Setelah hari yang panjang dan melelahkan, penuh dengan kegiatan organisasi di fakultasnya yang baru saja bergulir hingga pukul 18.00 WIB, Nanda merasa kelelahan namun puas. Kesadarannya tentang belum makan sepanjang hari itu memaksa dia untuk segera mencari pengisi perut. Langkah kakinya membawanya ke angkringan biru favoritnya yang terletak tak jauh dari kampusnya.
Di bawah sinar lampu yang remang-remang, Nanda bertemu dengan Pak Joko, sosok driver ojek online yang biasanya penuh canda dan tawa, kini terlihat murung dan tenggelam dalam kesedihan.
"Assalamualaikum, Pak Joko. Kenapa pak? Suntuk Sekali sepertinya" Nanda mencoba memulai pembicaraan, sambil menyeruput kopi pahit dan memainkan rokok di jemarinya.
Pak Joko menghela napas panjang, matanya menggambarkan kelelahan yang mendalam. "Wallaikumsalam, Mas Nanda. Begini, Mas... Ada masalah dengan pinjaman online," jawabnya dengan suara berat.
Nanda menyesap kopinya, sebuah isyarat ketidaknyamanan tergambar dari wajahnya. "Duh, itu memang sering bikin masalah, Pak."
Pak Joko mengangguk, matanya semakin gelisah. "Iya mas. Saya terjebak, Mas. Pinjam sedikit, tagihannya jadi gunung. Dan sekarang, saya dikejar-kejar, diteror. Bahkan foto dan KTP saya sudah tersebar."
"Wah Pinjol Ilegal itu Pak" Jawab nanda
Pak joko pun melanjutkan ceritanya "Wah iya ilegal ya mas? Ngeri sekali mas, saya cuma pinjem 600 ribu, suruh bayar 950 ribu. Jatuh Temponya cuma 7 hari. Ini saya udah hari ke 8 dan udah diteror ditelepon ratusan kali, Foto saya sama KTP saya juga udah disebar sama DCnya"Â
Dengan tenang, Nanda menawarkan jalan keluar. "Wah iya pak Pinjol Ilegal itu pak. Ciri identik Pinjol Ilegal ya itu pak Bunganya mencekik sama teror yang kaya Orba Pak. Padahal aturan penagihan udah diatur di POJK Nomor 10/2022, ada aturan jelas mengenai penagihan. Mereka tak boleh menyebarkan data pribadi Bapak. Itu melanggar hukum, termasuk dalam Pasal 29 UU ITE dan Pasal 45B UU 19/2016."
Pak Joko pun bertanya dengan cemas. "Saya harus gimana ya mas?"
Nanda, dengan sabar, menjelaskan langkah yang bisa diambil. "Hubungi mereka, Pak. Negosiasi sama DC nya, Buat Kesepakatan untuk membayar hutang bapak dengan dicicil. Tapi kalau terus bapak terus  di teror, Laporin ke Polisi sama OJK pak. Bukti - Buktinya di Screenshot, kalau pas telepon juga bisa direkam."
Mereka berdua terdiam, hanyut dalam pemikiran masing-masing.
"Buat kedepan jangan coba - coba lagi deh pak minjem lewat pinjol, terutama yang ilegal. Kalau terdesak, lebih baik pinjam dari teman atau keluarga" saran Nanda, menutup pembicaraan mereka dengan sebuah nasehat yang tulus.
Pak Joko, kini dengan senyum tipis "Yah, kalau nggak karena kepepet kemarin saya juga ndak pernah main ginian mas. Nyesel sekali saya. Makasih ya mas, udah agak plong ini."
Dengan suasana yang mulai santai, Nanda menawarkan sebatang rokok, "Sudah, Pak. Kita Santai dulu. Nikmati malam dengan sebatang rokok, biar pikiran sedikit terlepas dari masalah."
Malam semakin larut, dan percakapan antara Nanda dan Pak Joko perlahan mereda. Dalam keheningan yang hanya sesekali dipecah oleh suara gemericik angin malam dan kerlap-kerlip lampu angkringan, ada sebuah kesadaran baru yang tumbuh di antara mereka. Nanda, dengan bijaksana, mengingatkan sekali lagi, "Pak Joko, dunia pinjaman online itu ibarat hutan belantara. Ada jalannya, ada pula jeratnya. Yang ilegal itu seringkali menawarkan jalan paling mudah, tapi justru di situlah letak bahayanya."
Pak Joko mendengarkan dengan seksama, seraya menganggukkan kepala. Nanda melanjutkan, "Jangan sampai terjebak lagi, Pak. Ingat, tidak semua yang berkilau itu emas. Pinjaman online ilegal itu mirip kilauan palsu yang menyesatkan. Dan jika teror datang menghampiri, ingatlah bahwa Bapak tidak sendirian. Ada hukum yang melindungi, ada langkah yang bisa diambil. Tak perlu merasa takut atau malu untuk mencari bantuan."
Di tengah alunan rokok yang mengepul, ada pesan kuat yang tersirat; sebuah peringatan untuk semua yang mungkin tergoda oleh janji manis pinjol ilegal, serta sebuah pengingat bahwa dalam menghadapi teror dan intimidasi, ada keberanian yang harus dipupuk, serta langkah nyata yang bisa diambil.
Mereka berdua, sejenak menikmati kesunyian malam, merenungkan perjalanan hidup yang penuh liku, tapi selalu ada hikmah di balik setiap kesulitan. Di angkringan biru kecil itu, sebuah persahabatan terjalin, sebuah pelajaran diambil, dan sebuah harapan diperbaharui, dan dibawah lampu remang angkringan biru seakan memberikan penerangan dan kehangatan di tengah gelapnya kehidupan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H