Mohon tunggu...
Irfandy Dharmawan
Irfandy Dharmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Mengarungi Samudra Hukum, berlabuh di Dermaga Filsafat, dan Berlayar di Lautan Politik. Seorang Sarjana Hukum yang sedang menambahkan cerita di Perpustakaannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Harapan dan Realita, Jauhnya Jalan Indonesia Menuju Konser Kelas Dunia

12 Maret 2024   05:30 Diperbarui: 12 Maret 2024   05:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bayang-bayang gemerlap "Singapura Negara Konser ," Indonesia berjuang menapaki jalan berliku menuju panggung konser kelas dunia, sebuah perjalanan yang bagi banyak pengamat masih terhampar panjang dan penuh kerikil tajam. Judul "Harapan dan Realita: Jauhnya Jalan Indonesia Menuju Konser Kelas Dunia" bukan hanya sekedar rangkaian kata, melainkan cerminan pahit dari industri konser di tanah air yang berjalan layaknya labirin tanpa akhir, dipenuhi janji-janji manis yang seringkali kandas di tengah jalan.

Realita yang menyakitkan

Ketika Singapura dengan sukses menghadirkan pertunjukan yang tiada cela, Indonesia malah tersandung kasus demi kasus yang menorehkan luka. Masalah tiket yang berakhir di tangan calo pada konser Coldplay, menjadi cerita lama yang terulang kembali, menambah daftar panjang kekecewaan. Lebih parah lagi, kerusuhan yang terjadi pada konser BMTH menambah bukti betapa rapuhnya manajemen SDM, infrastruktur dan sistem keamanan yang seharusnya menjadi benteng utama dalam setiap event musik yang diadakan.

Seolah belum cukup, kasus pembatalan konser band legendaris Guns N' Roses beberapa tahun silam, juga mengingatkan betapa kompleks dan berlikunya jalan yang harus dilalui negara Indonesia untuk menjadi Negara Konser Seperti Singapura. Penyebabnya beragam, mulai dari masalah perizinan yang berbelit, hingga kegagalan memenuhi standar teknis yang diminta oleh pihak artis. Setiap insiden meninggalkan pertanyaan yang sama "mengapa hal ini terus terjadi?"

Penanganan yang kurang matang, manajemen promotor yang tidak profesional, keamanan yang kerap diabaikan, hingga infrastruktur yang belum siap, semuanya menjadi hantu yang menghantui mimpi Indonesia untuk menyamai standar "Singapura Negara Konser". Setiap upaya menggelar konser kelas internasional selalu dihadapkan pada rintangan yang tampaknya tak kunjung terpecahkan.

Mimpi yang Masih Jauh

Mengejar impian menjadi "Negara Konser" ala Singapura bagi Indonesia hal itu masih merupakan mimpi di siang bolong. Tantangan demi tantangan, mulai dari isu calo hingga masalah keamanan, menandai setiap langkah yang diambil. 

Tanpa solusi nyata dan komitmen kuat dari semua pihak, harapan untuk menyajikan panggung dunia yang memukau di Indonesia masih jauh dari kenyataan. Mimpi tersebut akan tetap menjadi angan, selama kita belum bisa mengatasi labirin masalah yang terus menghadang di depan mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun