Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Warga Bekasi yang cinta nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tapal Batas Pertemanan

23 Desember 2017   05:27 Diperbarui: 23 Desember 2017   09:25 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dok.Pri : Suka Ria

Tidak ada yang salah jika berteman. Atau aktif bersosial media untuk menjaga pertemanan. Asal kita memahami batasannya. Tidak mesti ruang-ruang privasi kita di buka selebar-lebarnya. Atau tindakan-tindakan kita keluar kontrol dari etika sosial yang ada karena ada dukungan pertemanan yang salah. Semua teman bisa masuk, berpendapat, mengarahkan, menganjurkan, meminta, memutuskan dan memerintah tanpa ada tapal batas ruang pribadi. Seolah-olah diri adalah milik publik pertemanan. Yang tidak dapat mandiri atau mendapat ruang privasi dalam kehidupan. Bayangkan jika itu terjadi dalam kehidupan berpasangan??

Belum lagi godaan-godaan terkait perasaan. Ada aroma pengkhianatan, iri, dengki, perselingkuhan, dan atau fitnah. Karena ada satu dua pihak yang mempunyai kepentingan sama, mereka memprovokasi yang lain untuk membenarkan tindakan mereka. Sudah sering terjadi hal seperti itu. Apalagi diperkuat saat kopi darat. Makin sempurna rencana tersebut berjalan. Yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah.

Ujungnya banyak hal baik dikorbankan. Banyak pasangan berakhir karena kejadian seperi ini. Banyak pekerjaan terbengkalai karena hal seperti ini. Banyak rencana gagal karena kehilangan fokus oleh hal seperti ini. Padahal hal baik itu sudah susah payah diperjuangkan, dijaga dan dipertahankan. Rusak atau hilang karena atas nama pertemanan yang tidak sehat.

Teman, alangkah baiknya kita mulai menelaah kembali konsep pertemanan kita. Hal-hal konvensional dalam pertemanan masih dapat dipertahankan. Adab dan perilaku jadul bisa kita contoh, bahwa berteman hanya sekedar mengisi waktu dan sarana menghilangkan kepenatan. Bukan sebagai prioritas utama dalam perjalanan kehidupan. Apalagi ditambah kekonyolan seperti melakukan sumpah setia atau sejenisnya, untuk sehidup semati tujuh turunan untuk selalu berteman. Padahal aktivitas pertemanan yang dilakukan hanya mengedepankan hal-hal biasa atau remeh, tanpa tujuan yang bermakna atau berkualitas untuk kepentingan orang banyak.

Prioritas hidup dapat menjadi tapal batas terbaik. Kita akan dapat memahami mana yang mesti didahulukan atau diutamakan. Karena itu bisa dijadikan sebagai tapal batas pertemanan. Paling mudah adalah dengan membuat komposisi porsentase. Minimal ketika kita masuk etape hidup "bertanggungjawab", pertemanan masuk dalam kebutuhan sekunder. 

Artinya hanya mendapat porsentase 10 s/d 20% dari fokus hidup kita. Bukan berarti porsentase yang tidak signifikan itu membuat kita menjadi individualis. Porsentase tersebut cukup menyimbangkan hidup kita. Karena sisanya 80% dari fokus hidup kita dapat dipakai untuk prioritas dari tujuan-tujuan utama hidup, orang-orang tercinta dan target-target hidup kita.

Mari berteman SEHAT, bukan SESAT. Karena hidup begitu berharga, ketika kita memfokuskan diri untuk hal-hal atau orang-orang yang layak dan wajib kita perjuangkan.

Selamat Menikmati #SubuhMeresap

--------------------------

Sudut Bekasi, 271117-0324

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun