Akan tetapi jika melihat koneksi keluarga antara Wawan dengan Hikmat Tomet dan koneksi politik Hikmat Tomet dengan Amir Hamzah maka terlihat jelas bahwa motif suap Wawan kepada Akil Mochtar jelas bukan motif jangka pendek. Jika upaya gugatan (plus suap) yang dilakukan oleh pihak Amir Hamzah berhasil dan pilkada diulang, maka pihak Amir Hamzah dapat memanfaatkan peluang ini untuk menyalip perolehan suara yang didapat Iti Octavia. Tentunya jika Amir Hamzah bisa memenangkan pilkada Lebak kali ini, maka tidak akan ada daerah tersisa di Banten yang tidak dipegang secara politis oleh Dinasti Ciomas. Menggelikan.
LANGKAH SPEKULASI DAN (MUNGKIN) BERUJUNG KEGAGALAN SERTA BLUNDER POLITIK
Langkah Dinasti Ciomas untuk menggugat hasil pilkada Lebak merupakan suatu langkah spekulasi yang sangat berani. Dengan selisih perolehan suara yang cukup jauh pada pilkada kali ini yaitu sekitar 34%, jelas bahwa dengan mengabaikan faktor ini gugatan merupakan langkah yang sangat spekulatif. Selain kemenangan pada pilkada ulangan tidak dapat dipastikan, terungkapnya kasus suap Wawan kepada Akil Mochtar jelas menghancurkan citra dari Amir Hamzah. Kasus ini juga berujung pada terungkapnya koneksi politik antara Amir Hamzah dengan Dinasti Ciomas. Hal ini juga merupakan ketidakuntungan yang didapat Amir Hamzah setelah terungkapnya kasus suap Wawan. Ketidakuntungan ini tentunya disebabkan oleh masyarakat banten sudah GERAH dengan MONOPOLI POLITIK yang dilakukan oleh Dinasti Ciomas di Banten
Suap dan gugatan ini juga merupakan blunder besar dari Dinasti Ciomas dalam upayanya memonopoli kursi politik di Banten. Â Tertangkapnya Wawan atas kasus suapnya kepada Akil Mochtar jelas menjadi momentum besar bagi rakyat Banten untuk melakukan tuntutan dan upaya untuk menyeret kasus korupsi yang dilakukan oleh Dinasti Ciomas. Hal ini terlihat dari reaksi rakyat Banten di berbagai daerah yang merayakan tertangkapnya Wawan oleh KPK.
Jelas langkah ini merupakan spekulasi besar yang berujung kegagalan dan blunder politik bagi Dinasti Ciomas. Bukannya menambah pengaruh politik malah menjadi momentum kehancuran politik. Bukannya untung malah buntung, ya sudahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H