Lentera pada mulanya terbuat dari timah murah, kemudian berkembang menjadi sebuah seni kerajinan, kini lentera tersebut dihias dengan ukiran dan hiasan buatan tangan, terbuat dari tembaga dan kaca berwarna, dengan alas kayu sebagai tempat meletakkan lilin. Seiring waktu, bentuk lenterapun berevolusi yakni menggunakan kaca yang dipoles sehingga mengubah bentuk pencahayaannya. Ukuran lentera berubah setelah itu, dan lentera mulai dinyalakan dengan sumbu dan minyak sebagai pengganti lilin.
Perkembangan pembuatan lentera ini terjadi karena pentingnya perayaan dan hari raya di era Fatimiyah yang sangat penting bagi bangsa Mesir. Lentera bertransformasi dari alat penerangan untuk rumah, masjid, dan toko menjadi alat dekoratif dan elemen perayaan yang terkait dengan bulan suci Ramadhan, terutama ketika Al-Musaharati menggunakannya pada malam hari sambil menyerukan sahur.
Sedikit demi sedikit lentera Mesir bocor ke negara tetangga seperti Damaskus, Aleppo, Yerusalem, Gaza, dan lain-lain. Â Setelah itu, ada nama untuk masing-masing lentera, antara lain Lentera Mahkota Raja, Lentera Raja Faruk, dan Lentera Parlemen yang menyerupai kubah Parlemen Mesir yang terkenal.
Lampion Menjadi Industri
Meskipun lentera hanya muncul selama musim Ramadhan, setelah fungsi aslinya sebagai penerangan menghilang dan menjadi ritual Ramadhan murni di era modern kita, pengerjaan lentera terus berlanjut sepanjang tahun, seiring inovator dan desainer memikirkan ide-ide baru dan modern untuk lentera tersebut. Persebaran industrinya lentera sudah sampai di Tiongkok, namun Kairo tetap menjadi rumah asal lentera tersebut, dan masih melanjutkan peran pentingnya dalam pembuatannya.
Area 'Taht Al-Rub' dekat Al-Azhar Al-Sharif dianggap sebagai tempat paling terkenal dan terbesar untuk pembuatan lentera tradisional bersejarah, dan di dalamnya terdapat bengkel pembuatan lentera terbesar yang telah diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Pengunjung kawasan ini serasa dibawa ke zaman Fatimiyah kuno, terutama pada malam hari, saat lampion dinyalakan dengan lampu warna-warni menyerupai bintang di langit gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H