Mohon tunggu...
Achmad Irfandi
Achmad Irfandi Mohon Tunggu... Peneliti Senior -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilih Cerdas Simbol Kemajuan Peradaban Indonesia

7 Desember 2015   10:07 Diperbarui: 7 Desember 2015   10:28 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang diselenggarakan pada tahun 2015 akan menjadi sejarah baru dalam pesta demokrasi di Indonesia. Pasalnya, pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 9 Desember 2015 nanti, akan menjadi event terbesar untuk pertama kalinya, karena akan diikuti 9 provinsi yang terdiri dari 221 kabupaten dan 36 kota. Pagelaran pesta demokrasi melalui Pilkada Serentak pada Desember 2015 tentunya akan menjadi hal yang bermakna apabila masyarakat Indonesia yang telah memiliki hak suara berpartisipasi dalam mensukseskan Pilkada Serentak.

Membahas mengenai Pilkada Serentak, ternyata Provinsi Lampung telah melaksanakannya pada tahun 2014, yakni melalui pemilihan gubernur yang bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif. Hasilnya, pemilu serentak di Lampung berjalan dengan sukses. Bahkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan apresiasi dengan menyatakan bahwa Provinsi Lampung layak dijadikan sebagai referensi pelaksanaan Pilkada serentak 2015 nantinya.

Meskipun demikian, menjelang pelaksanaan Pilkada serentak, masih banyak permasalahan yang dihadapi di beberapa daerah. Permasalahan tersebut diantaranya, kesalahan data kependudukan, pelolosan calon yang bermasalah, logistik yang rusak, dan gencarnya isu politik uang.

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Nasrullah mengatakan, setidaknya ada dua daerah yang telah teridentifikasi mengalami permasalahan data kependudukan atau jumlah pemilih, yakni Kabupaten Kutai Timur dan salah satu daerah di Sulewesi Tenggara. Dalam temuannya, Bawaslu mendapati masih ada masyarakat yang memiliki data kependudukkan ganda, individu yang telah meninggal, dan kesalahan dalam Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih).

Sementara itu, kesalahan dalam pelolosan calon bermasalahan terjadi di Kota Manado, Sulut, yakni KPU Manado meloloskan kembali calon Wali Kota Manado, Jimmy Rimba Rogi yang sempat dianulir karena berstatus narapidana bebas bersyarat. Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Boven Digoel, Yusak Yaluwo yang telah berstatus bebas bersyarat, diloloskan oleh komisioner KPU sebagai calon kepala daerah. Akibatnya, pimpinan KPU di kedua daerah tersebut diberhentikan untuk sementara.

Pada 23/11/2015, KPU Kabupaten Tasikmalaya menemukan sebanyak 960 surat suara yang rusak akibat akibat percikan tinta, dan lusuh akibat lipatan dalam kardus saat pengiriman. Menanggapi masalah tersebut, KPU Kabupaten Tasikmalaya akan melaporkannya dan berharap pergantiannya juga segera dilakukan.

Terakhir, yakni permasalahan politik uang yang hampir ada disetiap pelaksanaan pesta demokrasi. Meskipun belum ada bukti nyata pasang calon yang melakukan politik uang, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz memprediksi, dua pekan terakhir menjelang Pilkada serentak 9 Desember 2015, politik uang yang dibungkus dengan gempuran kampanye akan dilancarkan oleh para calon kepala daerah.

Mengetahui adanya sejumlah permasalahan tersebut tidak lantas membuat kita berkecil hati, apalagi memutuskan untuk menjadi golongan putih. Dalam waktu yang singkat ini, semua pihak, KPU, Bawaslu, para calon kepala daerah, dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk memperbaiki permasalahan yang ada.

Tidak hanya itu, masyarakat sebagai calon pemilih hendaknya cerdasr dalam berpolitik. Calon pemilih juga tidak boleh terbawa arus permasalahan yang ada. Atau bahkan memanfaatkan kondisi ini untuk terlibat dalam praktek politik uang yang marak terjadi. Pemilih tercerahkan dimaksudkan adalah mampu memilih secara objektif berdasarkan kualifikasi dari masing-masing calon, tidak hanya karena adanya iming-iming yang diberikan. Kita harus mampu melihat satu persatu program yang dimiliki oleh masing-masing calon.

Tidak hanya mampu memilih calon terbaik, menjadi pemilih yang cerdas juga diartikan tanggap terhadap setiap permasalahan yang sedang terjadi, dan berpotensi akan terjadi. Kemudian, berani melaporkannya kepada pihak yang berwajib, karena bagaimana pun, masyarakat sebagai pemilih juga memiliki peran yang penting dalam mengawasi jalannya pesta demokrasi ini.

Di samping itu, kesuksesan yang telah diraih oleh Provinsi Lampung dalam mempraktekkan pemilihan serentak tahun 2014 lalu, seharusnya dapat menjadi contoh bagi setiap penyelenggara pilkada di setiap daerah, termasuk di Lampung sendiri. Dan akhirnya, marilah bersama-sama menjadi pemilih yang tercerahkan guna mendukung suksesnya pesta demokrasi akbar tahun 2015 ini.

*) Pengamat Politik Ekonomi Regional Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun