Pada hari biasa kami sekumpulan anak-anak ini melakukan aktivitas seperti biasanya, menjalankan tugas sebagai anak-anak yang sekolah diberikan oleh orang tua kepercayaan untuk pergi menuntut ilmu di sekolah.Â
Sebelum berangkat ke sekolah, biasanya kami berkumpul di salah satu titik untuk menunggu teman-teman yang lain. Kami semua sekolah di satu tempat yaitu SDN 062, memiliki guru yang hebat dan luar biasa dalam mendidik seluruh murid yang ada di sekolah itu.Â
Teman-teman akan berkumpul di halaman dekat rumah ku sambil menunggu yang lain sampai, setelah semuanya berkumpul maka kami bergegas pergi bersama-sama menuju sekolah tempat kami menimba ilmu dengan berjalan kaki sekitar 200 meter dari rumah ku.
Sepanjang jalan kami akan bertemu dengan teman-teman yang lain beda daerah gang, gang itu bernama gang musha ikhwan. Terkadang kami sempat cekcok dengan mereka walau hanya karena masalah sepele tapi setelah itu kembali berteman seperti biasanya. Dalam pertemanan kami dikala itu seperti anak kecil yang masih labil, kadang bisa marah, senang, sedih dan bahagia luar biasa.
Dikala itu kendaraan seperti sepeda motor merupakan sebuah barang mahal yang hanya dimiliki oleh satu atau dua orang saja, itu pun hanya boleh dipakai sama orang tua dan anak remaja dan dewasa saja.Â
Kami lebih suka berjalan kaki bersama-sama sampai ke sekolah, mungkin pada saat sekarang sangat berbeda dengan kami dulu, kalo sekarang anak-anak sudah berani untuk meminta kendaraan pribadi seperti sepeda motor kepada orang tuanya. Atau anak-anak sekarang lebih manja karena setiap mau berangkat selalu harus diantarkan oleh orang tua atau bagian keluarganya.
Masa kecil kami sungguh menyenangkan, pergi sekolah dengan bersama-sama sampai pulang pun tetap bersama-sama saling menunggu, berbagai macam kelakuan aneh dilakukan oleh teman-temanku dikala itu.Â
Yang paling seru ketika pulang sekolah hujan turun maka kami semua akan sengaja mandi hujan bersama-sama dengan kedua sepatu menggantung dileher kami sambal kejar-kejaran siapa duluan, kami bermain dengan suka cita  seakan-akan menikmati hujan turun dan menjadikan hal itu sebuah kebahagiaan yang tiada tara.
Alhasil sampai dirumah kami dirumah masing-masing sudah di omelin oleh para orang tua yang takut anaknya kenapa-napa, karena mitos dulu mandi hujan itu tidak baik lama-lama karena bisa demam tapi namanya anak-anak kalo sudah bertemu hujan seperti hal luar biasa yang ingin dinikmati dengan suka cita. Tanpa disuruh pasti akan mencari akal untuk bisa menikmati hujan turun itu untuk bermain-main dengan basah-basahan bersama kawan-kawan lainnya.
Aku  teringat sebuah kisah dimana kami sedang bermain petak umpet atau sepak sabut, kami sedang ayik bersembunyi untuk dicari oleh para penunggu tempat untuk mencari kami yang sedang bersembunyi ditempatnya masing-masing.Â
Tiba-tiba di siang bolong tidak ada angin dan hujan, petir menyambar dengan sangat kuat dan sungguh besar menggelegar suara dentumannya.
 Tanpa kami sadari kami keluar dari tempat persembunyian masing-masing dan kami kalah dan ditemukan langsung oleh penjaga yang kalah dengan mudahnya.Â
Itu sungguh kejadian yang tidak terduga dan membuat kami ketakutan dan setelah itu tertawa sendiri karena kami semua keluar dari tepat persembunyian karena ketakutan yang sangat luar biasa.
"Nggak dengar juga kalian apa kata orang tua, pulang mandi bersihkan badan kalian" ucap ibuku mengingatkan kami yang sedang asyik menikmati permainan dijalan. Kami membubarkan diri dengan rasa gembira dan bahagia karena kami telah selesai bermain bersama-sama.
Ada beberapa hal lagi yang lucu dari nostalgia kami masa kecil, ketika itu setiap permainan itu pasti ada musimnya.Â
Sekarang musim main kelereng, besok berubah lagi bermain lopis (lopis adalah sebuah permainan yang berupa bekas kotak rokok yang kami kumpulkan dari jalan atau tong sampah yang dilipat menjadi segitiga atau segi empat untuk dimainkan sesuai harga).Â
Selalu ada saja perubahan setiap musimnya, ada juga main karet, patok lele, dan pecah piring (pecah piring yang dimaksud bukan piring kaca yang dipecahkan ya kawan-kawan, melainkan sebuah tutup botol minuman kaca seperti teh botol sosro yang di pipihkan dan disusun setinggi 20 keping dan dilempar dengan bola kasti).
Untuk anak-anak sekarang mungkin sudah tidak familiar lagi, tapi kami sangat bahagia dengan masa kecil yang penuh dengan mainan yang sederhana tapi nilai kebersamaan dan setia kawanan kami pun mulai tumbuh menjadi orang-orang yang saling peduli dan saling membatu antara satu dengan yang lainnya. Masa kecil yang indah pada masanya.
Ada hal lucu ketika permainan kelereng bersama kawan-kawan, salah satu teman kami bernama Hadi, dia memang jago dalam bermain kelereng.Â
Ada hal yang tidak disukai oleh teman-temanku yang lain, ketika dia sudah menang selalu mencari alasan kabur dari permainan dengan alasan dipanggil oleh bapaknya dirumah untuk membatu pekerjaan dirumah.Â
Setiap teman-teman sudah bermain kelereng dan ketika itu Hadi datang maka teman yang lain akan serentak untuk tidak memainkan dia, karena dia selalu melakukan hal sama ketika dia menang.Â
Tidak heran jika perselisihan dan pertengkaran tidak bisa terelakkan, kadang kalo mengingat kejadian ini bisa ketawa sendiri. Hahhahaa
Ingatlah kawan-kawan sekalian, disetiap pertemanan pasti ada namanya pasang surut yaitu ada suka duka, pertengkaran dan perdamaian juga. Kami menikmati masa kecil dengan baik dan tidak kurang satu apa pun.Â
Berbeda sangat jauh dengan kondisi sekarang, anak-anak lebih banyak tidak menikmati masa kecilnya dengan berkumpul bermain dengan teman satu umuran, mencoba permainan tradisional, berkumpul dengan kawan-kawan hingga berselisih paham hanya gara-gara sebuah permainan.Â
Hal itu sangat jarang didapatkan momennya karena mereka sudah beda zaman, dulu masih tidak ada teknologi yang menghambakan manusia, sekarang teknologi seperti Tuhan yang tiap saat harus ditangan dan tidak boleh lepas dari mata.
***BERSAMBUNG***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H