di tepi pantai untuk menunggu induk penyu yang akan melahirkan.
“Lihatlah dunia dari sisi lain, kemudian kau akan mengerti segala sesuatu yang lebih baik.”
Di bawahnya, kau menambahkan salam untuk teman-temanmu dan untuk ibuku. Kau bahkan menyuruhku untuk kembali ke ibuku, atau sekedar menjenguk dengan mengucapkan beribu maaf dan terima kasih kepadanya. Yah, aku memang pernah bercerita tentang diriku yang meninggalkan keluargaku.
Dalam pesan terakhir, kau berucap
“Jaga selalu bobi yah, karna dengan itu, jiwaku akan tetap ada di sampingmu.”
***
Aku tersadar dalam lamunan panjang. Aku masih duduk di sini, di tepi pantai ini. Sejenak mengabiskan waktu hingga petang hari. Esok, aku akan kembali ke Jakarta, sudah 3 hari aku menyempatkan berlibur di kota ini. Yah, aku menuruti pesanmu untuk kembali bersama Ibuku. Pada awalnya, aku sangat berat untuk meninggalkan tempat ini dan teman-temanmu. Tapi karena ingat pesan darimu, tekadku untuk bertemu ibu semakin kuat. Aku bersyukur, ibuku tak pernah membenciku, justru semakin menyayangiku. Tentang teman-temanmu, kita masih berkomunikasi, tentunya dengan dibantu media sosial saat ini.
Aku datang ke sini untuk mengucap selamat tinggal. Mungkin, ini sekaligus salam perpisahan dariku. Terima kasih dan beribu terima kasih, aku bersyukur menemukan pribadi sepertimu. Sosok yang telah menuntunku ke arah yang lebih baik. Penyakitku semakin parah, dan mungkin saja umurku sebentar lagi. Aku ingin menghabiskan sisa hidup bersama ibuku, dan juga Bobi-mu. Oh ya, tenang saja. Aku sudah berencana untuk memberikan Bobi ini kepada teman-temanmu ketika aku tak lagi ada di dunia ini. Bukannya aku tak ingin menyimpannya, tapi aku ingin memberikan motor ini kepada teman-teman baikmu, dengan harapan semoga motor ini akan terus menjadi inspirasi penerus perjuangan kita dalam memberikan semangat hidup yang lebih baik.
Bersama Bobi yang menemaniku, aku berjanji akan menyimpannya hingga akhir hayatku, dengan begitu, jiwamu akan selalu ada di sini, di sisiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H