Ulama yang memiliki julukan "Dai Sejuta Umat"Â pada tahun 2011 tepatnya 5 Juli, beliau akhirnya dipanggil oleh Allah SWT untuk selamanya. Sontak seluruh umat muslim berbondong-bondong untuk menghadiri pemakamannya dan menghantarkan sang ulama ini ketempat peristirahatan terkahirnya dengan lautan umat manusia. Semua umat muslim tanah air kembali berduka untuk kesekian kalinya, satu per satu orang-orang pilihan dipanggil dan meninggalkan jemaahnya untuk selamanya.
Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)
Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Hamka, lahir di Sungai Batang, 17 Februari 1908. Hamka adalah sosok ulama, politisan, dan sastrawan yang sangat terkenal di Indonesia. perjalanan karirnya sebelum menjadi seorang ulama ia adalah seorang wartawan, penulis dan pengajar.
Hamka juga pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama dan aktif dalam kegiatan Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Hamka juga sosok yang memiliki kharismatik dan pemikiran yang sangat luar biasa dalam berdakwah, hingga ia banyak mendapatkan anugrah dari Universitas Al Azhar dan Universitas Nasional Malaysia sebagai gelar doctor kehormatan.
Selain berdakwah sebagai ulama, Hamka juga dikenal dalam dunia literasi dengan berbagai macam karya fenomenal. Sebut saja karyanya yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka'bah, Tenggelamnya Kapal van Der Wijck, Terusir, Merantau ke Deli hingga yang poaling termahsyur karyanya adalah Tafsir 30 Juz yang diberi nama Tafsir Al Azhar.
Hamka meninggal pada usia 73 tahun di tanggal 24 Juli 1981. Dengan segala pencapaian dan perjalanan kehidupan dalam dunia dakwah, ia dikenal sebagai ulama yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dunia Islam di Indonesia. Seorang sosok tokoh yang memiliki karakter yang keras dan memiliki budi pekerti yang luar biasa, wajar jika ia dikenang hingga sampai saat sekarang. Saya termasuk salah satu pecinta dan pengagum sosok Hamka sebagai penggiat literasi di Indonesia.
Nama-nama ulama yang saya sebutkan diatas adalah sosok para ulama yang memiliki tempat di hati para jamaahnya. Wajar jika saat ini masih saja banyak orang yang mengenang dan mencoba untuk memutar kembali karya-karya beliau. Baik itu dari tausiah, musik hingga karya sastra hingga saat ini masih bisa kita temukan di toko-toko buku yang ada di seluruh Indonesia.
Mungkin mereka sudah pergi untuk selamanya tapi kehadirannya selalu terasa di setiap karya dan peninggalan yang telah di wariskannya kepada negeri ini. Betullah kiranya pepatah mengatakan :Â "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama." Seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang itu sudah mati.
Mari sejenak kita luangkan waktu untuk membaca surat Al-Fatiha kepada para ulama yang telah mendahului kita, semoga amal dan ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan di berikan tempat yang paling mulia dan tinggi derajatnya insyaallah. Amin ya rabby
"Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana  bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya dari pada meninggalnya satu orang ulama." (HR. Al Thabrani dalam mujam Al Kabir dan Al Baihaqi dalam syu'ab Al Iman dari Abu Darda)
Salam Inspirasi dan Selamat menjalankan ibadah puasa