Aku berkaca, menatap cermin yang begitu jujur menampakkan wajahku yang sebenarnya...
Aku bahkan tak mampu sejujur itu...
Ia menunjukkan sesuatu sesuai apa adanya..
Tuhan, betapa hinanya kami sebagai manusia yang angkuh tak sadarkan diri...
Terpikir olehku mengapa setiap hari manusia harus mandi dan mengenakan wewangian..
Ada makna filosofis yang ingin engkau ajarkan melalui hal itu..
Bahwa sejatinya kami adalah makhluk yang kotor sehingga harus mandi...
Bahwa kami adalah makhluk yang busuk sehingga kami perlu wewangian...
Tuhan, terkadang aku merasa malu menolehkan wajahku...
Aku malu membawa diriku menghadapmu..
Karena lumpur kehinaan yang melumuri diriku..
Aku tau engkau sang Maha Perindu sejati...
Sehingga kau mendambakan perjumpaan dengan hambamu 5 kali dalam sehari semalam...
Akan tetapi... Aku berpaling dari hal itu..
Aku enggan memenuhi kerinduan yang engkau siratkan dalam sujudku...
Aku tahu engkau Maha Romantis...
Maka kau buat perjumpaan kita saat ini begitu romantis...
Tak ada yang lebih romantis dari hujan di waktu subuh...
Tapi aku merasa ketakutan, takut bahwa sebernarnya, aku benar-benar belum menemuimu dalam setiap rukuk dan sujudku..
Sudikah kau memperlihatkan wajahmu padaku?
Aku hanya seorang pendosa yang ingin kembali menghadapmu...
Seorang hina yang sedang merindu belaianmu...
Bengkulu, November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H