Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Buruh - Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"World Mental Health Day", Pentingnya Kesadaran akan Kesehatan Mental untuk Generasi Milenial

11 Oktober 2022   17:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   17:00 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin (10/10/2022) diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental sedunia, dimana isu ini sangat marak dibicarakan oleh banyak orang. Seseorang dikatakan sehat secara mental ketika ia merasa sejahtera, baik secara psikologis, emosional, maupun sosial.

Kesehatan mental sangat penting dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses kehidupan berjalan. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, bertindak, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.

Kesehatan mental ini kerap terjadi belakangan ini melanda anak-anak muda yang masih memiliki masa produktif. Siapa saja bisa mengalaminya tapi lebih rentan saat ini dialami oleh generasi milenial yang sering banyak melakukan proses penyembuhan dengan melakukan beberapa terapi dan mengkonsumsi obat-obatan yang telah dianjurkan oleh Dokter.

Masa belajar dan Kuliah jauh dari orang tua

Kebanyakan anak-anak saat ini setelah selesai dengan pendidikan kelas 12, mereka akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Masa-masa ini akan muncul hal-hal yang tidak terduga dan memberikan kesan yang sangat luar biasa bagi anak-anak muda kita.

Melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, sama halnya memulai sebuah kehidupan yang baru. Dimana mereka akan merasakan untuk pertama kalinya tinggal sendirian dan jauh dari keluarga. Biasanya ini terjadi bagi anak-anak daerah yang keluar dari kota asalnya untuk merantau dan mencari pendidikan yang lebih baik di ibu kota.

Dengan pola hidup yang berubah yaitu tinggal sendiri dan jauh dari keluarga membuat mereka hidup dan tinggal di lingkungan yang asing atau memiliki pertemanan yang jauh berbeda dari tempat tinggalnya dulu. Namun, muncul sebuah masalah baru yaitu banyaknya mahasiswa yang menunda ataupun drop out dari kampusnya.

Ternyata Fakta membuktikan bahwa alasan terbesarnya adalah kesehatan mental. Hal ini sering diabaikan atau dianggap biasa saja oleh sebagian orang tanpa ditelusuri lebih lanjut. Permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan mental merupakan sebuah hal yang harus diwaspadai oleh generasi muda kita saat ini.

Info Grafik Infografik: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (KOMPAS.com/Dhawam Pambudi)
Info Grafik Infografik: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (KOMPAS.com/Dhawam Pambudi)

Menurut Survei....

Laporan terbaru dari TimelyMD, yang melibatkan 1.600 murid yang bersedia menajdi koresponden. Mereka terdiri dari umur 18-29 tahun menunjukkan hasil bahwa :

  • 88% percaya adanya krisis kesehatan mental di kampus secara global
  • 51% menyatakan lebih stress di tahun 2022 dibanding 2021
  • 64% menyatakan mencari bantuan untuk kesehatan mental
  • 70% mengatakan mereka mengalami tekanan emosional dari Covid

Hasil survey ini juga memiliki kesamaan dari sebuah studi yang dilakukan oleh American Council on Education (ACE) pada tahun 2019 yang menemukan kenyataan bahwa 1dari 3 siswa "memenuhi kriteria untuk masalah kesehatan mental yang signifikan secara klinis", yang berarti hal ini akan kita temui dan siap menghampiri  7 juta siswa secara global.

Akibat yang didapat dari kesehatan mental ini adalah banyaknya timbul kasus kematian yang memiliki motif sebagai pelarian untuk bunuh diri. Walaupun kematian bukanlah sesuatu hal yang kita harapkan tapi banyaknya anak-anak muda yang mengalami kesehatan mental selalu mencari jalan pintas untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Dilnasir dari sebuah Journal Perpustakaan Kedokteran Nasional, bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga di kalangan dewasa muda dan masalah yang signifikan di kalangan mahasiswa dan pelajar. Hal ini dikuatkan dengan survey yang dilakukan oleh Downs dan Eisenberg melaporkan bahwa :

  • 6,7% mahasiswa dilaporkan mengalami ide untuk bunuh diri
  • 1,6% dilaporkan memiliki rencana untuk bunuh diri
  • 0,5% dilaporkan pernah melakukan percobaan bunuh diri

Factor yang mendukung terjadinya aksi bunuh diri yang dialami oleh anak-anak muda generasi mileniel saat ini, berupa depresi, keputusasaan dan penyalahgunaan oabat-obatan dan sebagainya. Semua factor itu sudah banyak menelan korban dan bagaimana cara kita menyikapinya di lingkungan kehidupan kita berada saat ini.

Apa yang harus kita lakukan ?

Kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa tidak semua orang memiliki keistimewaan untuk mendapatkan bantuan dari tangan orang para ahli dan professional. Orang yang memiliki kehidpan yang berlebihan mungkin bisa datang ke Psikiater untuk melakukan perawatan dan menjalani pengobatan yang sesuai dengan ilmu tentang psikologi manusia.

Hal itu dilakukan perlu membutuhkan biaya yang sangat besar dan tidak semua orang dapat melakukannya. Namun ada cara mudah untuk membantu orang-orang yang sedang mengalami kesehatan mental ini dalam menjalani permasalahan yang sedang dihadapinya, yaitu kita selalu ada untuk mendengarkannya dan juga ada untuk berada di sisi mereka dalam menemani permasalahan yang sedang dihadapinya.

Sebagai contoh kecil aja adalah kita meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita atau keluh kesah yang sedang dihadapinya. Selain itu kita juga berusaha untuk mebalas setiap pesan yang masuk ke dalam smartphone atau juga mengangkat telfon bisa menjadi langkah awal untuk memberikan tanda bahwa kita peduli dan ada untuk dirinya.

Perilaku hal kecil ini memiliki dampak yang sangat besar bagi orang-orang yang sedang mengalami kesehatan mental ini. Dengan adanya keberadaan kita yang membalas atau mengakat panggilan datang dari mereka. Seolah itu sudah dijadikan tanda bagi mereka bahwa mereka tidak sendirian dan selalu akan ada orang yang siap membantu dan hadir memebrikan dukungan dan motivasi semangat di dalam dirinya. No matter how small it is..!!

Meningkatkan kepedulian tentang kesehatan mental untuk generasi muda..

Sesuatu permasalahan kecil jangan pernah dianggap biasa-biasa saja atau disepelekan begitu saja. Setiap permasalahan harus kita hadapi dengan sebaik mungkin dan selalu berusaha menghadapinya dengan mencari solusi yang terbaik. Jangan malu untuk menceritakan sesuatu hal kepada orang lain yang sudah kita percaya.

Jangan pernah memendam sebuah perasaan atau permasalahan yang dapat mengganggu kesehatan di dalam diri kita. Semua permasalahan selalu ada jalan keluar dan menemukan solusi terbaik untuk segera menyelesaikannya. Dengan adanya orang-orang yang sayang dengan diri kita, maka kita tidak boleh merasa hidup sendirian saja.

Dengan banyaknya kasus kematian yang bermunculan di sekitaran kita, sudah waktunya kita harus meningkatkan kesadaran dan pentingnya memberikan bantuan psikologis. Tidak hanya kita sebagai orang yang bukan korban dari resiko kesehatan mental, akan tetapi juga seluruh orang-orang yang ada di sekitar kita ikut terlibat dengan perihal ini.

Terutama dalam hal ini yang memiliki peran penting adalah para orang tua yang memiliki anak-anak yang sudah beranjak remaja dan dewasa. Pada saat itu mereka membutuhkan teman bicara atau diskusi untuk mendapatkans ebuah pemahaman atau pengetahuan baru dari orang-orang yang ada di dekatnya. Peran orang tua dalam hal ini snagat penting karena mereka sangat membutuhkan sosok kehadiran diri kita sebagai orang tua.

Memang tidak semua anak memiliki sifat terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi untuk dibicarakan kepada orang lain. Dengan emalkukans ebuah pendekatan dengan memberikan perhatian dan melakukan pmbicaraan yang ringan ketika berada di dalam rumah, maka akan terbangun sebuha support system didalam keluarga antara anak dan orang tuanya.

Selamat merayakan Hari Kesehatan Mental di seluruh dunia. Semoga kita selalu senantiasa diberikan kekuatan dan kesehatan dalam hal apa pun. Agar kita tetap siap dan bisa menerima kondisi apa pun yang sedang kita hadapi. Kita harus tahu bahwa setiap permasalahan selalu akan ada jalan keluar yang menghampiri.

Salam inspirasi, Irfan Fandi

Pekanbaru, 11 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun