Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Buruh - Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilai Konsep Childfree dalam Beberapa Aspek Kehidupan

29 Agustus 2021   08:30 Diperbarui: 30 Agustus 2021   10:25 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga/Sumber:Emma Bauso dari Pexels 

Konsep childfree merupakan istilah baru yang lagi hangat diperbincangkan oleh seluruh netizen indonesia, setelah mendengarkan ungkapan dari seorang perempuan yang bernama Gita Savitri dan Cinta Laura dalam sebuah perbincangannya di akun You Tube baru-baru ini. 

Konsep childfree menjadi pembahasan yang menarik untuk disimak dan perlu kita ketahui di masa sekarang.

Childfree merupakan sebuah keputusan yang dilakukan oleh manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan untuk tidak memiliki anak dalam sebuah kehidupan yang berjalan, baik itu anak kandung maupun anak angkat sekalipun. 

Istilah childfree baru muncul di akhir abad ke 20, menjadi sorotan banyak kalangan yang khususnya menjadi perbincangan masyarakat di negara maju dan berkembang.

Konsep childfree itu muncul di karenakan permasalahan dunia yang sama-sama kita ketahui tentang populasi manusia yang semakin hari semakin terus bertambah populasinya di setiap negara. Ini merupakan sebuah permasalahan kedua setelah pemanasan global yang semakin hari semakin membahayakan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini.

Konsep childfree bisa kita pahami dalam segala aspek, baik itu secara agama, pendidikan, dan sosial harus kita perhatikan. Segala yang terjadi di muka bumi ini selalu ada dua sisi yang berbeda, seperti mata koin serta hubungan Yin dan Yang. 

Semuanya memiliki perspektif atau penilai plus minus jika kita menilainya secara rasional dan masuk logika akal sehat manusia. 

Setiap tindakan yang dilakukan pasti ada sebuah penjelasan atau maksud tujuan mengapa orang tersebut mengambil keputusan itu. Berikut kita akan menilai Konsep childfree dalam beberapa aspek, seperti agama, pendidikan, dan sosial.

Konsep Childfree dalam aspek Agama

Dalam sudut pandang agama, penulis akan menuliskan sesuai dengan ajaran dan panutan yang diajarkan yaitu secara Agama Islam. Konsep ini sangatlah bertolak belakang dengan hukum dan ajaran para Nabi yang telah kita tauladani sebagai umatnya. 

Islam mengajarkan tujuan menikah adalah sebuah ibadah yang sangat dianjurkan oleh para Nabi, karena tujuan utama dalam menikah adalah menyempurnakan ibadah sebagai manusia dan satu lagi yang paling penting adalah memiliki keturunan.

Memiliki sebuah keturunan adalah sebuah rahmat atau rezeki yang sangat berharga diberikan oleh Allah SWT, karena memiliki seorang keturunan adalah merupakan sebagian fitrah dari manusia. 

Memiliki anak dan mendidik anak juga merupakan sebuah sunnah yang harus kita kerjakan sebagai amal jariyah kita nantinya setelah kita telah tiada.

Jadi, konsep childfree merupakan sebuah konsep yang melanggar ketentuan agama islam dan bertentangan secara syariat yang berlaku dalam agama. Hal ini juga banyak di jelaskan dalam Al Quran dan hadist untuk melihat referensi atau panduan untuk memiliki seorang keturunan atau seorang anak. 

Konsep Childfree dalam aspek Pendidikan

Konsep childfree banyak diterapkan oleh negara maju, memiliki pemikiran yang sesuai dengan kemauan dan keinginan pasangan dalam membuat sebuah komitmen hubungan rumah tangga. 

Biasanya mereka ini cenderung lebih masalah ke personal pribadi yang bersangkutan. Banyak pakar psikolog menjelaskan hal ini bakal akan terjadi di negara maju dan negara berkembang seperti Negara Indonesia.

Alasan untuk tidak memiliki keturunan atau anak, mungkin ada rasa kekhawatiran dari pribadi yang bersangkutan. Dalam hal ini bisa menyangkut tentang finansial, latar belakang keluarga, permasalahan lingkungan hingga kemampuan dalam berfikir untuk tumbuh kembang si anak di masa yang akan datang.

Hal-hal itu yang membuat jadi bahan pertimbangn untuk para pasangan yang sudah berumah tangga, membangun sebuah rumah tangga tanpa memiliki anak dan menjalani kehidupan normal biasa dan tidak berpengaruh penting dalam kehidupan mereka. Biasanya ini terjadi di negara maju dan sudah mulai trend untuk negara berkembang saat ini di dunia.

Konsep Childfree dalam aspek sosial

Dalam kondisi seperti negara kita di Indonesia, hal ini mungkin akan menjadi sebuah fenomena baru yang akan terjadi sekarang. Dalam kasus ini untuk negara yang memiliki nilai budaya dan adat istiadat yang sangat kental, mungkin akan banyak yang menilai ini sebuah Pro dan Kontra di masing-masing kalangan. namun, hal ini perlu dicermati lebih dalam maksud dan tujuan atau mengapa pasangan tersebut berani mengambil keputusan untuk memilih Childfree.

Ungkapan yang sering kita dengar "Banyak anak, banyak rezeki" itu merupakan konsep lama yang selalu dipegang dan diterapkan oleh masyarakat kita di Indonesia pada dahulu kala. Namun, dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ungkapan itu tidak relevan lagi dalam kehidupan saat sekarang.

Seperti biaya kehidupan yang semakin hari semakin mahal, biaya pendidikan yang meningkat tajam, hingga kebutuhan dan keinginan hasrat seorang makhluk sosial yang ingin memiliki sesuatu menjadi problem tersendiri dan menjadi bahan pertimbangan untuk pasangan suami istri dalam rumah tangga.

Apapun keputusan atau tindakan yang diambil oleh sebuah pasangan, itu pasti memiliki alasannya masing-masing. Kita diciptakan dengan banyaknya perbedaan merupakan sebuah tanda bahwa kita harus bisa menghargai setiap keputusan dari orang lain. 

Kita tidak bisa memaksakan kehendak orang lain seuai dengan apa yang kita inginkan, karena setiap manusia memiliki pola pikir mindset yang berbeda-beda pula.

Sebagai makhluk sosial, berbeda pendapat merupakan sebuah hal biasa dalam sebuah kehidupan karena masing-masing kita memiliki argumentasi dan pendapatnya sendiri. 

Jika kita berani dalam mengambil sebuah tindakan atau keputusan, kita harus berani pula mempertanggung jawabkan apa yang telah kita putuskan dalam kehidupan ini. 

Jangan pernah malu untuk menyampaikan pendapat, karena setiap orang berhak untuk menyampaikan apa yang perlu ingin dia sampaikan kepada semua orang.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun